Sabtu, 18 Juni 2011

askep abses otak


A.    ANATOMI dan FISIOLOGI

Otak manusia adalah struktur pusat pengaturan yang memiliki volume sekitar 1.350cc dan terdiri atas 100 juta sel saraf atau neuron. Otak manusia bertanggung jawab terhadap pengaturan seluruh badan dan pemikiran manusia. Oleh karena itu terdapat kaitan erat antara otak dan pemikiran. Otak dan sel saraf didalamnya dipercayai dapat mempengaruhi kognisi manusia. Pengetahuan mengenai otak mempengaruhi perkembangan psikologi kognitif.
Bagian - bagian otak manusia :
1.      Bagian Otak depan

Diensefalon
Talamus
Epitalamus
Hipotalamus
Subtalamus
Telensefalon (Hemisfer serebrum)
Korteks serebrum
Bulbus olfaktori
Amigdala
Septal region
Forniks
Basal ganglia
2.      Otak tengah
Tektum
Cerebral
3.      Otak belakang
Medula oblongata
Vestibular nuclei
Cochlear nuclei
Medullary RF
Raphe nuclei
Solitary nucleus
Olivary complex
Metensefalon
Pons
Serebelum/otak kecil

B.     PENGERTIAN

Abses otak adalah infeksi yang melibatkan parenkim otak terutama disebabkan oleh penyebaran infeksi dari focus yang berkaitan atau melalui vaskuler.


C.     KLASIFIKASI
1.      Stadium serebritis dini (hari ke 1-3)
2.      Stadium serebritis lambat (hari ke 4-9)
3.      Stadium pembentukan kapsul dini (hari ke 10-14)
4.      Stadium pembentukan kapsul lambat (setelah hari ke 14)

D.    ETIOLOGI
Bakteri, jamur, parasit.
Bakteri : staplococcus aureus, stapilococcus anaerob, streptococcus beta hemoliticus, streptococcus alfa  hemoliticus, E.colli dan baetoroides.
Abses oleh stapilococcus biasanya berkembang dari perjalanan otitis media atau fraktur kranii ,bila infeksi berasal dari sinus paranasalis penyebabnya adalah streptococcus aerob & anaerob, stapilococcus haemophilus influenza abses oleh streptococcus dan pneumococcus serIng merupakan komplikasi paru (infeksi) adapun jamur penyebab AO : nocardia, asteoroides, entamuba histolika.



E.     PATOFISIOLOGI
Trauma ,hematogen, komplikasi meningitis purulenta, mikroorganisme

Invasi mikroorganisme pathogen

Reaksi inflamasi

peningkatan                                                       Pembentukan abses                       pembesaran abses
volume jaringan otak                                                                                                                            
                                                                                                                                                 rupture abses
peningkatan TIK                                                peregangan dan penekanan saraf   
Resiko infeksi sekunder

                                                                                                                                                
Nyeri akut

penekanan struktur jaringan                      

Perubahan perfusi serebral               
                                                                                                                                                                                                                                                        perubahan struktur seluler korteks sensori                 
                perubahan korteks motoric
                                                                                        penurunan kemampuan proses intreprestasi informasi

Perubahan persepsi sensori
                   peningkatan respon neuromuscular                           

ketidakseimbangan koordinasi motorik

Perubahan mobilitas fisik
 



F.      TANDA dan GEJALA
Gejala fokal yang terlihat pada abses otak Lobus Gejala :
1.      Frontalis mengantuk, tidak ada perhatian, hambatan dalam mengambil keputusan, Gangguan intelegensi, kadang-kadang kejang
2.      Temporalis tidak mampu menyebut objek; tidak mampu membaca, menulis atau, mengerti kata-kata; hemianopia.
3.      Parietalis gangguan sensasi posisi dan persepsi stereognostik, kejang fokal, hemianopia homonim, disfasia, akalkulia, agrafia. Serebelum sakit kepala suboksipital, leher kaku, gangguan koordinasi, nistagmus, tremor intensional.

G.    PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1.      Punksi lumbal dapat berbahaya pada abses otak dengan TIK
2.      Thorak foto untuk mencari kemungkinan fokus infeksi foto tengkorak untuk mencari tanda-tanda TIK juga mencari sumber infeksi
3.      EEG. Memperlihat tanda-tanda fokal sloding disekitar abses
4.      CT Scan
5.      Radioactive te scanning

H.    KOMPLIKASI
1.      Retardasi mental
2.      Epilepsi
3.      Kelainan neurologik fokal yang yang lebih berat

I.       PENATALAKSANAAN
ü  Sasaran penatalaksanaan adalah untuk menghilangkan abses.Abses otak diobati dengan terapi antimikroba dan irisan pembedahan atau aspirasi. Pengobatan antimikroba diberikan untuk menghilangkan organisme sebagai penyebab atau menurunkan perkembangan virus. Dosis besar melalui intravena biasanya ditentukan praoperatif untuk menembus jaringan otak dan abses otak. Tetapi diteruskan pada pasca operasi. Kortikosteroid dapat diberikan untuk menolong menurunkan radang edema serebreal jika pasien memperlihatkan adanya peningkatan defisit neurologik.
ü  Obat-obatan antikonvulsan ( fenitoin, fenobarbital ) dapat diberikan sebagai profilaksis mencegah terjadinya kejang. Abses yang luas dapat diobati dengan terapi antimikroba yang tepat dengan pemantauan ketat melalui pengamatan dengan CT.
ü  Jika abses secara langsung di bawah kulit, maka akan perlahan-lahan jalan melalui kulit karena lebih cepat jalannya bekerja di tempat lain. Karena bahan-bahan kimia bekerja lebih cepat pada temperatur lebih tinggi, aplikasi kompres panas pada kulit di atas abses akan mempercepat pencernaan kulit dan hasil akhirnya dalam merobohkan dan pelepasan spontan nanah. Perawatan ini terbaik dicadangkan untuk abses yang lebih kecil di daerah kurang sensitif dari tubuh seperti tungkai, batang, dan belakang leher. Hal ini juga berguna untuk semua dangkal abses dalam tahap awal. Ini akan “mematangkan” mereka.
ü  Kontras hidroterapi, bolak-balik kompres panas dan dingin, juga dapat membantu membantu tubuh dalam resorpsi dari abses. Ada dua obat homeopati yang bekerja untuk menyeimbangkan tubuh dalam kaitannya dengan pembentukan abses, Silica dan Hepar sulphuris. Dalam kasus septic abses, bentonit tanah liat kemasan (bentonit tanah liat dan sejumlah kecil bubuk Hydrastis) dapat digunakan untuk menarik infeksi dari daerah.
ü  Prognosis
Setelah abses benar dikeringkan, prognosis sangat baik untuk kondisi itu sendiri. Alasan untuk abses (penyakit lain seorang individu mempunyai) akan menentukan hasil keseluruhan. Jika, di sisi lain, abses pecah menjadi daerah-daerah tetangga atau izin agen yang menular tumpah ke dalam aliran darah, yang serius atau mungkin berakibat fatal. Abses di dalam dan di sekitar sinus hidung, wajah, telinga, dan kulit kepala dapat bekerja dengan cara mereka ke otak. Abses dalam suatu organ perut seperti hati dapat pecah ke dalam rongga perut. Dalam kedua kasus, hasilnya adalah mengancam nyawa. Keracunan darah adalah istilah yang umum digunakan untuk menggambarkan suatu infeksi yang telah tumpah ke dalam aliran darah dan menyebar ke seluruh tubuh dari asal lokal. Keracunan darah, dokter dikenal sebagai keracunan darah, juga mengancam nyawa.
ü  Catatan khusus, abses di tangan lebih serius daripada yang mungkin muncul. Karena struktur rumit dan pentingnya override tangan, tangan setiap infeksi harus segera diobati dan kompeten.
ü  Peran tim perawatan kesehatan
Pertolongan pertama selular mungkin tidak sadar memulai abses dengan menggunakan teknik yang tidak tepat atau salah. Seorang dokter, dokter bedah, asisten dokter, atau perawat biasanya diagnosa adanya abses. Radiologi dan laboratorium yang boleh membantu dalam proses membentuk diagnosis. Seorang dokter, dokter bedah, asisten dokter, atau perawat biasanya menguras abses. Perawat memberikan perawatan suportif, gaun luka, dan mendidik pasien tentang merawat luka yang dihasilkan. Kadang-kadang, seorang ahli terapi fisik mungkin diperlukan untuk memulihkan fungsi hilang.
ü  Pencegahan
Infeksi yang diobati dini dengan panas (jika dangkal) atau antibiotik akan sering menyelesaikan tanpa pembentukan abses. Hal ini bahkan lebih baik untuk menghindari infeksi sama sekali dengan mengambil prompt perawatan luka terbuka, terutama luka tusukan. Gigitan yang paling berbahaya dari semua, bahkan lebih lagi karena mereka sering terjadi pada tangan.




DAFTAR PUSTAKA
blog.ilmukeperawatan.com/abses-definisi-tanda-dan-gejala-diagnosis-abses. html
medicastore.com › ... › Penyakit Otak dan Saraf -
http://tiaraaskep.blogspot.com/2008/11/asuhan-keperawatan-sol.html.



 ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. M DENGAN INFEKSI OTAK ; ABSES OTAK DI RUANG C RUMAH SAKIT XN

PENGKAJIAN KEPERAWATAN

Tgl pengkajian :23 April 2011            pukul : 12.00 WIB                      oleh : perawat X
I.          IDENTITAS
a.       Pasien
Nama                       : Tn. M
TTL                         : Semarang, 24 september 1963
Umur                       : 48 Tahun.
Jenis kelamin           : Laki-Laki
Suku/bangsa            : Jawa/Indonesia
Agama                     : Kristen protestan
Pendidikan              : S1 Ekonomi Manajemen
Pekerjaan                 : Manajer
Alamat                    : Tanjungsari.
Tgl. Masuk RS        : 23 April 2011
No. RM                   : 14 03 94 XX
Ruang                      : C, No.10
Diangnosa Medis    : Abses Otak
b.      Keluarga/ penanggung jawab
Nama                         : Ny.R
Hubungan                  : Istri
Umur                          : 45 tahun
Pendidikan                 : D3 manajemen
Pekerjaan                   : Karyawan swasta
Alamat                       : Semarang, Yogyakarta

II.       RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
A.    Kesehatan Pasien
1.      Keluhan utama
§  kurang lebih sebulan sering sakit kepala dan kadang-kadang disertai demam.
2.      Keluhan tambahan
§  Pasien mengeluh kaki dan tangan terasa lemas, mual, pusing semakin hebat dan telinga terasa sakit apalagi jika ditekan. 3 hari sebelum masuk rumah sakit mengalami demam 38,8°C.
3.      Alasan utama masuk rumah sakit
§  Pagi sebelum dibawa kerumah sakit Tn.B mengalami kejang dan kesadaran menurun.
4.      Riwayat penyakit sekarang
Pada tgl 23 april  2011 sekitar pukul 08.10 WIB Ny.R menemukan Bp.M jatuh dilantai kamar sesaat setelah mandi dan dalam keadaan kejang. Saat dipanggil namanya Tn.M hanya diam saja. Karena Panik Ny.R segera memanggil anaknya dam membawa Tn. M ke RS XN berharap Tn.M mendapatkan perawatan dan Tn. Dapat pulih. Pada pukul 08.55 WIB Tn. M tiba di IGD RS XN. Setelah tiba pasien langsung mendapatkan perawatan dan menjalani pemeriksaan tanda-tanda vital dengan hasil:
TD            : 160/100 mmHg pada tangan kanan dengan manset ukuran dewasa.
Suhu         : 39°C di aksila kiri
Nadi         : 90x/menit diraba pada tangan kanan pasien teratur
RR           : 21x/menit
Dokter juga melalukan pemasangan NGT pada lubang hidung sebelah kiri dan selang kateter urine untuk mencegah kekurangan nutrisi dan gangguan eliminasi. Setelah 20 menit di IGD Tn. M sadar namun terjadi penurunan kesadaran. Dokter menganjurkan Ny. R untuk dapat mengijinkan Tn.M dirawat inap untuk mendapatkan perawatan dan pemeriksaan secara intensif. Setelah mendapatkan persetujuan Tn.M dipindahkan keruangan C, kamar nomor 10 di RS XN pada pukul 09.30 WIB. Segera setelah dipindahkan Tn.  menjalani pemeriksaan lab darah dengan hasil kadar leukosit meningkat dan LED meningkat. Pada pemeriksaan CT-scan menunjukan adanya bayangan hipodens di intrakranial. EEG menunjukan adanya perlambatan fokal dan pemeriksaan CSS menunjukan adanya peningkatan tekanan 250 mmH2O. Kemudian dokter mempertimbangkan dilakukanya pemeriksaan CRP.
5.      Riwayat penyakit yang lalu :
Tiga hari sebelum masuk rumah sakit pasein mengalami demam 38,8°C. Menurut keluarga tiga bulan yang lalu pasien pernah cuti karena sakit pada telinganya selama tiga hari..
6.      Alergi
Keluarga pasien mengatakan tidak ada riwayat alergi obat maupun makanan.

III.    OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK
A.    Keadaan umum
1.      Pasien tampak sakit berat. Terpasang selang NGT pada lubang hidung sebelah kiri dan kateter urine
2.      Kesadaran  :
a.       Kualitatif : somnolet
b.      Kuantitatif :  E : 3, V : 3, M : 4 jumlah GCS : 10
B.     Pola fungsi kesehatan
1.      Pola nutrisi-Metabolik
a.       Sebelum sakit
§  Frekuensi makan                                       : 3 x sehari
§  Jenis makanan / diet                                  : Nasi, lauk (tahu, tempe), sayur-sayuran.
§  Porsi yang dihabiskan                               : 8-10 sendok
§  Makanan yang disukai                              : mie instan
§  Makanan yang tidak disukai                     : ikan dan bubur kacang hijau
§  Makanan pantang                                      : tidak ada
§  Makanan tambahan/vitamin                      : buah-buahan
§  Kebiasaan makan                                      : di rumah dan di sawah
§  Nafsu makan                                             : sedang, karena sibuk bekerja 
§  Banyaknya minum                                    : 2000-2500 CC/ hari
§  Jenis minuman yang tidak disukai            : susu
§  Minuman pantang                                     : tidak ada
§  Perubahan BB 6 bulan terakhir                 : tetap
b.      Selama sakit
§  Jenis makanan                               : diet sonde
§  Banyak minuman dalam sehari     : 500cc selama masuk RS

2.      Pola Eliminasi
1.      Sebelum sakit
a.       Buang air besar BAB
§  Frekuensi                                 : 1 x sehari
§  Waktu                                     : pagi hari
§  Warna                                      : kuning kecoklatan
§  Konsistensi                              : lembek
b.      Buang air kecil (BAK) : Terpasang kateter urine dengan volume urine yang tertampung 100cc,warna kuning  jernih.
2.      Selama sakit
a.       Buang Air Besar (BAB)   : belum terkaji
b.      Buang Air Kecil (BAK)    : belum terkaji
3.      Pola aktifitas istirahat-tidur
1.      Sebelum sakit
a.       Keadaan aktifitas sehari-hari
§  Kebiasaan olahraga : tidak pernah berolahraga
§  Lingkungan rumah/tempat kerja : luas dan panjang
§  Alat bantu untuk memenuhi aktifitas setiap hari : tidak ada
AKTIFITAS
0
1
2
3
4
Mandi




Berpakaian/berdandan




Eliminasi




Mobilisasi di tempat tidur




Pindah




Ambulansi




Naik tangga




Memasak




Berbelanja




Merapikan rumah




Ket.                  0 = mandiri
                         1 = dibantu sebagian
                         2 = perlu bantuan orang lain
                         3 = perlu bantuan orang lain dan alat
                         4 = tergantung total
b.      Kebutuhan tidur
§  Jumlah tidur dalam sehari
·         Tidur siang       : tidak pernah tidur siang
·         Tidur malam    : 6 – 8 jam
§  Yang diutamakan : tidur malam
§  Kebiasaan pengantar tidur : mendengarkan radio
§  Perangkat/alat yang selalu digunakan untuk tidur : selimut, bantal dan guling.
§  Keluhan dalam hal tidur : tidak ada
2.      Selama sakit
a.       Keadaan aktifitas sehari-hari
§  Kebiasaan olahraga : tidak ada
§  Pasien dibantu penuh oleh perawat maupun keluarga.
c.       Kebutuhan tidur
§  Pasien tampak tidur dalam dan sedikit gelisah.
4.      Pola Kebersihan Diri (sebelum sakit)
1.      Kebersihan kulit
§  Pasien mandi 2 x sehari memakai sabun mandi
2.      Kebersihan rambut
§  Pasien mencuci rambut 2 hari sekali memakai shampoo.
3.      Kebersihan telinga
§  Pasien membersihkan telinga setiap mandi dan tidak menggunakan alat bantu pendengaran.
4.      Kebersihan mata
§  Pasien sering membersihkan mata
5.      Kebersihan mulut
§  Pasien menggosok gigi 2 x sehari dengan menggunakan pasta gigi dan pasien tidak menggunakan gigi palsu .
6.      Kebersihan kuku
§  Pasien selalu mempersihkan kuku dan memotongnya.

5.      Pola pemeliharaan kesehatan
1.      Penggunaan tembakau
§  Pasien mengatakan tidak pernah menggunakan tembakau
2.      NAPZA
§  Pasien mengatakan tidak pernah menggunakan NAPZA.
3.      Alkohol
§  Pasien tidak pernah mengkonsumsi alkohol
4.      Intelektual
§  Belum terkaji
6.      Pola Reproduksi-seksualitas
§  Keluarga pasien mengatakan tidak pernah mengalami gangguan pada  sistem reproduksi dan seksualitas.
7.      Pola kognitif-persepsi/sensori
Keadaan mental
Tidak sadar sehingga belum dapat dikaji secara keseluruhan.
8.      Pola konsep diri
Saat dikaji pasien dalam keadaan tidak sadar sehingga belum terkaji.
9.      Pola peran – berhubungan
1.      Status pekerjaan
§  Bekerja sebagai marketing
2.      Sistem pendukung
§  Ada yaitu :
·         Istri
·         2 anaknya
·         Keluarga besar
§  Dukungan keluarga selama masuk Rumah sakit : ada yaitu istri dan kedua anaknya.
10.  Pola nilai dan keyakinan
1.      Sebelum sakit
§  Agama : Kristen Protestan
§  Larangan agama : tidak ada
§  Kegiatan keagamaan
·         Macam            : kebaktian pada hari minggu, dan persekutuan doa
·         Frekuensi         :  2 X seminggu
C.     PEMERIKSAAN FISIK
A.    Pengukuran tanda vital
§  TD       : 160/90 mmHg pada tangan kanan dengan manset ukuran dewasa.
§  Suhu    : 38,9°C di aksila kiri
§  Nadi    : 95x/menit diraba pada tangan kanan pasien teratur
§  RR       : 20x/menit
B.     Tingkat kesadaran
§  Kualitatif : somnolet
§  Kuantitatif :  E : 3, V : 3, M : 4 jumlah GCS : 10
C.     Urutan Pemeriksaan Fisik :
1.        Ekstermitas : terjadi kelemahan pada tangan dan kaki kanan dan kiri
D.    RENCANA PULANG
A.    Di tempat tinggalnya, pasien tinggal dengan :
o   Pasien tinggal denganorang tuanya
B.     Keinginan tinggal setelah pulang
o   di rumah
C.     pelayanan kesehatan yang digunakan sebelumnya
o   puskesmas
D.    Kendaraan yang digunakan saat pulang
o   Mobil
E.     DIAGNOSTIK TEST
1.      Pemeriksaan darah :
a.       Leukosit meningkat
b.      LED meningkat
2.       CT-scan menunjukan bayangan hipodens di intracranial
3.      EEG menunjukan adanya perlambatan fokal
4.      Pemeriksaan CSS terjadi peningkatann tekanan senilai 250 mmH2O


Nama Pasien   : Tn. M
No RM            : 14 03 94 XX
Ruang              : C, No.10
Umur               : 48 tahun
Nursing Care Plan
No.
Diagnosa dan data penunjang
Tindakan Keperawatan
Rasional
Tujuan dan kriteria
Intervensi
1.
Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan peningkatan tekanan intracranial yang ditandai dengan :
-          Kesadaran somnolent
 E : 3, V : 3, M : 4 jumlah GCS : 10
-          TD             : 160/90 mmHg
-          Suhu          : 38,9°C
-          Nadi           : 95x/menit
-          RR : 20x/menit
-          Nyeri kepala
-          Demam
-          CSS terjadi peningkatan tekanan senilai 250mmH2O
-          CT-scan menunjukan bayangan hipodens di intracranial

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pasien memenuhi kriteria :
-          Kesadaran meningkat menjadi apatis
-          Tanda-tanda vital dalam batas normal
-          Rasa sakit kepala berkurang
-          Adanya peningkatan kognitif dan tidak ada atau hilangnya tanda-tanda tekanan intrakranial yang meningkat.
-          Tekanan CSS menurun senilai 200 mmH2O

1.      Monitor tanda-tanda status neurologis dengan GCS
2.      Monitor tanda-tanda vital seperti TD, Nadi, Suhu, Resoirasi dan hati-hati pada hipertensi sistolik.











3.      Monitor intake dan output






4.      Pantau pernapasan, catat pola dan irama pernapasan.







5.      Pasien bed rest total dengan posisi tidur terlentang tanpa bantal

6.      tinggikan kepala tempat tidur sekitar 15-45 derajat sesuai toleransi dan indikasi. Jaga kepala tetap pada posisi netral.
7.      Bantu pasien untuk membatasi muntah, batuk. Anjurkan pasien untuk mengeluarkan napas apabila bergerak atau berbalik di tempat tidur.




8.      Berikan cairan perinfus dengan perhatian ketat.




9.      Monitor AGD bila diperlukan pemberian oksigen.




10.  Kolaborasikan dengan dokter untuk memberikan  terapi sesuai indikasi seperti: Steroid, Aminofel, Antibiotika.


11.  Kolaborasikan dengan dokter untuk memberikan obat sesuai indikasi seperti ; deksametason, klorpomasin, asetaminofen.

1.      Dapat mengurangi kerusakan otak lebih lanjt
2.      Pada keadaan normal autoregulasi mempertahankan keadaan tekanan darah sistemik berubah secara fluktuasi. Kegagalan autoreguler akan menyebabkan kerusakan vaskuler cerebral yang dapat dimanifestasikan dengan peningkatan sistolik dan diiukuti oleh penurunan tekanan diastolik. Sedangkan peningkatan suhu dapat menggambarkan perjalanan infeksi
3.      hipertermi dapat menyebabkan peningkatan IWL dan meningkatkan resiko dehidrasi terutama pada pasien yang tidak sadra, nausea yang menurunkan intake per oral
4.      Tipe dari pola pernapasan merupakan tanda yang berat dari adanya peningkatan TIK/daerah serebral yang terkena dan mungkin merupakan indikasi perlunya untuk melakukan intubasi disertai pemasangan ventilator mekanik.
5.      Perubahan pada tekanan intakranial akan dapat meyebabkan resiko untuk terjadinya herniasi otak
6.      peningkatan aliran vena dari kepala akan menurunkan TIK

7.      Aktifitas ini dapat meningkatkan tekanan intrakranial dan intraabdomen. Mengeluarkan napas sewaktu bergerak atau merubah posisi dapat melindungi diri dari efek valsava
8.      Meminimalkan fluktuasi pada beban vaskuler dan tekanan intrakranial, vetriksi cairan dan cairan dapat menurunkan edema cerebral.

9.      Adanya kemungkinan asidosis disertai dengan pelepasan oksigen pada tingkat sel dapat menyebabkan terjadinya iskhemik serebral.
10.  Terapi yang diberikan dapat menurunkan permeabilitas kapiler. Menurunkan edema serebri. Menurunkan metabolik sel / konsumsi dan kejang.
11.  Manfaatnya :
-       Deksametason : dapat menurunkan permeabilitas kapiler untuk membatasi pembentukan edema serebral.
-       Klorpomasin : obat pilihan dalam mengatasi kelainan postut tubuh atau mengigil yang dapat meningkatkan TIK.
-       Asetaminofen : menurunkan metabolisme seluler/menurunkan konsumsi oksigen dan resiko kejang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar