Jumat, 17 Juni 2011

ASKEP VAGINOSIS BAKTERIALIS


A.      ANATOMI FISIOLOGI

Vulva
Vulva merupakan suatu daerah yang menyelubungi vagina. Vulva terdiri atas mons pubis, labia (labia mayora dan labia minora), klitoris, daerah ujung luar vagina dan saluran kemih.
·       Mons pubis : gundukan jaringan lemak yang terdapat dibagian bawah perut, Daerah ini dapat dikenali dengan mudah karena tertutup oleh rambut pubis. Rambut ini akan tumbuh saat seorang gadis beranjak dewasa.
·       Labia: Lipatan berbentuk seperti bibir yang terletak di dasar mons pubis.Terdiri dari dua bibir, yaitu labium mayora (bibir luar) merupakan bibir yang tebal dan besar dan labium minora (bibir dalam), merupakan bibir yang tipis yang menjaga jalan masuk ke vagina.
·       Klitoris : merupakan organ kecil yang terletak pada pertemuan antara ke dua labia minora dan dasar mons pubis. Ukurannya sebesar kacang polong, penuh dengan sel syaraf sensorik dan pembuluh darah. Organ mungil ini sangat sensitif dan berperan besar dalam fungsi seksual.
Vagina
Vagina merupakan saluran yang elastis, panjangnya sekitar 8-10 cm, dan berakhir pada rahim. Vagina dilalui oleh darah pada saat menstruasi dan merupakan jalan lahir. Karena terbentuk dari otot, vagina bisa melebar dan menyempit. Kemampuan ini sangat hebat, terbukti pada saat melahirkan vagina bisa melebar seukuran bayi yang melewatinya. Pada bagian ujung yang terbuka, vagina ditutupi oleh sebuah selaput tipis yang dikenal dengan istilah selaput dara. Bentuknya bisa berbeda-beda antara tiap wanita. Selaput ini akan robek pada saat bersanggama, kecelakaan, masturbasi/onani yang terlalu dalam, olah raga dsb.
Ekosistem vagina normal sangat kompleks, flora bakterial yang predominan adalah laktobasili (95%) ,disamping itu terdapat pula sejumlah kecil (5%) variasi yang luas dari bakteri erobik maupun anerobik. Ekosistem vagina yang normal mengandung 105 sampai 106 /gr dari sekresi vagina; sedangkan pada vaginosis bakterialis terjadi peningkatan sangat besar yaitu mencapai 109 – 1011/gram sekresi.



Bakteri yang normal di vagina :
Genus Laktobasilus merupakan kuman yang mampu memproduksi sejumlah asam laktat dari karbohidrat sederhana, dengan demikian menciptakan suasana asam yang mampu mematikan kuman lain yang tidak berspora.Secara morfologik, kuman ini berbentuk batang positif Gram, dan tidak bergerak. Pada isolasi primer bersifat mikroaerofilik, atau anaerob (tumbuh baik pada keadaan sedikit sekali oksigen atau tanpa oksigen). Bakteri ini pada dasarnya bersifat non patogen (tidak berbahaya).
Sekret normal vagina :
-          Berwarna jernih atau putih keruh
-          Berwarna kekuningan ketika mengering di pakaian
-          pH < 5,0
-          terdiri dari sel-sel epitel yang matur
-          sejumlah normal leukosit
-          tanpa adanya jamur Trichomonas dan tanpa clue cell


















B.       PENGERTIAN
·      Vaginosis bakterialis diketahui kemudian sebagai infeksi superfisial pada vagina yang menyertai keadaan menghilangnya laktobasili yang normal dan disertai oleh pertumbuhan berlebihan dari mikroorganisme lain dalam konsentrasi yang tinggi.
·      Vaginosis bakterial didefinisikan sebagai suatu keadaan abnormal pada ekosistem vagina yang dikarakterisasi oleh pergantian konsentrasi Lactobacillus yang tinggi sebagai flora normal vagina oleh konsentrasi bakteri anaerob yang tinggi, terutama Bacteroides sp., Mobilincus sp., Gardnerella vaginalis, dan Mycoplasma hominis Jadi vaginosis bakterial bukan suatu infeksi yang disebabkan oleh satu organisme, tetapi timbul akibat perubahan kimiawi dan pertumbuhan berlebih dari bakteri yang berkolonisasi di vagina.
·      Vaginosis Bakterial memperlihatkan bukti bahwa penyakit ini terjadi akibat pertumbuhan hebat bakteri normal vagina. Gangguan keseimbangan pertumbuhan bakteri ini menyebabkan terjadinya fluor albus yang sangat berbau.
·      Vaginosis Bakterial adalah penyebab utama dari fluor albus akan tetapi jarang tanpa disertai keluhan lain. Vaginosis bakterial terjadi akibat digantinya mikroflora vagina normal yang “healthy” ( terutama dari jenis Lactobacillus jensenii dan Lactobacillus crispatus ) oleh sekelompok mikroorganisme.
·      Bakterial vaginosis adalah sindrom klinik akibat pergantian Lactobacillus Spp penghasil hidrogen peroksida (H2O2) yang merupakan flora normal vagina dengan bakteri anaerob dalam konsentrasi tinggi (contoh : Bacteroides Spp, Mobilincus Spp, Gardnerella vaginalis, dan Mycoplasma hominis). Jadi, bakterial vaginosis bukan suatu infeksi yang disebabkan oleh suatu organisme, tetapi timbul akibat perubahan kimiawi dan pertumbuhan berlebih dari bakteri yang berkolonisasi di vagina.

C.      EPIDEMIOLOGI
Vaginosis bakterialis merupakan penyebab flour albus yang umum ditemukan pada wanita usia subur (Bouchard dkk, 1997). Di USA keadaan ini merupakan sekitar 50% penyebab vaginitis pada seluruh populasi wanita dan merupakan 10%-30% penyebab vaginitis pada wanita hamil (Majeroni 1998). Sebelum tahun 1955, penyakit ini dikenal dengan nama nonspecific vaginitis, Haemophilus vaginitis, Gardnerella vaginitis, Corynebacterium vaginitis , nonspecific vaginosis atau anaerobic vaginosis (Hill GB,1993).

D.      ETIOLOGI
Bakteri yang menyebabkan vaginosis bakterialis adalah :
·      Gardnerella vaginalis
·      Bakteri batang anerob gram negatif yang termasuk dalam genera
-       Prevotella
-       Porphyromonas dan Bacteroides
-       Peptostreptococcus sp
-       Mycoplasma hominis
-       Ureaplasma urealyticum dan seringkali Mobiluncus sp
Bakteri anerob inilah yang memproduksi ensim-ensim yang menimbulkan bau amis tajam pada keadaan vaginosis bakterialis, (Thomason 1991).
·       Bacteroides sp.
·      Mycoplasma hominis
Faktor resiko terjadinya Vaginosis Baterial :
1.    Pasangan seksual yang baru
2.    Merokok
3.    AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim)
4.    Pembilasan vagina yang terlampau sering, menyebabkan menurunnya jumlah laktobaksil penghasil hidrogen peroksida yang menyebabkan pertumbuhan berlebihan dari bakteri lain khususnya yang berasal dari bakteri anerobik.
5.    Vagina yang terlalu sering dalam keadaan lembab dan jarang mengganti celana dalam.
E.       PATOFISIOLOGI
Ekosistem seimbang pada vagina didominasi oleh bakteri Lactobacillus yang menghasilkan asam organik, seperti :
a.    Asam laktat, seperti organic acid lanilla
Berfungsi untuk memelihara pH dibawah 4,5 (antara 3,8 - 4,2), dimana merupakan tempat yang tidak sesuai bagi pertumbuhan bakteri khususnya mikroorganisme yang patogen bagi vagina.
b.    Peroksida (H2O2)
Merupakan mekanisme Lactobacillus untuk hidup dominan daripada bakteri obligat anaerob.
c.    Bakteriosin
Suatu protein dengan berat molekul rendah yang menghambat pertumbuhan banyak bakteri khususnya Gardnerella vaginalis.





















Patway
 






























F.       TANDA DAN GEJALA
1.    Fluor albus yang amat berbau (bau amis)
 
2.    Cairan vagina yang berlebih
3.    Cairan vagina pada vaginosis bakterial biasanya encer (seperti susu encer) dan berwarna keabu-abuan dan umumnya keluar pasca sanggama sehingga sering mengakibatkan masalah dalam hubungan seksual terutama pada pria.
4.    Disuria
5.    Gatal sekitar vulva dan terasa seperti terbakar
6.    Iritasi vagina
7.    Namun terkadang tidak menunjukkan gejala sama sekali.
8.    Dapat juga timbul kemerahan dan edema pada vulva
9.    Nyeri abdomen


G.      TES DIAGNOSTIK
1.    Diagnosis vaginosis bakterialis ditegakkan bila 3 kriteria terpenuhi dari 5 kriteria dibawah ini (Majeroni,1998):
·      Cairan vagina yang homogen (jumlah dan warnanya dapat bervariasi
·      PH vagina > 4.5, dengan menggunakan phenaphthazine paper (nitrazine paper).
·      Uji Amin (+)
Uji Amin (KOH whiff test) : Pemberian setetes KOH 10% pada sekret vagina diatas gelas objek akan menghasilkan bau amis yang karakteristik ( fishy / musty odor ), bau amis muncul sebagai akibat pelepasan amin dan asam organik hasil alkalisasi bakteri anaerob
·      Terdapat “clue cell” ( sel epitel vagina yang diliputi oleh coccobacillus yang padat)
 > 20% pada preparat basah atau pewarnaan Gram.
Cara pemeriksaannya :
Pemeriksaan preparat basah;dilakukan dengan meneteskan satu atau dua tetes cairan NaCl 0,9% pada sekret vagina diatas objek glass kemudian ditutupi dengan coverslip. Dan dilakukan pemeriksaan mikroskopik menggunakan kekuatan tinggi (400 kali) untuk melihat clue cells, yang merupakan sel epitel vagina yang diselubungi dengan bakteri (terutama Gardnerella vaginalis).Pemeriksaan preparat basah mempunyai sensitifitas 60% dan spesifitas 98% untuk mendeteksi bakterial vaginosis. Clue cells adalah penanda bakterial vaginosis.
 
·      Tidak adanya / berkurangnya laktobasil pada pewarnaan Gram.
-       Skoring jumlah bakteri yang normal pada vagina atau vaginosis bakterial dengan pewarnaan Gram :
Lactobacilli

Gardnerella/ Bacteroides

Mobilincus sp

(4+) : 0
(3+) : 1
(2+) : 2
(1+) : 3
(0)   : 4
(1+) : 1
(2+) : 2
(3+) : 3
(4+) : 3
(1+)-(2+) : 1
(3+)-(4+) : 2
Skor 0-3 dinyatakan normal; 4-6 dinyatakan sebagai intermediate; 7-10 dinyatakan sebagai vaginosis bakterial.


-       Kriteria diagnosis vaginosis bakterial berdasarkan pewarnan Gram :
d.   derajat 1: normal, di dominasi oleh Lactobacillus
e.    derajat 2: intermediate, jumlah Lactobacillus berkurang
f.     derajat 3: abnormal, tidak ditemukan Lactobacillus atau hanya ditemukan beberapa kuman tersebut, disertai dengan bertambahnya jumlah Gardnerella vaginalis atau lainnya.
2.    Uji H2O2 :
Pemberian setetes H2O2 (hidrogen peroksida) pada sekret vagina diatas gelas objek akan segera membentuk gelembung busa ( foaming bubbles) karena adanya sel darah putih yang karakteristik untuk trikomoniasis atau pada vaginitis deskuamatif, sedangkan pada vaginosis bakterialis atau kandidiasis vulvovaginal tidak bereaksi.

H.      KOMPLIKASI
Dapat mudah terjadi :
1.      Postpartum endometritis
2.      Selulitis tumpul vagina pasca histerektomi
3.      Peradangan Panggul pasca kuretasi
4.      Plasma sel endometritis
5.      Vaginosis bakterialis juga berhubungan dengan keberadaan fetal fibronectin yang terbukti meningkatkan kejadian korioamnionitis dan neonatal sepsis.
6.      Terjadi peningkatan risiko terjadinya persalinan kurang bulan, kontraksi prematur atau kelahiran dengan BBLR
7.      Lebih mudah terjadi infeksi Gonorrhoea dan Klamidia
8.      Meningkatkan kerentanan terhadap HIV dan infeksi penyakit menular seksual lainnya.









I.         PENATALAKSANAAN
1.      Pengobatan Topikal:
-       Clindamycin (krim vagina) 5 gram waktu tidur, selama 7 hari
-       Metronidazol gel 5 gram bid waktu tidur selama 7 hari.
-       Tetrasiklin intravagina 100 mg, 1 x sehari.
-       Triple sulfonamide cream (Sulfactamid 2,86%, Sulfabenzamid 3,7% dan Sulfatiazol 3,42%), 2 x sehari selama 10 hari, tapi akhir-akhir ini dilaporkan angka penyembuhannya hanya 15 – 45 %.
2.      Pengobatan Oral :
-       Metronidazol 500 mg selama 7 hari atau 2 gram dosis tunggal, keberhasilan penyembuhan lebih dari 90%.  Metronidazol dapat menyebabkan mual dan urin menjadi gelap. Jika pengobatan ini gagal, maka diberikan ampisilin oral (atau amoksisilin) yang merupakan pilihan kedua dari pengobatan,keberhasilan penyembuhan sekitar 66%.
-       Clindamycin 300 mg bid selama 7 hari, kaberhasilan penyembuhan sekitar 94%.
Aman diberikan pada wanita hamil. Sejumlah kecil klindamisin dapat menembus ASI, oleh karena itu sebaiknya menggunakan pengobatan intravagina untuk perempuan menyusui.
-       Amoksilav (500 mg amoksisilin dan 125 mg asam klavulanat) 3 x sehari selama 7 hari. Cukup efektif untuk wanita hamil dan intoleransi terhadap metronidazol.
-       Tetrasiklin 250 mg, 4 x sehari selama 5 hari.
-       Doksisiklin 100 mg, 2 x sehari selama 5 hari.
-       Eritromisin 500 mg, 4 x sehari selama 7 hari.
-       Cefaleksia 500 mg, 4 x sehari selama 7 hari.

J.        PENCEGAHAN
1.      Jangan memakai celana dalam dari bahan sintetis atau celana ketat
2.      Pakailah selalu celana katun
3.      Jangan memakai panty-liner setiap hari
4.      Sesudah mandi keringkan daerah vulva dengan baik sebelum berpakaian (bisa memakai hairdryer).
5.      Cebok dari depan ke belakang setiap berkemih/b.a.b dapat membantu mengurangi kontaminasi mikroorganisme dari rektum
6.      Kurangi mengkonsumsi gula-gula, alkohol, coklat atau kafein dalam diet sehari-hari
K.      PROGNOSIS
Prognosis bakterial vaginosis dapat timbul kembali pada 20-30% wanita walaupun tidak menunjukkan gejala. Pengobatan ulang dengan antibiotik yang sama dapat dipakai. Prognosis bakterial vaginosis sangat baik, karena infeksinya dapat disembuhkan. Dilaporkan terjadi perbaikan spontan pada lebih dari 1/3 kasus. Dengan pengobatan metronidazol dan klindamisin memberi angka kesembuhan yang tinggi (84-96%).

L.       ASUHAN KEPERAWATAN
I.          Pengkajian
1.      Identitas pasien
2.      Anamnesis :
-       Keluhan utama
-       Keluhan tambahan
-       Riwayat penyakit : pernah mengalami penyakit pada kelaminnya atau tidak?
-       Adanya keputihan
-       Banyaknya cairan vagina yang keluar
-       Bau
-       Konsistensinya
-       Warna 
3.      Pemeriksaan Fisik
Inspeksi : cairan vagina yang keluar meliputi, warna, konsistensi, jumlah dan baunya.
4.      Pemeriksaan Diagnostik
a.       Pemeriksan pH dengan phenaphthazine paper (nitrazine paper).
b.      Uji Amin (KOH whiff test)
c.       preparat basah atau pewarnaan Gram
d.      Uji H2O2
II.       Diagnosa Keperawatan
1.      Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan banyaknya sekret yang keluar pada vagina dan adanya rasa gatal.
2.      Resiko infeksi berhubungan dengan banyaknya bakteri yang berkembang dalam vagina.
3.      Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai penyebab dan prognosis penyakit.
III.    Rencana Tindakan Keperawatan
1.        Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan banyaknya sekret yang keluar pada vagina dan adanya rasa gatal.
Tujuan                : rasa nyaman meningkat dan rasa gatal berkurang atau hilang.
Intervensi           :
a.       Amati sekret yang keluar dari vagina (warna, konsistensi, jumlah, dan baunya ).
Rasional       : sekret vagina dapat menandakan suatu kelainan atau keabnormalan yang terjadi pada vagina.
b.      Mengganti celana dalam pasien jika lembab ataupun kotor, sebaiknya untuk sering diganti.
Rasional       : jika celana dalam lembab atau kotor dapat meningkatkan pertumbuhan bakteri yang abnormal dalam vagina.
c.       Menjelaskan pada pasien untuk mengeringkan bagian genital bila basah atau sehabis BAK atau BAB, misal mengelap dengan tissue atau handuk yang bersih ataupun dengan dikeringkan memakai hairdryer.
Rasional       : untuk menjaga bagian genital tetap kering.
d.      Berikan obat topikal sesuai indikasi, misal :
-       Clindamycin (krim vagina)
-       Metronidazol gel
-       Tetrasiklin intravagina
-       Triple sulfonamide cream
2.        Resiko infeksi berhubungan dengan banyaknya bakteri yang berkembang dalam vagina.
Tujuan                : agar tidak terjadi infeksi lebih lanjut.
Intervensi           :
a.       Bersihkan alat genetalia dengan teknik aseptik.
Rasional       : agar alat genetalia terjaga kebersihannya dan tidak mengganggu ekosistem normal pada vagina.
b.      Lakukan pemeriksaan sekret vagina yang diamati dengan preparat basah atau pewarnaan Gram.
Rasional       : untuk mengetahui jumlah bakteri abnormal yang berkembang dalam vagina.

c.       Berikan antibiotik oral sesuai indikasi, misal :
-       Metronidazol
-       Clindamycin
-       Amoksilav
-       Tetrasiklin
-       Cefaleksia
-       Eritromisin
-       Doksisiklin


























M.     DAFTAR PUSTAKA
3.      http://dedyarinerz.blogspot.com/2011/03/vaginosis-bakterial.html


















1 komentar: