Jumat, 17 Juni 2011

askep carsinoma paru


I.       KONSEP DASAR
A.    PENGERTIAN
Tumor (berasal dari bahasa latin yang berarti “bengkak”) Merupakan salah satu dari lima karakteristik inflamasi.Pertumbuhannya digolongkan menjadi 2 yaitu: malignant dan benignant. (www.wikipedia Indoesia.com)

Kanker  adalah  penyakit atau kelaian pada tubuh sebagai akibat dari sel-sel tubuh yang tumbuh dan berkembang abnormal, di luar batas kewajaran dan sangat liar.(dr.Iskandar J, Kanker, 2007, hal 1)

Kanker adalah  sel yang  telah  kehilangan  pengendalian  dan  mekanisme  normalnya, sehingga  mengalami  pertumbuhan  yang  tidak  teratur .(www.medicastore.com, 2004)

B.     ANATOMI FISIOLOGI
·         PARU
Paru – paru adalah salah satu organ sistem pernapasan yang berada di dalam kantong yang dibentuk oleh pleura parietalis dan useralis. Kedua paru – paru sangat lunak, elastis dan berada dalam rongga thorak, sifatnya ringan terapung di dalam air.
Masing – masing paru – paru mempunyai apeks yang tumpul dan menjorok ke atas, masuk ke leher kira-kira 2,5 cm diatas klavikula, fasies kostalis yang konveks berhubungan dengan dinding dada pada fasies mediastinal yang konkaf membentuk perikardium. Sekitar pertengahan permukaan kiri terdapat hilus pulmonalis suatu lekukan dimana bronkus pembuluh darah dan saraf masuk paru – paru membentuk radik pulmonalis

·         APEK PULMO
Berbentuk bundar menonjol ke arah dasar yang lebar melewati apertura torasis superior 2,5 – 4 cm diatas ujung sternal iga pertama.




·         BASIS PULMO
Bagian yang berada diatas permukaan cembung diafragma, karena kubah difragma lebih menonjol ke atas pada bagian kanan dari paru kiri maka basis paru kanan lebih kontak dari paru kiri.

·         Insisura atau fisura
Dengan adanya fisura tekik yang dalam pada permukaan, paru-paru dapat dibagi menjadi beberapa lobus. Letak insisura dan lobus diperukan dala penentuan diagnosa

·         Paru-paru Kiri
Pada paru-paru kiri terdapat suatu insisura yaitu insisura obliqua. Insisura ini membagi paru-paru kiri atas menjadi dua lobus, yaitu:
a.       Lobus Superior, bagian yang terletak di atas dan di depan insisura.
b.      Lobus Inferior, bagian paru-paru yang terletak di belakang dan di bawah insisura.

·         Paru-paru kanan
Pada paru-paru kanan terdapat dua insisura, yaitu insisura obliqua dan insisura interlobalis sekunder.
a.       Insisura Obliqua (Interlobalis primer), mulai di daerah terus ke atas dan ke belakang sampai hilus setinggi vertebrata torakalis ke-4 terus ke bawah dan ke depan searah iga ke-6 sampai linea aksilaris media ke ruangan intercostal ke-6, memotong margo inferior setinggi artikularis media iga ke-6 kembali ke hilus.

b.      Insisura Interlobalis Sekunder, mulai dari insisura obliqua pada aksilaris media berjalan horizontal memotong margo anterior pada artikulatio kosto kondralis ke-4 terus ke hilus. Insisura obiqua memisahkan lobus inferior dari lobus medius dan lobus posterior. Insisura horizontal memisahkan lobus medius dari lobus superior.




·         Radiks Pulmonalis
Susunan dalam jaringan penyambung media spinalis dan dikelilingi oleh garis pleura, susunan alat utma bronkus, arteri pulmonalis dan vena pulmonalis segmen pulmonar.
Dari bronkus lobalis bercabang menjadi bronkus segmentarum. Segmen bronkopulmonari adalah daerah yang diurus oleh cabang-cabang bronkus segmentarum, mendapat darah dari arteri yang berjalan bersama bronkus segmentarum yang berdekatan dan darah vena durus oleh vena-vena yang terletak intersegmental.

·         Segmen paru-paru kanan
1.      Lobus Superior
a. segmen apikal
b. segmen superior
c. segmen anterior
2.      Lobus Medius
a. segmen lateral
b. segmen medial
3.                  Lobus Inferior
a.       segmen superior
b.      segmen media basal
c.       segmen antero basal
d.      segmen latero basal
e.       segmen postero basal

·         Segmen paru-paru kiri
1.                  Lobus Superior
a.       segmen apikoposterior
b.      segmen anterior
c.       segmen superior
d.      segmen inferior
2.                  Lobus Inferior
a.       segmen superior
b.      segmen anteriomediobasal
c.       segmen lateral basal
d.      segmen latero basal

C.    ETIOLOGI
Penyebab kanker biasanya tidak dapat diketahui dengan pasti karena penyebab kanker dapat merupakan gabungan dari sekumpulan faktor, genetik dan lingkungan, yang meningkatkan resiko terjadinya kanker.
·         Faktor Lingkungan
1.      merokok
2.      pekerja tambang pada pemaparan uranium, nikel
3.      iradiasi akibat dari bahan radioaktif dan bahan-bahan kimia
4.      polusi udara akibat asap pabrik industri
·         Faktor Keturunan
faktor genetik menyebabkan resiko lebih tinggi untuk menderita kanker, dikarenakan mutasi genetik yang khas yang sering ditemukan pada beberapa kelompok etnik dan keluarga.
·         Makanan
1.      zat pewarna dan pengawet pada makanan dan minuman
2.      HCA (Heterocyclic Amines) yang terdapat pada daging yang digoreng/dibakar dalam waktu yang lama yang menyebabkan radikal bebas/oksidan sehingga dapat menyebabkan kerusakan gen DNA
3.      Produk-produk asam lemak trans (Trans Faaty Acids : TFA)
Ex: margarin, produk yang diproses secara hidrogenasi
-                      Telor gosong/kering
-                      Logam berat seperti merkuri pada makanan laut yang tercemar
Ex: ikan, kerang, dll. (dr.Iskandar J, Kanker, 2007, hal.3)








D.    PATOFISIOLOGI


Faktor Resiko:
-    merokok
-    polusi udara
-    radiasi
-    makanan MSG
-    dll
 
Sel Ganas Penuh
KANKER
 
 




























(Dr. H. Prijono Tirtoprojdo, Patologi Anatomi,2005)



E.     TANDA DAN GEJALA
a.       Nyeri Dada (40%)
- Dapat terjadi akibat tumor yang meluas menekan saraf dan pembuluh darah disekitarnya.
- Nyeri juga merupakan reaksi kekebalan dan peradangan terhadap kanker yang sedang tumbuh.
- Nyeri juga dapat disebabkan karena ketakutan dan kecemasan.
b.      Terdapat Efusi Pleura
- Tandanya adalah suara redup pada perkusi dada dan hilangnya suara vesikuler saat auskultasi dada. Tanda inilah yang paling sering ditemukan.
c.       Penurunan Berat Badan
- Akibat kurangnya lemak dan protein yang disebut kaheksia.
d.      Anemia
- Terjadi anemia karena berbagai sebab, sebagian besar mereka yang mengalami kanker metastatik.
- Anemia secara dini terjadi pada mereka yang menderita kanker sel-sel pembentuk darah atau kenker yang menyebabkan perdarahan menahun.
e.       Pelebaran Vena-Vena Dada (Venektasi)
- Warnanya kebiruan di dada
- Venektasi terjadi karena kanker yang ada menekan vena cava sehingga terjadi bendungan darah.
- Venektasi hampir terjadi pada 100% kasus kenker paru.
f.       Dyspnea (15%)
g.      Hemoptisis (batuk darah) (50%)
- Sputum bersemu darah karena sputum melalui permukaan tumor mengalami ulserasi.
h.      Sindrom Para Neoplasma
- Koma hipoglikemia tanpa riwayat DM dengan gambaran rontgent cain lession di paru bisa dicurigai sebagai manifestasi kanker paru. Apalagi koma ini mengilang bila pasien diberi terapi glukosa.
i.        Takipneu (frekuensi napas meningkat)
j.        Batuk kering tanpa dahak
-    Kemungkinan akibt iritasi yang disebabkan oleh massa tumor.
-    Batuk mulai sebagai batuk kering tanpa membentuk sputum, tetapi berkembang sampai titik dimana dibentuk sputum yang kental dan purulen dalam berespon terhadap infeksi sekunder. ( Kapita Selekta, 2001, hal. 3 )
F.     KOMPLIKASI
a.       Pneumothoraks
- Terjadi akibat dilakukan pemeriksaan biopsi dengan jarum besar.
b.      Perikardial Efusi
- terjadi bila kanker telah metastase ke perikardium.
c.       Bone Metastases
- dapat menimbulkan rasa nyeri yang akan menurunkan nafsu makan.
d.      Cerebral Metastase
- menyebabkan penurunan kesadaran sehingga terjadi penurunan intake makanan.
e.       Stomatitis
- akibat dari pemberian obat anti kanker.
- contoh : mytamiun, vinblastine, bleomycin, fluororasil,dll.
f.       Kelainan pada tulang, sering berupa osteolitik
- diperkirakan terdapat pada 10 -20 % kasus.
- kadang-kadang dijumpai destruksi satu atau lebih dari tulang iga, terutama pada 
   tulang iga pertama sampai ke tiga.
g.      Immunosupresi
- pada penderita kanker paru mempunyai risiko  tinggi  mendapat infeksi, sehingga 
   mengganggu sistem imunitas tubuh yang memungkinkan masuknya kuman gram 
   negatif  atau  jarum.
( Hood Alsagaff, 1995, hal. 127)
( Kapita Selekta, 2001, hal. 6 )

G.    PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a.       Radiologi
·         Rontgen dada PA (posterior - anterior) dan lateral serta Tomografi dada.
Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi adanya kanker paru. Menggambarkan bentuk, ukuran, dan lokasi lesi. Pada foto rontgen nampak nodul tunggal opak (solitair nodule). Nodul soliter ini merupakan petunjuk dini adanya Ca-Bronkogenik.
·         Bronkografi
Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.



b.      Laboratorium
1.            Sitologi.
-          Dahak tampung pagi = positif jika ditemukan sel ganas. Bila + kemungkinan besar adalah kanker paru jenis NSCLC.
-          Cairan pleura = digunakan untuk menemukan sel ganas di cairan pleura.
2.            Pemeriksaan Fungsi Paru dan GDA
Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas guna memenuhi kebutuhan ventilasi.
3.            Tes kulit, jumlah absolute limfosit
         Dapat dilakukan untuk mengevaluasi keompetensi imun (umum pada Ca-Paru).
c.       Histopatologi
1.            Bronkoskopi = biopsi transbronkial
1.      Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian dan pembersihan sitologi lesi (besarnya karsinoma bronkogenik dapat diketahui).
2.      Merupakan alat diagnosis yang akurat, tetapi mahal dan memerlukan tenaga terampil.
3.      Melalui biopsi transbronkial akan didapatkan jaringan paru sehingga dapat digunakan untuk melihat gambaran PA / histologis jaringan paru.
2.            Biopsi Trans Torakal (TTB)
Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan ukuran < 2 cm, sensitivitasnya mencapai 90 – 95 %
3.            Bisa dilakukan dengan AJH atau biopsi jarum besar. Bila dengan AJH didapatkan pemeriksaan sitologi, sekaligus mendapatkan gambaran histologisnya.
Kelemahan : dapat menyebabkan perdarahan dan pneumothorax
d.      Torakoskopi
1.            Biopsi tumor di daerah pleura memberikan hasil yang lebih baik dengan cara torakoskopi.
a.       Mediastinosopi
-          Untuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening yang terlibat.
b.      Torakotomi
-          untuk diagnostik kanker paru dikerjakan bila bermacam-macam prosedur non invasif dan invasif sebelumnya gagal mendapatkan sel tumor.

e.       Pencitraan
1.      CT – Scan
- Untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan pleura.
2.      MRI
- untuk menunjukkan keadaan mediastinum
( Kapita Selekta, 2001, hal. 6 )
( www. ILMU KEPERAWATAN”Care With Love”KANKER PARU )

H.    PENATALAKSANAAN MEDIK
a.       Tujuan pengobatan kanker dapat berupa
1.      Kuratif
-          memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan angka harapan hidup klien.
2.      Paliatif
-          mengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup.
3.      Rawat rumah (hospice care) pada kasus terminal
-          mengurangi dampak fisis maupun fisiologi
4.      Supotif
-          menunjang pengobatan kuratif, paliatif, dan terminal seperti pemberian nutrisi, transfusi darah dan komponen darah, obat anti nyeri dan anti infeksi.

b.      Pembedahan
1.   Pembedahan merupakan terapi terpilih pada pasien NSCLC dengan kondisi fisiologik dan anatomik yang sessuai kriteria tanpa adanya bukti metastasis ekstratorakal. Pembedahan ini dilakukan pada stadium I – II.

c.       Kemoterapi (obat-obat anti kanker)
obat anti kanker dikelompokkan dalam beberapa kategori:
1.      Alkylating agents
2.      Antimetabolit
3.      Alkaloid tanaman
4.      Antibiotik anti tumor
5.      Enzim
6.      Hormon
7.      Pengubah respon biologis
d.      Radioterapi : eksternal / internal
1.      Radioterapi dilakukan untuk profilaksis metafase, penanganan paliatif terhadap nyeri, hemoptisis berulang, efusi atau obstruksi saluran napas atau vena kava superior.
e.       Terapi Biologi menggunakan
1.      Anti VCGF (anti vaskuler endothelial growth factor)
2.      Blok reseptor tirokinase
3.      Blok epidermal growth factor reseptor.
f.       Terapi Gen: dilakukan untuk memperbaiki gennya.
1.      Manipulasi telomere
2.      Manipulasi DNA
3.      Manipulasi RNA
g.      Kombinasi (multi modality)
bedah, kemoreseptor, terapi biologi, radioterapi
(Ilmu Penyakit Dalam, 2001)


I.             PENGKAJIAN KEPERAWATAN
a.       Aktivitas / Istirahat
Gejala        : kelemahan, ketidakmampuan mempertahankan kebiasaan rutin, 
                   dispnea karena aktivitras.
Tanda        : kelesuan (biasanya tahap lanjut)
b.      Sirkulasi
Gejala        : JVD (obstruksi vena kava)
                    Bunyi jantung : gesekan pericardial (menunjukkan efusi)
                    Takikardia / disritmia, jari tabuh
c.       Integritas Ego
Gejala        : Perasaan takut, takut hasil pembedahan.
                    Mendadak kondisi yang berat / potensi keganasan
Tanda        : kegelisahan, insomnia, pertanyaan yang diulang-ulang
d.      Eliminasi
Gejala        : Diare yang hilang timbul (karsinoma sel kecil)
                    Peningkatan frekuensi / jumlah urine
                    (ketidakseimbangan hormonal, tumor epidermoid)

e.       Makanan / Cairan
Gejala        : Penurunan berat badan, nafsu makan buruk
                    Penurunan masukan makanan
                    Kesulitan menelan, haus / peningkatan masukan cairan.
Tanda        : kurus, atau penampilan kurang berbobot (tahap lanjut)
                    Edema wajah / leher, dada punggung (obstruksi vena kava),
                    Edema wajah / periorbital (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma kecil)
f.       Nyeri / Kenyamanan
Gejala        : Nyeri dada (tidak biasanya ada pada tahap diri dan tidak selalu pda tahap 
                    lanjut) dimana dapat / tidak dapat dipengaruhi oleh perubahan posisi.
                    Nyeri bahu / tangan (khususnya pada sel besar atau adenokarsinoma)
                    Nyeri abdomen hilang timbul
g.      Pernapasan
Gejala     : Batuk ringan atau perubahan pola batuk dari biasanya dan atau produksi sputum
                   Napas pendek, pekerja yang terpajan polutan, debu industri, serak, paralysis pita 
                   suara, riwayat merokok
Tanda     : Dispnea, meningkat dengan kerja
                 Peningkatan fremitus taktil (menunjukkan konsolidasi)
                 Krekels / mengi pada inspirasi atau ekspirasi (gangguan aliran udara)
                 Krekels / mengi menatap, persimpangan trakea  (area yang mengalami lesi)
                 Hemoptisis
h.      Keamanan
Tanda     : Demam mungkin ada (sel besar atau karsinoma)
                  Kemerahan. Kulit pucat (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil)  
i.        Seksualitas
Tanda     : Ginekomastia (perubahan hormone neoplastik, karsinoma sel besar)
                 Amenorea / impotent (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil)
j.        Penyuluhan
Gejala        : Faktor resiko keluarga, kanker (khususnya paru), tuberkulosis kegagalan  
                    untuk membaik                       

J.            DIAGNOSA KEPERAWATAN
a.       Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan pengangkatan jaringan paru, hipoventilasi, penurunan kapasitas pembawa oksigen darah
b.      Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan hyperplasia dinding bronkial
c.       Nyeri akut / kronis berhubungan dengan proses penyakitnya
d.      Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan penekanan proses peradangan
e.       Hipertermi berhubungan dengan penyakit yang diderita
f.       Gangguan pola tidur berhubungan dengan depresi
g.      Cemas berhubungan dengan status kesehatan
h.      Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi, kesalahan interpretasi





No
Diagnosa Keperawatan
Tindakan Keperawatan

Rasional


Tujuan dan Kriteria Hasil
Tindakan



1











 

2




















 

3
















4












 

5



















 

6




Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan sekret kental ditandai dengan :
takikardi, hiperapnea, kelelahan, dyspnea, AGD abnormal, produksi suputum









Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dengan hyperplasia dinding bronkial ditandai dengan dyspnea, suara nafas tambahan, batuk tak efektif,produksi sputum



















Risiko Infeksi berhubungan dengan penekanan proses peradangan

















Gangguan pola tidur berhubungan dengan depresi ditandai dengan:
-    tidur tidak puas
-    insomnia
-    jumlah tidur kurang dari kebutuhan sesuai umur
-    terbangun lebih awal atau terlambat bangun
-    penurunan kemampuan fungsi



Cemas berhubungan dengan status kesehatan ditandai dengan:
-     takut
-     gugup
-     insomnia
-     gelisah
-     merenung
-     jantung berdetak kuat
-     pelupa
-     bingung
-     stress












Kurang pengetahuan mengenai kondisi pasien berhubungan dengan:
-          kurang informasi
-          kesalahan interpretasi
-          kurang mengingat



Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ….X 24 jam diharapkan pertukaran gas efektif dengan kriteria :
o Respirasi 16 – 24 X/mnt
o Nilai GDA normal
o Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi
o Bebas dari gejala distress






Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ….X 24 jam diharapkan bersihan jalan nafas efektif dengan kriteria :
o  Dapat napas efektif
o  Dapat mengeluarkan dahak
o  RR 16 – 24 X/mnt
o  Tidak ada suara tambahan

















Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ……. x 24 jam diharapkan risiko infeksi dapat berkurang dengan criteria :
-          klien terbebas dari tanda dan gejala infeksi
-          klien mampu mendiskripsikan proses penularan penyakit
-          klien menunjukkan hygiene pribadi yang adekuat
-          klien mempunyai kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
-          jumlah leukosit dalam batas normal
(5000 – 10.000 /mmk)






Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama …… x 24 jam diharapkan pasien tidak mengalami gangguan pola tidur dengan criteria :
-          klien dapat tidur sesuai kebutuhan dan usia:
a.       bayi = 18 – 20 jam
b.       balita = 12 – 14 jam
c.        anak sekolah = 10 – 12 jam
d.       dewasa muda = 8 – 9 jam
e.        dewasa          = 6 – 8 jam
f.        lansia             = sekitar 6 jam
-          klien dapat mengutarakan merasa segar dan puas
-          tidak tidak mengalami gangguan


Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ........ x 24 jam diharapkan pasien dapat menghilangkan rasa cemas  dengan criteria :
-          klien tidak merasa cemas
-          wajah klien terlihat cerah
-          tanda vital normal:
nadi        : 80 – 100 x/menit
suhu       : 360C – 37,50C
respirasi : 16 – 20 x/menit
      -     tampak rileks













Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ….x 24 jam diharapkan pasien mengetahui tentang kondisinya ditandai dengan criteria:
-          Menjelaskan hubungan antara proses penyakit dan terapi
-          Menggambarkan/menyatakan diet, obat, dan program aktivitas
-          Menidentifikasi dengan benar tanda gejala yang memerlukan perhatian medik
-          Membuat perencanaan untuk perawatan lanjut

1.    Observasi frekwensi, kedalaman pernapasan
2.    Tingggikan kepala tempat tidur, bantu posisi pasien yang mudah untuk bernapas

3.    Dorong mengeluarkan suputum dengan batuk efektif



4.    Berikan O2 tambahan sesuai indikasi GDA

1.    Observasi frekwensi pernapasan



2.    Observasi penurunan ekspansi dinding dada



3.    Catat karakteristik batuk (missal; menetap, efektif, tidak efektif) dan karakteristik sputum



4.    Pertahankan posisi tubuh/kepala tepat dan gunakanalat jalan napas sesuai kebutuhan

5.    Kolaborasi pemberian obat bronkodilator dan mukolitik




1.       pantau tanda dan gejala infeksi; suhu tubuh, nadi, sekresi, penurunan berat badan

2.       bersihkan alat/lingkungan dengan  benar setelah dipergunakan klien

3.       batasi jumlah pengunjung jika diperlukan
4.       anjurkan klien untuk minum obat antibiotic sesuai program
5.       dorong klien dan keluarga masukan nutrisi dan cairan yang adekuat

6.       kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi sesuai indikasi dan pemeriksaan laboratorium


1.       kaji pola tidur klien


2.       jelaskan pentingnya tidur yang adekuat kepada klien
3.       identifikasi penyebab gangguan tidur pskis ; cemas, stress, lingkungan dll
4.       restorasi pola umum adalah prioritas pada pemakai stimulant yang kurang tidur

5.       kolaborasikan dengan tim medis



1.       kaji tingkat ansietas dan diskusikan penyebabnya bila mungkin


2.       berikan waktu untuk mendengarkan pasien  mengenai masalah dan dorong eksprsi perasaan yang bebas

3.       kembangkan hubungan pasien / perawat



4.       berikan informasi lisan / tertulis atau rekaman



5.       rujuk pada pelayanan social atau lembaga lain yang sesuai untuk bantuan


1.       Dorong belajar untuk memenuhi kebutuhan pasien. Beri informasi dalam cara yang jelas/ringkas
2.       Berikan informasi verbal dan tertulis tentang obat
3.       Kaji konseling nutrisi tentang rencana makan; kebutuhan makanan kalori tinggi
4.       Berikan pedoman untuk aktivitas


1.   Berguna bagi evaluasi drajat distress pernapasan
2.   Pengiriman O2 dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi dan latihan napas untuk menurunkan jalan napas
3.   Kental dan banyaknya sekret adalah sumber utama pertukaran gas yang terganggu pada jalan napas kecil
4.   Dapat memperbaiki dan mencegah buruknya hipoksia


1.   Takipnea ditemukan pada penerimaan selama stress / adanya proses inflamasi akut

2.   Ekspansi dada terbatas atau tidak sama sehubungan dengan akumulasi cairan, edema dan secret dalam seksi lobus

3.   Karakteristik batuk dapat berubah tergantung pada penyebab / etiologi gagal pernapasan. Sputum bila ada mungkin banyak, kental, berdarah, purulen
4.   Memudahkan memelihara jalan napas atas paten bila jalan napas pasien dipengaruhi

5.   Bronkodilator menurunkan kongestif lokal dan spasme jalan napas. Mukolitik mengencerkan dahak, menekan batuk

1. mengetahui periode waktu,
    potensial komplikasi fatal 
    (hipotensi/syok) dapat terjadi

2. meminimalkan penyebaran
    mikroorganisme yang masuk  
    ke Tubuh
3. menurunkan pemajanan 
    terhadap pathogen infeksi lain
4. menghambat perkembangan 
    mikroorganisme
5. mencegah dehidrasi yang 
    dapat  mempengaruhi
    mekanisme  dalam tubuh
6. mengidentifikasi komplikasi 
    dalam pemberian terapi dan 
    pemeriksaan laboratorium


1.       pola tidur yang tidak benar mempengaruhi ketidaknyamanan
2.       tidur berguna membentuk sel-sel metabolisme yang baru
3.       mengetahui gangguan yang menyebabkan ketidaknyamanan dalam tidur
4.       peningkatan stimulasi eksternal dan meningkatkabn relaksasi diprioritaskan pada waktu tidur
5.       indikasi dan kontraindikasi dalam pemakain obat tidur


1.       identifikasi masalah spesifik akan meningkatkan kemampuan individu untuk menghadapi dengan realistis
2.       dengan cara ini akan membuat pasien merasa diterima, mulai mengakui keadaannya
3.       hubungan yang saling mempercayai diantara pasien / orang terdekat akan meningkatkan perawatan dan dukungan yang otimal
4.       informasi yang terlalu banyak akan sulit untuk diingat. Pasien dapat menunjuk materi sesuai kebutuhan
5.       seringkali pasien tidak menyadari sumber-sumber yang terpercaya dan pemberian informasi terbaru

1. Sembuh dari gangguan gagal paru dapat sangat menghambat lingkup perhatian pasien, konsentrasi dan energi untuk penerimaan informasi
2. Pemberian instruksi penggunaan obat yang aman memampukan pasien untuk mengikuti dengan tepat program pengobatan
3. Pasien dengan mswalah pernapasan berat biasanya mengalami penurunan berat badan dan anoreksia sehingga memerlukan peningkatan nutrisi untuk menyembuhkan
4. Pasien harus menghindari untuk terlalu lelah dan mengimbangi periode istirahat dan aktivitas untuk meningkatkan stamina
































DAFTAR PUSTAKA

Alsagaff, Hood, Kanker Paru dan Terapi Paliatif, Airlangga universoty Press, Surabaya, 1995.
Arif, mansjoer; dkk, Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid I, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 2001.
Doengoes, Marilyn. E, Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Pasien Edisi 3, EGC, Jakarta, 2000.
http: / id. Wikipedia. org / wiki / Kanker Paru – Paru kategori: Kanker, 2004.
Junaidi, Iskandar, Kanker, BIP, Jakarta, 2007.
Mubu, Halim. A, Panduan Praktis Ilmu Penyakit Dalam Diagnosa dan Terapi, EGC,              Jakarta, 2007.
Santosa, Budi (editor), Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006,                       Definisi    dan    Klasifikasi,   Prima  Medika,  Jakarta,  2005.
Tartoprodjo, Prijono Dr. H., Patologi Anatomi, Fakultas Kedokteran UGM, Yogyakarta, 2005.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar