Sabtu, 18 Juni 2011

askep luka bakar

Anatomi fisiologi

Kulit adalah lapisan jaringan yang terdapat pada bagian luar menutupi dan melindungi permukaan tubuh, berhubungan dengan selaput lendir yang melapisi rongga – rongga, lubang – lubang masuk. Pada permukaan kulit bermuara kelenjar keringant dan kelenjar mukosa. Kulit terdiri dari tiga lapisan yaitu epidermis, dermis, dan subkutan (Syaifudin, 2006).
a.      Epidermis
Epidermis terdiri dari beberapa lapisan sel yaitu :
1.      Stratum koneum
Selnya sudah mati, tidak mempunyai inti sel, inti selnya sudah mati, dan mengandung zat keratin.
2.      Stratum lusidum
Selnya pipih, bedanya dengan stratum granulosum adalah se – sel sudah banyak yang kehilangan inti dan butir – butir sel telah menjadi jernih sekali dan tembus sinar. Lapisan ini hanya terdapat di telapak tangan dan telapak kaki. Dalam lapisan terlihat seperi suatu pita yang bening, batas – batas sel sudah tidak begitu terlihat.
3.      Sratum granulosum
Stratum ini terdiri dari sel – sel pipih seperti kumparan. Sel – sel tersebut terdapat hanya 2 – 3 lapis yang sejajar dengan permukaan kulit. Dalam sitoplasma terdapat butir – butir yang disebut keratohialin yang merupakan fase dalam pembentukan keratin oleh karena banyaknya butir – butir stratum granulosum.
4.      Sratum spinosum/stratum akantosum
Lapisan sratum spinosum/stratum akantosum merupakan laisan yang paling tebal dan dapat mencapai 0,2 mm terdiri dari 5 – 8 lapisan. Sel – selnya disebut spinosum karena jika kita lihat di bawah mikroskop sel – selnya terdiri dari sel yang bentuknya poligonal (banyal sudut) dan mempunyai tanduk (spina). Disebut akantosum karena sel – selnya berduri. Ternyata spina dan tanduk tersebut adalah hubungan antara sel yang lain yang disebut intercelular bridges atau jembatan interseluler.
5.      Stratum basal/geminatifum
Stratum basal/geminatifum disebut basal karena sel – selnya terletak di bagian basal. Stratum germatifum menggantikan sel – sel yang diatasnya dan merupakan sel – sel induk. Bentuknya silindris (tabung) dengan inti yang lonjong. Di dalamnya terdapat butir – butir yang halus disebut butir melanin warna. Sel tersebut seperti pagar (palidase) di bagian bawah sel tersebut terdapat suatu membran yang disebut membran basalis. Sel – sel basalis dengan membran basalis merupakan batas bawah dari epidermis dengan dermis. Ternyata batas ini tidak datar tetapi bergelombang. Pada waktu kerium menonjol pada epidermis tonjolan ini disebut papila kori (papila kulit), dan epidermis menonjol ke arah korium. Tonjolan ini disebut rete ridges atau rete pegg (prosessus interpapilaris).
b.      Dermis
Dermis merupakan lapisan kedua dari kulit. Batas dengan epidermis dilapisi oleh membran basalis dan di sebelah bawah berbatasan dengan subkutis tetapi batas ini tidak jelas hanya kita ambil sebagai patokan adalah mulainya terdapat sel lemak.

Dermis terdiri dari dua lapisan yaitu bagian atas , pars papilaris (stratum papilar) dan bagian bawah, retikularis (stratum retikularis). Batas antara pars papilaris dan pars retikularis adalah bagian bawahnya sampai ke subkutis. Baik pars papilaris maupun pars retikularis terdiri dari jaringan longgar yang tersusun dari serabut – serabut yaitu  serabut kolagen, serabut elastis, dan serabut retikulus.

Serabut ini saling beranyaman dan masing – masing mempunyai tugas yang berbeda. Serabut kolagen, untuk memberikan kekuatan pada kulit, serabut elastis, memberikan kelenturan pada kulit, dan retikulus, terdapat terutama di sekitar kelenjar dan folikel rambut dan memberikan kekuatan pada alai tersebut. 
c.       Subkutan
Subkutis terdiri dari kumpulan – kumpulan sel – sel lemak dan di antara gerombolan ini berjalan serabut – serabut jaringan ikat dermis. Sel – sel lemak ini bentuknya bulat dengan intinya terdesak di pinggir, sehingga membentuk seperti cincin. Lapisan lemak ini disebut penikulus adiposus yang tebalnya tidak sama pada tiap – tiap tempat dan juga pembagian antara laki – laki dan perempuan tidak sama (berlainan). Guna penikulus adiposus adalah sebagai shock breaker atau pegas bila tekanan trauma mekanis yang menimpa pada kulit, isolator panas atau untuk mempertahankan suhu, penimbunan kalori, dan tambahan untuk kecantikan tubuh. Di bawah subkutis terdapat selaput otot kemudian baru terdapat otot.
Epidemologi
Ø  Luka bakar merupakan trauma yang berdampak paling berat terhadap fisik dan psikologis serta mengakibatkan penderitaan sepanjang hidup seseorang dengan angka mortalitas dan morbiditas yang sangat tinggi
Ø  United State: kurang lebih 2,5 juta kasus luka bakar  à 12 ribu meninggal/ tahun
Ø  Rs Dr Soetomo (Sep 1999- Des 2002) kasus angka kematian 32,3% , Lama perawatan 40-148 hari.
Ø  RSCM à (2002) terdapat 177 kasus, dg angka kematianà 29,9%. Lama perawatan 42-121 hari. Insiden parut hipertrofik, kontraktur 60-72 kasus/ tahun
Ø  RSUP Dr Sardjito (Juli 03-Des 05)à 85 Kasus, 21, 7 & meninggal, Lama perawatan 40-175 hari

Pengertian
Luka bakar dapat didefinisikan sebagai suatu kondisi kerusakan pada kulit,, mukosa dan jaringan lebih dalam, atau kerusakan jaringan tubuh yang disebabkan oleh suhu panas, kimia, radiasi, elektrik, cahaya matahari, ataupun radiasi nuklir
 

Klasifikasi Beratnya Luka Bakar
Faktor yang mempengaruhi berat ringannya luka bakar
Beberapa faktor yang mempengaruhi berat-ringannya injuri luka bakar antara lain kedalaman luka bakar, luas luka bakar, lokasi luka bakar, kesehatan umum, mekanisme injuri dan usia. Berikut ini akan dijelaskan sekilas tentang faktor-faktor tersebut di atas:
a. Kedalaman luka bakar
Kedalaman luka bakar dapat dibagi ke dalam 4 kategori yang didasarkan pada elemen kulit yang rusak.
1. Superficial (derajat I), dengan ciri-ciri sebagai berikut:
· Hanya mengenai lapisan epidermis.
· Luka tampak pink cerah sampai merah (eritema ringan sampai berat).
· Kulit memucat bila ditekan.
· Edema minimal.
· Tidak ada blister.
· Kulit hangat/kering.
· Nyeri / hyperethetic
· Nyeri berkurang dengan pendinginan.
· Discomfort berakhir kira-kira dalam waktu 48 jam.
· Dapat sembuh spontan dalam 3-7 hari.
2. Partial thickness (derajat II), dengan ciri sebagai berikut.:
· Partial tihckness dikelompokan menjadi 2, yaitu superpicial partial thickness dan deep partial thickness.
· Mengenai epidermis dan dermis.
· Luka tampak merah sampai pink
· Terbentuk blister
· Edema
· Nyeri
· Sensitif terhadap udara dingin
· Penyembuhan luka :
Ø Superficial partial thickness : 14 - 21 hari
Ø Deep partial thickness : 21 - 28 hari
(Namun demikian penyembuhannya bervariasi tergantung dari kedalaman dan ada tidaknya infeksi).
3. Full thickness (derajat III)
· Mengenai semua lapisan kulit, lemak subcutan dan dapat juga mengenai permukaan otot, dan persarafan dan pembuluh darah.
· Luka tampak bervariasi dari berwarna putih, merah sampai dengan coklat atau hitam.
· Tanpa ada blister.
· Permukaan luka kering dengan tektur kasar/keras.
· Edema.
· Sedikit nyeri atau bahkan tidak ada rasa nyeri.
· Tidak mungkin terjadi penyembuhan luka secara spontan.
· Memerlukan skin graft.
· Dapat terjadi scar hipertropik dan kontraktur jika tidak dilakukan tindakan preventif.
4. Fourth degree (derajat IV)
· Mengenai semua lapisan kulit, otot dan tulang.

b. Luas luka bakar
     Terdapat beberapa metode untuk menentukan luas luka bakar meliputi (1) rule of nine, (2) Lund and Browder, dan (3) hand palm. Ukuran luka bakar dapat ditentukan dengan menggunakan salah satu dari metode tersebut. Ukuran luka bakar ditentukan dengan prosentase dari permukaan tubuh yang terkena luka bakar. Akurasi dari perhitungan bervariasi menurut metode yang digunakan dan pengalaman seseorang dalam menentukan luas luka bakar.
     Metode rule of nine mulai diperkenalkan sejak tahun 1940-an sebagai suatu alat pengkajian yang cepat untuk menentukan perkiraan ukuran / luas luka bakar. Dasar dari metode ini adalah bahwa tubuh di bagi kedalam bagian-bagian anatomic, dimana setiap bagian mewakili 9 % kecuali daerah genitalia 1 % .
     Pada metode Lund and Browder merupakan modifikasi dari persentasi bagian-bagian tubuh menurut usia, yang dapat memberikan perhitungan yang lebih akurat tentang luas luka bakar.
     Selain dari kedua metode tersebut di atas, dapat juga digunakan cara lainnya yaitu mengunakan metode hand palm. Metode ini adalah cara menentukan luas atau persentasi luka bakar dengan menggunakan telapak tangan. Satu telapak tangan mewakili 1 % dari permukaan tubuh yang mengalami luka bakar.
c. Lokasi luka bakar (bagian tubuh yang terkena)
     Berat ringannya luka bakar dipengaruhi pula oleh lokasi luka bakar. Luka bakar yang mengenai kepala, leher dan dada seringkali berkaitan dengan komplikasi pulmoner. Luka bakar yang menganai wajah seringkali menyebabkan abrasi kornea. Luka bakar yang mengenai lengan dan persendian seringkali membutuhkan terapi fisik dan occupasi dan dapat menimbulkan implikasi terhadap kehilangan waktu bekerja dan atau ketidakmampuan untuk bekerja secara permanen. Luka bakar yang mengenai daerah perineal dapat terkontaminasi oleh urine atau feces. Sedangkan luka bakar yang mengenai daerah torak dapat menyebabkan tidak adekwatnya ekspansi dinding dada dan terjadinya insufisiensi pulmoner.
d. Kesehatan umum
     Adanya kelemahan jantung, penyakit pulmoner, endocrin dan penyakit-penyakit ginjal, khususnya diabetes, insufisiensi kardiopulmoner, alkoholisme dan gagal ginjal, harus diobservasi karena semua itu akan mempengaruhi respon klien terhadap injuri dan penanganannya.
     Angka kematian pada klien yang memiliki penyakit jantung adalah 3,5 - 4 kali lebih tinggi dibandingkan klien luka bakar yang tidak menderita penyakit jantung. Demikian pula klien luka bakar yang juga alkolism 3 kali lebih tinggi angka kematiannya dibandingkan klien luka bakar yang nonalkoholism. Disamping itu juga klien alkoholism yang terkena luka bakar masa hidupnya akan lebih lama berada di rumah sakit, artinya penderita luka bakar yang juga alkoholism akan lebih lama hari rawatnya di rumah sakit.

e. Mekanisme injuri
     Mekanisme injury merupakan faktor lain yang digunakan untuk menentukan berat ringannya luka bakar. Secra umum luka bakar yang juga mengalami injuri inhalasi memerlukan perhatian khusus.
     Pada luka bakar elektrik, panas yang dihantarkan melalui tubuh, mengakibatkan kerusakan jaringan internal. Injury pada kulit mungkin tidak begitu berarti akan tetapi kerusakan otot dan jaringan lunak lainnya dapat terjad lebih luas, khususnya bila injury elektrik dengan voltage tinggi. Oleh karena itu voltage, tipe arus (direct atau alternating), tempat kontak, dan lamanya kontak adalah sangat penting untuk diketahui dan diperhatikan karena dapat mempengaruhi morbiditi.
     Alternating current (AC) lebih berbahaya dari pada direct current (DC). Ini seringkali berhubungan dengan terjadinya kardiac arrest (henti jantung), fibrilasi ventrikel, kontraksi otot tetani, dan fraktur kompresi tulang-tulang panjang atau vertebra.
     Pada luka bakar karena zat kimia keracunan sistemik akibat absorbsi oleh kulit dapat terjadi.
f. Usia
     Usia klien mempengaruhi berat ringannya luka bakar. Angka kematiannya (Mortality rate) cukup tinggi pada anak yang berusia kurang dari 4 tahun, terutama pada kelompok usia 0-1 tahun dan klien yang berusia di atas 65 th.
     Tingginya statistik mortalitas dan morbiditas pada orang tua yang terkena luka bakar merupakan akibat kombinasi dari berbagai gangguan fungsional (seperti lambatnya bereaksi, gangguan dalam menilai, dan menurunnya kemampuan mobilitas), hidup sendiri, dan bahaya-bahaya lingkungan lainnya. Disamping itu juga mereka lebih rentan terhadap injury luka bakar karena kulitnya menjadi lebih tipis, dan terjadi athropi pada bagian-bagian kulit lain. Sehingga situasi seperti ketika mandi dan memasak dapat menyebabkan terjadinya luka bakar.
g. American Burn Association membagi dalam :
1.   Yang termasuk luka bakar ringan (minor) :
    1. Tingkat II kurang dari 15% Total Body Surface Area pada orang dewasa atau kurang dari 10% Total Body Surface Area pada anak-anak.
    2. Tingkat III kurang dari 2% Total Body Surface Area yang tidak disertai komplikasi.
2.   Yang termasuk luka bakar sedang (moderate) :
    1. Tingkat II 15% - 25% Total Body Surface Area pada orang dewasa atau kurang dari 10% - 20% Total Body Surface Area pada anak-anak.
    2. Tingkat III kurang dari 10% Total Body Surface Area yang tidak disertai komplikasi.
3.   Yang termasuk luka bakar kritis (mayor):
    1. Tingkat II 32% Total Body Surface Area atau lebih pada orang dewasa atau lebih dari 20% Total Body Surface Area pada anak-anak..
    2. Tingkat III 10% atau lebih.
    3. Luka bakar yang melibatkan muka, tangan, mata, telinga, kaki dan perineum..
    4. Luka bakar pada jalan pernafasan atau adanya komplikasi pernafasan.
    5. Luka bakar sengatan listrik (elektrik).
    6. Luka bakar yang disertai dengan masalah yang memperlemah daya tahan tubuh seperti luka jaringan linak, fractur, trauma lain atau masalah kesehatan sebelumnya..
h. American college of surgeon membagi dalam:
1.   Parah – critical:
    1. Tingkat II : 30% atau lebih.
    2. Tingkat III : 10% atau lebih.
    3. Tingkat III pada tangan, kaki dan wajah.
    4. Dengan adanya komplikasi penafasan, jantung, fractura, soft tissue yang luas.

2.   Sedang – moderate:
a) Tingkat II : 15 – 30%
b) Tingkat III : 1 – 10%
3.   Ringan – minor:
a) Tingkat II : kurang 15%
b) Tingkat III : kurang 1%

Etiologi
Etiologi yang sering menginduksi luka bakar antara lain: Suhu Panas (Api, Air, Uap air, Asap), Suhu dingin (Fros Bite), Listrik (elektrik), Zat Kimia (Asam Kuat, Basa Kuat), Radiasi, Sinar Laser, Cahaya matahari, Radiasi Nuklir.
Ø  Luka Bakar Elektrik
Berat Ringannya Luka bakar elektrik ditentukan oleh:
            Arus (A), Tahanan (R), Dan lamanya kontak (t) à yang menimbulkan panas
            Panas = A² x R x 0,293 x t
PERHATIAN à TRAUMA PENYERTA (ex Paralisis pernafasan, gagal ginjal, trauma muskolo skeletal, trauma multi organ, gagal jantung.
Ø  Cold Injury (frosbite)
l  Denaturasi protein à Kristalisasi intraseluler oklusi mikro faskulerà Anoksia jaringan
Derajat Frosbite
l   Derajat 1àEdema, eritema, tanpa nekrosis
l  Derajat 2 àTimbul bula, atau Vesikula
l  Derajat 3àNekrosis kulit
l  Derajat 4à ganggren à Repaid warming 40-44° C selama 20 menit.
Tanda dan gejala luka bakar
Menurut tanda dan gejalanya luka bakar dapat dibedakan menjadi beberapa tingkat, yaitu:
·         Tingkat I
Kemerahan pada kulit ( Erythema ), terjadi pembengkakan hanya pada lapisan atas kulit ari ( Stratum Corneum ), terasa sakit, merah dan bengkak.
·         Tingkat II
Melepuh ( Bullosa ) pembengkakan sampai pada lapisan kulit ari, terdapat gelembung berisicairan kuning bersih.
·         Tingkat III
Luka bakar sampai pada lapisan kulit jangat, luka tampak hitam keputuh – putihan ( Escarotica )
·         Tingkat IV
Luka bakar sudah sampai pada jaringan ikat atau lebih dari kulit ari dan kulit jangat sudah terbakar.

Pemeriksaan Diagnostik
·         Sel darah merah (RBC): dapat terjadi penurunan sel darah merah (Red Blood Cell) karena kerusakan sel darah merah pada saat injuri dan juga disebabkan oleh menurunnya produksi sel darah merah karena depresi sumsum tulang.
·         Sel darah putih (WBC): dapat terjadi leukositosis (peningkatan sel darah putih/White Blood Cell) sebagai respon inflamasi terhadap injuri.
·         Gas darah arteri (ABG): hal yang penting pula diketahui adalah nilai gas darah arteri terutama jika terjadi injuri inhalasi. Penurunan PaO2 atau peningkatan PaCO2.
·         Karboksihemoglobin (COHbg) :kadar COHbg (karboksihemoglobin) dapat meningkat lebih dari 15 % yang mengindikasikan keracunan karbon monoksida
·         Serum elektrolit :
(a)  Potasium pada permulaan akan meningkat karena injuri jaringan atau kerusakan sel darah merah dan menurunnya fungsi renal; hipokalemiadapat terjadi ketika diuresis dimulai; magnesium mungkin mengalami penurunan.
(b)  Sodium pada tahap permulaan menurun seiring dengan kehilangan air dari tubuh; selanjutnya dapat terjadi hipernatremia.
·                     Sodium urine :jika lebih besar dari 20 mEq/L mengindikasikan kelebihan resusitasi cairan, sedangkan jika kurang dari 10 mEq/L menunjukan tidak adekuatnya resusitasi cairan.
·                     Alkaline pospatase : meningkat akibat berpindahnya cairan interstitial/kerusakan pompa sodium.
·         Glukosa serum : meningkat sebagai refleksi respon terhadap stres.
·  BUN/Creatinin : meningkat yang merefleksikan menurunnya perfusi/fungsi renal, namun demikian creatinin mungkin meningkat karena injuri jaringan.
·    Urin : adanya albumin, Hb, dan mioglobin dalam urin mengindikasikan kerusakan jaringan yang dalam dan kehilangan/pengeluaran protein. Warna urine merah kehitaman menunjukan adanya mioglobin
·    Rontgen dada: Untuk mengetahui gambaran paru terutama pada injuri inhalasi.
·    Bronhoskopi: untuk mendiagnosa luasnya injuri inhalasi. Mungkin dapat ditemukan adanya edema, perdarahan dan atau ulserasi pada saluran nafas bagian atas
·    ECG: untuk mengetahui adanya gangguan irama jantung pada luka bakar karena elektrik.
· Foto Luka: sebagai dokumentasi untuk membandingkan perkembangan penyembuhan luka bakar.





PENTALAKSANAAN
A.    Fase Darurat / Resusitasi Perawatan Luka Bakar
1.      Perawatan di tempat kejadian
                                                            a.      Mematikan api.
Kalau pakaian turt terbkar api dapat dimatikan jika korban menjatuhkan dan menggulingkan tubuhnya di lantai atau di tanah (“ drop and roll”); segala sesuatu yang ada untuk mrngurangi nyala api seperti selimut, permadani atau jas, dapat digunakan. Jika sumber luka bakarnya adalah listrik, sumber listrik harus dipadamkan.
                                                            b.      Mendinginkan luka bakar.
Sesudah api dipadamkan, daerah yang terbaklar dan pakaian yang menempel pada daerah tersebut dibasahi dengan air yang sejuk untuk mendunginkan dan menghambat peoses perjalanan luka bakar. Setelah proses ini dihambat, kompres dingan merupakan pertolongan pertama yang paling tepat. Namun demikian, kita tidak boleh sekali- sekali mengompres luka bakar selama lebih dari beberapa menit dengan air es atau dengan kassa steril yang direndam air es, karena tindakan ini dapat memperparah kerusakan jaringan dan menimulkan hipotermia pada pasien dengan luka bakar yang luas.
                                                             c.      Melepaskan benda penghalang.
Meskipun pakaian yang menempel pada luka bakar dapat dibiarkan di tempatnya, pakaian lain dansemua barang perhiasan harus segera diplepas untuk melakukan penilaian serta mencegah terjadinya konstriksi sekunder akibat edema yang timbul dengan cepat.
                                                            d.      Menutup luka bakar.
Luka harus ditutup secepat mungkin untuk memperkecil kemungkinan kontaminasi bakteri dan mengurangi rasa nyeri dengan mencegah aliranudara agar tidak mengenai kulit yang terbakar. Kasa yang steril merupakan pilihan terbaik kendati setiap kain yang bersih dan kering dapat digunakan sebagai balutan darurat. Salep dan balsam tidak boleh dipakai.


                                                             e.      Mengirigasi luka bakar kimia.
Luka nakar kimia akibat kontak dengan bahan korosif harus segera dibilas dengan air mengalir.  Jika luka bakr semacam ini terjadi dirumah, pakaian harus segera dilepas dan semua bagian tubuh yang terkena bahan kimia dicuci di bawah pancuran atau sumberair yang mengalir lainnya.
2.      Penatalaksanaan Medis Darurat
Pasien diangkut ke klinik gawat darurat tedekat. Rumah sakit dan dokter disiagakan dengan menginformasikan bahwa pasen sedang dalam perjalanan ke rumah sakit sehingga semua tindakan penyelamatan jiwa pasien dapat segera dimulai oleh tim yang sudah terlatih. Prioritas utama dalam ruang darurat tetao ABC ( airway, breating, circulation). Sesudah tercapai status respirasi dan sirkulasi yang adekuat, perhatian harus diberikan kepada luka bakarnya sendiri. Perhatian yang cermat harus diberikan pada teknik aseptik.
3.      Pemindahan ke unit luka bakar.
Dalam dan luasnya luka bakar perlu dipertimbangkan dalam menentukan apakah pasien harus dipindahkan ke unit atau ke rumah sakit khusus luka bakar. Jika pasien akan dipindahkan ke rumah sakit atau unit luka bakar, tindakan berikut ini harus dilakukan sebelum memindahkan pasien : selang infis harus terpasang dengan kecepatan tetesan yang diperlukan untuk menghasilkan haluaran urin sedikitnya 30 mL per jam; saluran napas yang paten dipastikan; terapi yang adekuat untuk meredakan nyeri dilakukan; dan sirkulasi perifer yang memadai dihasilkan pada setiap ekstremitas yang terbatas.
4.      Penggantian cairan
Berbagai rumus telah dikembangkan untuk memperkirakan kehilangan cairan berdasarkan estimasi presentase luas permukaan tubuh yang terbakar dan berat badan pasien.
















                                                             a.      Rumus Konsensus
Text Box: 2-4 mL x kg BB x % luas luka bakar

Separuh diberikan dalam 8 jam pertama; sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya.
                                                            b.      Rumus Evans
i.        Koloid
Text Box: 1 mL x kg BB x % luas luka bakar

 


ii.      Elektrolit (salin)
Text Box: 1 mL x kg BB x % luas luka bakar

 


iii.    Glukosa (5 % dalam air)
2000 mL untu kehilangan insensibel
Hari 1 : separuh diberikan 8 jam pertama; separuh sisanya 16 jam berikutnya
hari 2 : separuh dari cairan koloid; separuh elektrolit; seluruh penggantian cairan insensibel.
Maksimum 10.000 mL selama 24 jam. Luka bakar derajat 2 dan 3 yang melebihi 50 % luas permukaan tubuh duhitung berdasarkan 50% luas permukaan tubuh.
                                                             c.      Rumus Brooke Army
Sama seperti rumus Evans
                                                            d.      Rumus Parkland / Baxter
Text Box: 4 mL x kg BB x % luas luka bakar

Larutan RL :


Hari 1 : separuh diberikan 8 jam pertama; separuh sisanya 16 jam berikutnya.
Hari 2 : bervariasi. Ditambah koloid.

B.     Fase Akut atau Intermediet Perawatan Luka Bakar
1.      Perawatan Luka Umum
                                                            a.      Pembersihan Luka
Berbagai tindakan dapat dilakukan untuk membersihkan luka bakar. Hidroterapi dengan perendaman total dikerjakan pada beberapa rumah sakit; bedside bath (terapi rendaman di samping tempat tidur) juga dilakukan. Pada rumah sait yang lain pasien digantung dengan sebuah ayunan vinil di atas sebuah bak dan kemudian disiram. Bak mandi rendam atau whirlpool dapat digunakan. guncangna air pada whirlpool akan meningkatkan proses pembersihan luka dan secara lembut memijat jaringan.
                                                            b.      Terapi Antibiotik Topikal
Ada kesepakatan bersama bahwa beberapa bentuk antimikroba yang diterapkan pada luka bakar merupakan periode perawatan setempat yang terbaik untuk luka bakar yang luas. Terapi antibakteri topikal tidak mensterilkan luka bakar tetapi hanaya mengurangi jumlah bakteri agar keseluruhan populasi mikroba dapat dikendalikan oleh pertahan tubuh pasien sendiri. Ada tiga preparat topikal yang paling sering digunakan : silver sulfadiazin ( Silvadene), siver nitrat dan mafenide asetat ( sulfamylon).

                                                             c.      Penggantian balutan
Balutan dapat diganti di kamar pasien, ruang hidroterapi atau di bagian perawatan kurang lebih 20 menit sesudah pemberian analgetik. Pembalut juga dapat diganti di kamar bedah sesudah pasien di anastesi. Balutan atau kasa yang menempel pada luka dapat dilepas tanpa menimbulkan sakit jika sebelumnya diberi larutan salin atau bilamana pesien dibiarkan berendam selama beberapa saat dalam bak rendaman.
                                                            d.      Debridemen
i.        Debridemen alami
Jaringan mati akan memisahkan diri secaa spontan dari jaringan viabel yang ada di bawahnya. Namun, pemakaian preparat antibakteri cenderung memperlambat proses alami ini.
ii.      Debridemen mekanis
Penggunaan gunting bedah dan forsep untuk memisahkan dan mengangkat eskar. Teknik ini dapat dilakukan oleh dokter atau perawat yang berpengalaman, dan biasanya debridemen mekanis dilakukan setiap hari pada saat penggantian bakutan serta pembersihan luka.
iii.    Debridemen bedah
Tindakan bedah dengan melibatkan eksisi primer seluruh tebal kulit sampai fasia (eksisi tangensial) atau dengan mengupas lapisan kulit yang terbakar secara bertahap hingga mengenai jaringan yang masih viabel dan berdarah.
                                                             e.      Graft pada luka bakar
Jika lukanya dalam atau sangat luas, reepitelialisasi spontan tidak mungkin terjadi. Karena itu diperlukan graft atau pencangkokan kulit dari pasien sendiri (autograft). Daerah-daerah utam graft kulit mencakup daerah wajah dengan alasan kosmetik dan psikologik; tangan dan bagian fungsional lainnya seperti kaki; dan daerah-daerah yang meliputi persendian. Graft memungkinkan pencapaian kemampuan fungsional yang lebih dini dan akan mengurangi kontraktur. Kalau luka bakarnya sangat luas, daerah dada dan abdomen dapat dicangkok terlebih dahulu untuk mengurangi luas luka bakar.
                                                             f.      Autograft
 Autograft berasal dari pasien sendiri. Bentuk cangkokan ini bisa berupa split-thickness, full-thickness, pedicle-flaps atau epitelium yang dikultur. Penggunaan epitelium yang dikultur masih berada dalam tahap eksperimen pada beberapa rumah sakit khusus luka bakar. Secara mendasar biopsi kulit ini meliputi biopsi kulit pasien di daerah yang tidak terbakar. Kemudian keratinosit diisolasi dan sel-sel epitel dikultur dalam laboratorium. Sampel sel epitel yang asli dapat mangedakan multiplikasi hingga ukurannya mencapai 10.000 kali ukuran sampel semula dalam tempo 30 hari. Sel-sel ini kemudian di tempelkan pada luka bakar.
                                                            g.      Balutan biologik
i.        Homograft
Kulit yang didapat dari manusia yang hidup atau yang baru meninggal. Selaput ketuban manusia juga bisa digunakan sebagai balutan bioligik.
ii.      Heterograft
Kulit yang di dapat dari binatang ( biasanya babi ).
                                                            h.      Balutan luka Biosintetik dan Sintetik
Masalah yang berhubungan dengan ketersediaan, sterilitas, dan biaya telah mendorong dilakukannya pencarian bahan pengganti kulit yang biosintetik dan sintetik untuk menggantikan balutan biologik sebagai balutan luka yang temporer. Akhir-akhir ini semakin banyak dipakai balutan sintetik Biobrane yang terbuat dari bahan nilon dan membran silastik yang digabungkan dengan derivat kolagen. Bahan tersebut bersifat semitransparan dan steril. Sebagaimana balutan biologik. Biobrane akan melindungi luka terhadap kehilangan cairan dan invasi bakteri.
2.      Penatalaksanaan Nyeri
Ciri yang menonjol pada nyeri luka bakar adalah intensitasnya dan durasinya yang lama. Lebih lanjut, perawatan luka harus menyertakan antisipasi rasa nyeri dan kecemasan pasien; rasa nyeri yang dialami pasien kerap kali sangat parah. Karena rasa nyeri tidak bisa hilang setelah pembiusan selesai, tujuan terapinya adalah untuk meminimalkan rasa nyeri dengan pemberian analgetik sebelum pasien menghadapi berbagai perawatan luka.
3.      Dukungan Nutrisi
Hipermetabolisme akan terus bertahan sesudah terjadinya luka bakar hingga luka bakar tersebut menutup; dengan demikian kebutuhan metabolik basal akan meningkat samapi 100%. Tujuan dukungan nutriai pada luka bakar adalah untuk meningkatkan status keseimbangan nitrogen yang positif. Dukungan nutrisi yang diperlukan ditentukan berdasarkan status pasien pra-luka bakar dan luas permukaan tubuh yang terbakar.

C.    Fase Rehabilitasi pada Luka Bakar
Meskipun aspek jangka panjang pada perawatan luka bakar dibicarakan paling akhir, namun proses rehabilitasi harus dimulai segera sesudah terjadinya luka bakar; sama seperti periiode darurat. Dalam proses selanjutnya dari fase akut luka bakar, pasien akan semakin berfokus pada perubahan citra diri dan gaya hidup yang dapat terjadi. Kesembuhan luka, dukungan psikososial dan pemulihan aktifitas fungsional yang maksimal tetap menjadi prioritas.
Alat Tekan Elastik. Luka akan berada dalam keadaan dinamis selama 1 ½ hingga 2 tahun sesudah terjadinya luka bakar. Daerah luka yang sembuh dan cenderung mengalami pembentukan parut yang hipertrofik mengharuskan pasien untuk mengenakan pakaian tekan. Pemasangan pakaian tekan elastik akan melonggarkan berkas-berkas kolagen dan mendorng arah kolagen yang sejajar dengan permukaan kulit tanpa terbentuknya nodu-nodul dermis.





Komplikasi
1. Pada Kulit
            Perubahan patofisiologik yang terjadi pada kulit segera setelah luka bakar tergantung pada luas dan ukuran luka bakar. Untuk luka bakar yang kecil (smaller burns), respon tubuh bersifat lokal yaitu terbatas pada area yang mengalami injuri. Sedangkan pada luka bakar yang lebih luas misalnya 25 % dari total permukaan tubuh (TBSA : total body surface area) atau lebih besar, maka respon tubuh terhadap injuri dapat bersifat sistemik dan sesuai dengan luasnya injuri.
2. Sistem kardiovaskuler
            Segera setelah injuri luka bakar, dilepaskan substansi vasoaktif (catecholamine, histamin, serotonin, leukotrienes, dan prostaglandin) dari jaringan yang mengalmi injuri. Substansi-substansi ini menyebabkan meningkatnya permeabilitas kapiler sehingga plasma merembes (to seep) kedalam sekitar jaringan. Injuri panas yang secara langsung mengenai pembuluh akan lebih meningkatkan permeabilitas kapiler. Injuri yang langsung mengenai memberan sel menyebabkan sodium masuk dan potassium keluar dari sel. Secara keseluruhan akan menimbulkan tingginya tekanan osmotik yang menyebabkan meningkatnya cairan intracellular dan interstitial dan yang dalam keadaan lebih lanjut menyebabkan kekurangan volume cairan intravaskuler. Luka bakar yang luas menyebabkan edema tubuh general baik pada area yang mengalami luka maupun jaringan yang tidak mengalami luka bakar dan terjadi penurunan sirkulasi volume darah intravaskuler. Denyut jantung meningkat sebagai respon terhadap pelepasan catecholamine dan terjadinya hipovolemia relatif, yang mengawali turunnya kardiac output. Kadar hematokrit meningkat yang menunjukan hemokonsentrasi dari pengeluaran cairan intravaskuler. Disamping itu pengeluaran cairan secara evaporasi melalui luka terjadi 4-20 kali lebih besar dari normal. Sedangkan pengeluaran cairan yang normal pada orang dewasa dengan suhu tubuh normal perhari adalah 350 ml.

3. Sistem Renal dan Gastrointestinal
            Respon tubuh pada mulanya adalah berkurangnya darah ke ginjal dan menurunnya GFR (glomerular filtration rate), yang menyebabkan oliguri. Aliran darah menuju usus juga berkurang, yang pada akhirnya dapat terjadi ileus intestinal dan disfungsi gastrointestia pada klien dengan luka bakar yang lebih dari 25 %.
4. Sistem Imun
            Fungsi sistem immune mengalami depresi. Depresi pada aktivitas lymphocyte, suatu penurunan dalam produksi immunoglobulin, supresi aktivitas complement dan perubahan/gangguan pada fungsi neutropil dan macrophage dapat terjadi pada klien yang mengalami luka bakar yang luas. Perubahan-perubahan ini meningkatkan resiko terjadinya infeksi dan sepsis yang mengancam kelangsungan hidup klien.
5. Sistem Respiratori
Dapat mengalami hipertensi arteri pulmoner, mengakibatkan penurunan kadar oksigen arteri dan “lung compliance”.
a.                   Smoke Inhalation.
Menghisap asap dapat mengakibatkan injuri pulmoner yang seringkali berhubungan dengan injuri akibat jilatan api. Kejadian injuri inhalasi ini diperkirakan lebih dari 30 % untuk injuri yang diakibatkan oleh api.
Manifestasi klinik yang dapat diduga dari injuri inhalasi meliputi adanya LB yang mengenai wajah, kemerahan dan pembengkakan pada oropharynx atau nasopharynx, rambut hidung yang gosong, agitasi atau kecemasan, tachipnoe, kemerahan pada selaput hidung, stridor, wheezing, dyspnea, suara serak, terdapat carbon dalam sputum, dan batuk. Bronchoscopy dan Scaning paru dapat mengkonfirmasikan diagnosis.
            Patofisiologi pulmoner yang dapat terjadi pada injuri inhalasi berkaitan dengan berat dan tipe asap atau gas yang dihirup.

b.                  Keracunan Carbon Monoxide.
            CO merupakan produk yang sering dihasilkan bila suatu substansi organik terbakar. Ia merupakan gas yang tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa, yang dapat mengikat hemoglobin 200 kali lebih besar dari oksigen. Dengan terhirupnya CO, maka molekul oksigen digantikan dan CO secara reversibel berikatan dengan hemoglobin sehingga membentuk carboxyhemoglobin (COHb). Hipoksia jaringan dapat terjadi akibat penurunan secara menyeluruh pada kemampuan pengantaran oksigen dalam darah. Kadar COHb dapat dengan mudah dimonitor melalui kadar serum darah. Manifestasi dari keracunan CO adalah sbb.

PROGNOSIS
 Pemulihan tergantung kepada kedalaman dan lokasi luka bakar.
Pada luka bakar superfisial (derajat I dan derajat II superfisial), lapisan kulit yang mati akan mengelupas dan lapisan kulit paling luar kembali tumbuh menutupi lapisan di bawahnya.
Lapisan epidermis yang baru dapat tumbuh dengan cepat dari dasar suatu luka bakar superfisial dengan sedikit atau tanpa jaringan parut. Luka bakar superfisial tidak menyebabkan kerusakan pada lapisan kulit yang lebih dalam (dermis).
Luka bakar dalam menyebabkan cedera pada dermis. Lapisan epidermis yang baru tumbuh secara lambat dari tepian daerah yang terluka dan dari sisa-sisa epidermis di dalam daerah yang terluka. Akibatnya, pemulihan berlangsung sangat lambat dan bisa terbentuk jaringan parut. Daerah yang terbakar juga cenderung mengalami pengkerutan, sehingga menyebabkan perubahan padaE kulit dan mengganggu fungsinya.
Luka bakar ringan pada kerongkongan, lambung dan paru-paru biasanya akan pulih tanpa menimbulkan masalah. Luka yang lebih berat bisa menyebabkan pembentukan jaringan parut dan penyempitan. Jaringan parut bisa menghalangi jalannya makanan di dalam kerongkongan dan menghalangi pemindahan oksigen yang normal dari udara ke darah di paru-paru.


KODE ETIK
a.       Otonomi
Memberikan kesempatan kepada pasien untuk mentukan apakah ia setuju  atau tidak dengan tindakkan keperawatan
b.      Normadificience
Meminimalkan kesalahan atau tindakan yang dapat merugukan pasien.
c.       Keadilan
Perawat dalam melayani  pasien lainnya tidak boleh di beda-dedakan pelayannannya dalam pelayan perawat harus profesional tanpa pandang jabatan atau kedudukan serta status sosial pasien.
d.      Kesetiaan
Perawat harus menepati janji pada pasien sehingga pasien bisa percaya pada perawat baik dalam tindakan apapun yang berhubungan dengan kesembuhan pasien
e.       Kerahasiaan
Perawat harus pandai menentukan informasi mana yang harus diketahui pasien dan yang tidak boleh serta tidak boleh membuka rahasia pasien kepada orang lain.
f.       Tanggung jawab
Perawat harus betul-betul merawat pasien dengan sebaik-baiknya sesua dengan tugas yang sudah didbebankan kepda perawat
g.      Tanggung gugat
Perawat menerima segala masukan dan kritikan dari pasien serta bila ada masalah perawat harus siap bertanggung jawab dan tidak boleh lari dari masalh.

Fungsi advokad :
Ø  Perawat harus bisa mendampingi keluarga yang tengah cemas dengan kondisi Bpk.Morgan serta menjelas tindakkan yang dengan sebaik mungkin
Ø  Perawat harus mengwasi semua tindakan yang dilakukan sehingga dalam pelaksanaan tidak merugikan pasien,dan bila ada kesalahan perawat harus cepat bertindak sehingga tidak menimbulkan masalah baru.



Aspek legal
1.      Ancaman
2.      Kekerasan
3.      Kelalaian
4.      Malpraktek
5.      Informconcent

Caring
1.      Kehadiran
2.      Sentuhan
3.      Mendengarkan
4.      Memahami klien












SATUAN ACARA PENYULUHAN
(SAP)
-----------------------------------------------------------------


Tema                           : Luka Bakar
Sub Tema                    : Penatalaksanaan Luka Bakar
Hari/Tanggal               : Kamis, 19 Mei 2011
Waktu                         : 30 menit
Sasaran                        : Keluarga Bpk.W
Tempat                       : Bangsal F Rumah Sakit B
Penyuluh                     : Perawat J



I.                   Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan selama 30 menit diharapkan Keluarga Bapak W dapat memahami tentang penatalaksanaan luka bakar.

II.                Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
a.       Klien dapat menjelaskan tentang pengertian luka bakar.
b.      Klien dapat menjelaskan tentang penyebab luka bakar.
c.       Kien dapat menjelaskan tentang penatalaksanaan luka bakar.

III.             Pokok Materi
a.       Pengertian Luka Bakar.
b.      Penyebab luka bakar.
c.       Penatalaksanaan luka bakar.



IV.             Strategi Pelaksanaan:
A.    Metode :
1.      Ceramah
2.      Tanya jawab

V.                Kegiatan Penyuluhan
Kegiatan
Penyuluhan
Audiance
Waktu
Pendahuluan dan Apresepsi
-          Salam Pembuka
-          Menyampaikan Tujuan Penyuluhan
-          Apresiasi
-          Menjawab Salam
-          Menyimak
-          Menjawab Pertanyaan
5 menit
Isi
-          Menyampaiakan pengertian luka bakar
-          Menyampaikan penyebab luka bakar.
-          Menyampaikan penatalaksanaan luka bakar.
-          Memberi kesempatan kepada peserta untuk bertanya
-          Menjawab pertanyaan
-          Evaluasi
-          Mendengarkan penuh perhataian
-          Menanyakan hal-hal yang belum jelas.
-          Memperhatikan  jawaban dari penceramah.
-          Menjawab pertanyaan.
25 menit
Penutup
-          Menyimpulkan
-          Salam penutup
-          Mendengarkan
-          Menjawab salam
5 menit

VI.             Media :
      1. Leaflet
      2. Papan bolak-balik



VII.          Sumber/ referensi :


VIII.       Evaluasi
Formatif :
Keluarga Bapak W mampu memahami konsep penatalaksanaan luka bakar.
Sumatif :
1.      Keluarga Bapak W dapat menjelaskan pengertian luka bakar
2.      Keluarga Bapak W dapat menjelaskan penyebab luka bakar.
3.      Keluarga Bapak A dapat menyebutkan dan menjelaskan penatalaksanaan luka bakar.






Yogyakarta, 19 Mei 2011


(Penyuluh)








Lampiran Materi
Pengertian
Luka bakar (combustio/burn) adalah cedera (injuri) sebagai akibat kontak langsung atau terpapar dengan sumber-sumber panas (thermal), listrik (electrict), zat kimia (chemycal), atau radiasi (radiation) .
Penyebab
Panas bukan merupakan satu-satunya penyebab dari luka bakar, beberapa jenis bahan kimia dan arus listrik juga bisa menyebabkan terjadinya luka bakar.
Biasanya bagian tubuh yang terbakar adalah kulit, tetapi luka bakar juga bisa terjadi pada jaringan di bawah kulit, bahkan organ dalampun bisa mengalami luka bakar meskipun kulit tidak terbakar. Sebagai contoh, meminum minuman yang sangat panas atau zat kaustik (misalnya asam) bisa menyebabkan luka bakar pada kerongkongan dan lambung. Menghirup asap dan udara panas akibat kebakaran gedung bisa menyebabkan terjadinya luka bakar pada paru-paru.
Penatalaksanaan
Luka bakar ringan
Jika memungkinkan, luka bakar ringan harus segera dicelupkan ke dalam air dingin. Luka bakar kimia sebaiknya dicuci dengan air sebanyak dan selama mungkin.
Di tempat praktek dokter atau di ruang emergensi, luka bakar dibersihkan secara hati-hati dengan sabun dan air untuk membuang semua kotoran yang melekat. Jika kotoran sukar dibersihkan, daerah yang terluka diberi obat bius dan digosok dengan sikat. Lepuhan yang telah pecah biasanya dibuang.
Jika daerah yang terluka telah benar-benar bersih, maka dioleskan krim antibiotik (misalnya perak sulfadiazin).
Untuk melindungi luka dari kotoran dan luka lebih lanjut, biasanya dipasang verban.
Sangat penting untuk menjaga kebersihan di daerah yang terluka, karena jika lapisan kulit paling atas (epidermis) mengalami kerusakan maka bisa terjadi infeksi yang dengan mudah akan menyebar. Jika diperlukan, untuk mencegah infeksi bisa diberikan antibiotik
.
Untuk mengurangi pembengkakan, lengan atau tungkai yang mengalami luka bakar biasanya diletakkan/digantung dalam posisi yang lebih tinggi dari jantung. Pembidaian harus dilakukan pada persendian yang mengalami luka bakar derajat II atau III, karena pergerakan bisa memperburuk keadaan persendian.
Mungkin perlu diberikan obat pereda nyeri selama beberapa hari. Pemberian booster tetanus disesuaikan dengan status imunisasi penderita.

Luka bakar berat
Luka bakar yang lebih berat dan membahayakan nyawa penderitanya harus segera ditangani, sebaiknya dirawat di rumah sakit. Kepada korban kebakaran biasanya diberikan oksigen melalui sungkup muka (masker) untuk membantu menghadapi efek dari karbon monoksida (gas beracun yang sering terbentuk di lokasi kebakaran).
Di ruang emergensi, dilakukan pemeriksaan terhadap fungsi pernafasan, luka lainnya di tubuh serta dilakukan pengobatan untuk menggantikan cairan yang hilang dan untuk mencegah infeksi.
Untuk mengobati luka bakar yang berat kadang digunakan terapi oksigen hiperbarik, dimana penderita ditempatkan dalam ruangan khusus yang mengandung oksigen bertekanan tinggi.

Jika terjadi cedera pada saluran udara dan paru-paru akibat kebakaran, untuk membantu fungsi pernafasan bisa dipasang sebuah selang yang dimasukkan ke dalam tenggorokan.
Selang tersebut perlu dipasang jika cedera menimpa wajah atau jika pembengkakan pada tenggorokan menyebabkan terganggunya fungsi pernafasan.
Jika tidak terjadi gangguan pada sistem pernafasan maka yang perlu dilakukan hanya memberikan oksigen tambahan melalui sungkup muka.
Setelah daerah yang terluka dibersihkan, lalu dioleskan krim atau salep antibiotik dan dibungkus dengan verban steril.
Verban biasanya diganti sebanyak 2-3 kali/hari. Luka bakar yang luas sangat rentan terhadap infeksi berat karena itu biasanya diberikan antibiotik melalui infus.
Mungkin perlu diberikan booster tetanus.
Luka bakar luas bisa menyebabkan hilangnya cairan tubuh, karena itu untuk menggantikannya diberikan cairan melalui infus.
Luka bakar dalam bisa menyebabkan mioglonulinuria, yaitu suatu keadaan dimana protein mioglobulin dilepaskan dari otot yang rusak dan menyebabkan kerusakan ginjal. Jika tidak segera diberikan cairan yang memadai, bisa terjadi kegagalan ginjal.

Kulit yang terbakar akan membentuk permukaan yang keras dan tebal yang disebut eskar, yang bisa menyebabkan terhalangnya aliran darah ke daerah tersebut.
Untuk mengurangi ketegangan pada jaringan yang sehat dibawahnya, biasanya dilakukan eskarotomi (pemotongan eskar).
Jika luasnya tidak lebih dari uang logam 50 sen dan terjaga kebersihannya, luka bakar yang dalampun bisa pulih dengan sendirinya. Tetapi jika lapisan kulit dibawahnya mengalami kerusakan yang luas, biasanya perlu dilakukan pencangkokkan kulit (skin graft).
Bagian kulit yang sehat bisa berasal dari tubuh penderita sendiri (autograft), dari donor hidup maupun dari kulit orang yang sudah meninggal (allograft), atau dari mahluk lain selain manusia (xenograft, biasanya babi karena kulitnya paling mirip dengan kulit manusia.
Autograft sifatnya permanen, tetapi skin graft dari donor (baik manusia maupun hewan) sifatnya sementara, yaitu hanya melindungi daerah yang terbakar pada saat tubuh melakukan penyembuhan sendiri dan 10-14 hari kemudian akan ditolak oleh tubuh
. 
Biasanya perlu dilakukan terapi fisik dan terapi okupasional untuk meminimalkan jumlah jaringan parut dan untuk mempertahankan sebanyak mungkin fungsi dari daerah yang terbakar.
Secepat mungkin dipasang bidai untuk menjaga agar persendian tetap bisa digerakkan sehingga otot dan kulit tidak menjadi kaku dan memendek. Bidai dipasang sampai terjadi pemulihan yang luas.
Sebelum dilakukan skin graft, persendian yang terkena dilatih terlebih dahulu sehingga kemampuan geraknya meningkat. Setelah graft ditempelkan, biasanya dilakukan pembidaian selama 5-10 hari untuk memastikan bahwa graft telah terpasang sebagaimana mestinya.
Penderita harus mengkonsumsi sejumlah kalori dan gizi yang cukup yang diperlukan untuk proses pemulihan.Jika usus tidak berfungsi akibat cedera atau pembedahan berulang, zat gizi biasa diberikan melalui infus.
Diperlukan waktu yang lama untuk pemulihan luka bakar yang berat, kadang sampai bertahun-tahun, karena itu penderita bisa mengalami depresi berat sehingga dukungan moril sangat diperlukan dari orang-orang di sekelilingnya.

JURNAL PENELITIAN :

Madu Sembuhkan Luka Bakar Lebih Cepat


Iklan Sponsor: PlayStockMarket.net - HostAndBuild.com - UserHosting.com

Sunday, 23 November 2008 08:21 KB Hot
Madu Sebagai ObatJakarta Manfaat madu bagi kesehatan memang tak diragukan lagi. Berbagai penyakit bisa diatasi dengan madu. Termasuk luka bakar. Madu disebut-sebut dapat menyembuhkan luka bakar lebih cepat dari obat yang lain.
Luka bakar termasuk jenis luka yang parah dan sulit isembuhkan. belum lagi bekas luka bakar biasanya kan terus ada dan sulit hilang.
Menurut Dr Andrew Jull dari Klinik Universitas Auckland, New Zealand mengatakan bahwa, madu bisa menjadi obat tradisional yang baik untuk mengatasi luka bakar. Sebuah penelitian dilakukan terhadap 2.554 pasien dengan derita luka bakar yang berbeda-beda. Dalam penelitian tersebut, luka yang diolesi dengan madu adalah yang tercatat paling cepat mengalami kemajuan dan kesembuhan. Demikian dikutip kilasberita.com dari health24.
Madu memiliki kemampuan untuk memperbaharui sel-sel yang rusak atau mati pada kulit. Madu juga dapat merangsang tumbuhnya sel-sel yang baru. Selain itu madu juga berfungsi sebagai obat antibakteri. Hingga kini, para peneliti di bidang kesehatan masih akan terus mencari fungsi madu yang lain bagi tubuh. (kilasberita.com/yul/dtc)

 ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN LUKA BAKAR (COMBUSTIO)

Tgl pengkajian : 26 Mei 2011             pukul : 20.00 WIB          oleh : Perawat S
I.       IDENTITAS
A.    Pasien
Nama                                 : Tn.W
Tempat/tgl lahir(umur)      : Yogyakarta, 15 Maret 1966
Jenis Kelamin                    : laki-laki
Alamat                              : Yogyakarta
Agama                               : Kristen
Status perkawinan             : sudah menikah
Pendidikan                                    : S1 komunikasi
Pekerjaan                           : pegawai swasta
Lama Bekerja                    : 5 tahun
Suku/Bangsa                     : Jawa
Tgl. Masuk RS                  : 26 Mei 2011
No. RM                             : 107819XXX
Ruang                                : Melati
Diagnosis Kerja/ Medis     : Luka bakar (Combustio)

B.     Keluarga/penanggungjawab
Nama                                 : Ny.I
Hubungan                         : istri
Umur                                 : 40 tahun
Pendidikan                                    : SLTA
Pekerjaan                           : pegawai swasta
Alamat                              :Yogyakarta




II.    RIWAYAT KESEHATAN
A.    Kesehatan Pasien
1.      Keluhan utama
Pasien tidak sadar
2.      Keluhan Tambahan
Pasien tidak sadar
3.      Riwayat Penyakit Dahulu
Tn.W berusia 45 tahun bekerja sebagai pegawai swasta dan belum pernah mengalami luka bakar sebelumnya.
4.      Riwayat Penyakit Sekarang
Pada tanggal 26 Mei 2011 Tn.W dan anaknya pergi ke gedung bioskop. Gedung bioskop tersebut mengalami kebakaran dan Tn.W mengalami luka bakar di bagian wajah, dada, perut, kedua kaki dan kedua tangan. Kemudian dibawa ke rumah sakit dan setelah dikaji didapati luka bakar pada Tn.W dalam kondisi kulit kering, keras (ischemik total), warna kecoklatan atau kehitaman (nekrosis) tanpa nyeri dan edema, pasien tidak sadar, TD 90/60 mmHg, nadi kecil 120 x/menit, sesak napas dengan frekuensi 32x/menit. Kemudian delakukan pemeriksaan laboratorium dan diperoleh hasil sementara Hb 17 mg% dan Hct 56 %.  Pada pasien terpasang infus di lengan atas dengan vena seksi, cairan RL yang dihubungkan dengan syring pump,dan infus juga dipasang melalui vena subklavikula dan juga dipasang CVP. Diberikan juga terapi oksigen 6 L/menit.











B.     Kesehatan Keluarga
 










Keterangan :                          : perempuan                         : penderita
 : Laki-laki                      

A.    Pola nutrisi-Metabolik
1.      Sebelum sakit
§  Frekuensi makan                                       : 3 x sehari
§  Jenis makanan / diet                                  : Nasi, lauk (tahu, daging), sayur-sayuran.
§  Porsi yang dihabiskan                               : 10-15 sendok
§  Makanan yang disukai                              : nasi goreng   
§  Makanan yang tidak disukai                     : ikan asin
§  Makanan pantang                                      : tidak ada
§  Makanan tambahan/vitamin                      : buah-buahan
§  Kebiasaan makan                                      : di restoran
§  Nafsu makan                                             : sedang          
§  Banyaknya minum                                    : 1500-2000 CC/ hari
§  Jenis minuman yang tidak disukai            : teh
§  Minuman pantang                                     : tidak ada
§  Perubahan BB 6 bulan terakhir                 : tetap


2.      Selama sakit
§  Jenis makanan                               : makanan cair
§  Frekuensi makan                           : 3x setelah sehari selama di rumah sakit
§  Porsi makan yang dihabiskan        : 25 cc makanan cair
§  Banyak minuman dalam sehari     : -

B.     Pola Eliminasi
1.      Sebelum sakit
a.       Buang air besar BAB
§  Frekuensi                                 : 1 x sehari
§  Waktu                                     : pagi hari
§  Warna                                      : kuning kecoklatan
§  Konsistensi                              : padat
b.      Buang air kecil (BAK)
§  Frekuensi (x/24 jam)               : 4-5 x sehari
§  Warna                                      : kuning bening
§  Jumlah                                     : 2100cc/hari
§  Bau                                          : tidak bau
§  Keluhan                                   : tidak ada
2.      Selama sakit
a.       Buang Air Besar (BAB)
§  Frekuensi                                 : 2 hari sekali
§  Waktu                                     : tidak menentu
§  Warna                                      :  feses berwarna kuning kecoklatan
§  Konsistensi                              : semi cair
b.      Buang Air Kecil (BAK)
§  Frekuensi (x/24 jam)   : 4-5 x sehari
§  Jumlah (cc/jam)           : 1500 cc/hari
§  Warna                          : kuning bening
§  Bau                              : tidak bau




C.     Pola aktifitas istirahat-tidur
1.      Sebelum sakit
a.       Keadaan aktifitas sehari-hari
§  Kebiasaan olahraga : jarang berolahraga
§  Lingkungan rumah/tempat kerja : luas dan lebar
§  Alat bantu untuk memenuhi aktifitas setiap hari : tidak ada

AKTIFITAS
0
1
2
3
4
Mandi




Berpakaian/berdandan




Eliminasi




Mobilisasi di tempat tidur




Pindah




Ambulansi




Naik tangga




Memasak




Berbelanja




Merapikan rumah




Ket.                  0 = mandiri
                         1 = dibantu sebagian
                         2 = perlu bantuan orang lain
                         3 = perlu bantuan orang lain dan alat
                         4 = tergantung total
b.      Kebutuhan tidur
§  Jumlah tidur dalam sehari
·         Tidur siang       : jarang tidur siang
·         Tidur malam    : 7 – 8 jam
§  Yang diutamakan : tidur malam
§  Kebiasaan pengantar tidur : tidak ada
§  Perangkat/alat yang selalu digunakan untuk tidur : selimut, bantal dan guling.
§  Keluhan dalam hal tidur : tidak ada
2.      Selama sakit
a.       Keadaan aktifitas sehari-hari
§  Kebiasaan olahraga : tidak ada
§  Alat bantu untuk memenuhi aktifitas setiap hari : tidak ada
AKTIFITAS
0
1
2
3
4
Mandi




Berpakaian/berdandan




Eliminasi




Mobilisasi di tempat tidur




Pindah




Ambulansi




Naik tangga




Ket.                  0 = mandiri
                         1 = dibantu sebagian
                         2 = perlu bantuan orang lain
                         3 = perlu bantuan orang lain dan alat
                         4 = tergantung total
c.       Kebutuhan tidur
§  Jumlah tidur dalam sehari
·         Tidur siang       : 12 jam
·         Tidur malam    : 12 jam
§  Yang diutamakan : tidur siang dan  malam
§  Kebiasaan pengantar tidur : tidak ada
§  Perangkat/alat yang selalu digunakan untuk tidur : selimut, bantal dan guling.
D.    Keluhan dalam hal tidur :
§  Pasien tidak sadar


E.     Pola Kebersihan Diri (sebelum sakit)
1.      Kebersihan kulit
§  Pasien dimandikan 2 x sehari memakai sabun mandi
2.      Kebersihan rambut
§  Pasien dicuci rambutnya 2 hari sekali sekali memakai shampoo.
3.      Kebersihan telinga
§  Pasien dibersihkan telinga setiap mandi dan tidak menggunakan alat bantu pendengaran.
4.      Kebersihan mata
§  Pasien  dibersihkan matanya waktu mandi.
5.      Kebersihan mulut
§  Pasien digosok giginya 2 x sehari dengan menggunakan pasta gigi dan pasien tidak menggunakan gigi palsu .
6.      Kebersihan kuku
§  Pasien dibersihkan kukunya waktu mandi
F.      Pola pemeliharaan kesehatan
1.      Penggunaan tembakau
§  Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien merokok
2.      NAPZA
§  Keluarga pasien mengatakan pasien tidak pernah menggunakan NAPZA.
3.      Alkohol
§  Keluarga pasien mengatakan pasien tidak mengkonsumsi alkohol
4.      Intelektual
§  Keluarga pasien mengatakan sudah sedikit mengerti tentang luka bakar secara umum.
G.    Pola kognitif-persepsi/sensori
1.      Keadaan mental
§  Pasien tidak sadar                        
2.      Berbicara
§  Tidak mampu mengungkapkan pendapatnya karena pasien tidak sadar
3.      Bahasa yang dikuasai
§  Indonesia
4.      Kemampuan membaca  : tidak mampu
5.      Kemampuan berkomunikasi : tidak mampu
6.      Kemampuan memahami informasi :  tidak mampu
7.      Tingkat ansietas
§  Tinggi karena pasien tidak sadarkan diri.
8.      Keterampilan berinteraksi
§  Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien tidaka ada permasalah dalam berinteraksi.
9.      Pendengaran
§  Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien tidak pernah mengalami masalah pendengaran
10.  Penglihatan
§  Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien tidah pernah mengalami masalah penglihatan
11.  Tak nyaman/nyeri
§  Pasien tidak sadar
H.    Pola konsep diri
1.      Identitas diri   :  pasien tidak dapat menyebutkan nama dan alamat rumahnya
2.      Ideal diri         :  pasien tertidur karena tidak sadarkan diri
3.      Harga diri        :  pasien tidak sadarkan diri
4.      Gambar diri     :  pasien tidak sadarkan diri
5.      peran diri          :  pasien tidak sadarkan diri
I.       Pola koping
1.      Pengambilan keputusan  dilakukan oleh istri.
2.      Hal-hal yang dilakukan jika mempunyai masalah
§  Bercerita pada istri.
J.       Pola peran – berhubungan
1.      Status pekerjaan
§  Bekerja sebagai pegawai swasta.
2.      Sistem pendukung
§  Tidak ada
§  Dukungan keluarga selama masuk Rumah sakit : ada dukungan dari keluarga.


K.    Pola nilai dan keyakinan
1.      Sebelum sakit
§  Agama : Kristen Protestan
§  Larangan agama : tidak ada
§  Kegiatan keagamaan
·         Macam            : kebaktian pada hari minggu, dan persekutuan doa
·         Frekuensi         :  2 X seminggu

III. PEMERIKSAAN FISIK
A.    Pengukuran TB
§  170 cm
B.     Pengukuran BB
§  68 kg
C.     Pengukuran tanda vital
1.      Tekanan darah    :  90/60mmHg, diukur di lengan bagian kiri ,posisi pasien terlentang
2.      Nadi                    : 120 x/mnt
3.      Suhu                   :  37 0c
4.      Respirasi              : 32 x /mnt
D.    Tingkat kesadaran
§  Soporo comatus
E.      Kulit.
a.       Mengalami luka bakar di wajah, dada, perut, kedua kaki, dan kedua tangan.
b.      Kondisi kulit kering, keras (ischemik totak), warna kecoklatan atau kehitaman (nekrosis) tanpa nyeri dan edema.
F.      Kepala.
a.       Warna rambut hitam.
b.      Rambut mengalami rontok yang berlebihan
c.       Tidak terdapat adanya benjolan.
d.      Bentuk kepala mesosepal.



G.     Penglihatan.
a.       Tidak terdapat adanya oedema palpebra.
b.      Refleks pupil terhadap cahaya (+).
H.     Penciuman & Hidung.
a.       Bentuk hidung simetris.
b.      Pernafasan cuping hidung (+).
c.       Tidak terdapat adanya sekret pada lubang hidung.
I.       Pendengaran & Telinga.
a.       Bentuk telinga simetris,dextra dan sinistra.
b.      Lubang telinga bersih, tidak terdapat adanya sekret.
J.       Mulut.
a.       Bentuk bibir simetris atas dan bawah.
b.      Warna lidah merah
c.       Tidak terdapat adanya pembengkakan gusi.
K.     Leher.
a.       Pulsasi vena jugularis (-).
b.      Pembesaran kelenjar thyroid (-).
c.       Tidak ada pembatasan gerak leher.
L.      Dada / Pernafasan / Sirkulasi.
a.       Bentuk simetris, retraksi dinding dada (+).
b.      BJ 1 dan Bj 2 terdengar
M.   Abdomen.
a.       Bentuk simetris.
b.      Bunyi tympani (+), ascites (-)
N.    Sistem reproduksi.
a.       Jenis kelamin laki-laki.
b.      Menurut keluarag pasien, pasien tidak ada gangguan / kelainan pada organ reproduksi.
O.    Ekstremitas atas & bawah.
a.       Terpasang infus di lengan atas dengan vena seksi dan juga terpasang melalui vena subclavikula dan juga dipasang CVP.


IV. RENCANA PULANG
A.    Di tempat tinggalnya, pasien tinggal dengan :
o   Istri dan keluarganya
B.     Keinginan tinggal setelah pulang
o   Di rumahnya sendiri
C.     pelayanan kesehatan yang digunakan sebelumnya
o   puskesmas dan poliklinik
D.    Kendaraan yang digunakan saat pulang
o   Mobil
V.    PEMERIKSAAN PENUNJANG.
1.      Tes untuk diagnosa Luka Bakar (Combustio) :
Tes darah, hasil sementara Hb 17 mg%, Hct 56 %














ANALISA DATA LUKA BAKAR
No
         Data
 Problem
Etiologi
1.
Bersihanjalannafastidakefektif
DS :kilenmengatakansesaknapas

DO : - RR 32x/menit
-          Nadi 120x/menit



obstruksitrakheobronkhial; oedemamukosa; kompressijalannafas
2.
kekurangan volume cairantubuh
DS : - klienmengatakanlukabakar di wajah.dada,perut,kedua kaki dantangan

DO : - TD 90/60 mmhg
-          Hb 17 mg%
-          Ht 56 %

Kehilangancairanmelaluirute abnormal. Peningkatankebutuhan : status hypermetabolik, ketidakcukupanpemasukan. Kehilanganperdarahan.
3.
kerusakanpertukaran gas
DS ;
DO : RR 32x/menit

cederainhalasiasapatausindromkompartementorakalsekunderterhadaplukabakarsirkumfisialdari dada atauleher.



Diagnosa Keperawatan
Rencana Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan  obstruksitrakheobronkhial; oedema mukosa; kompressi jalan nafas .
Bersihan jalan nafas tetap efektif.
Kriteria Hasil :
-          Bunyi nafas vesikuler,
-          RR dalam batas normal,
-          bebas dispnoe/cyanosis.
·         Kaji refleks gangguan/menelan; perhatikan pengaliran air liur, ketidakmampuan menelan, serak, batuk mengi.Awasi frekuensi, irama, kedalaman pernafasan ; perhatikan adanya pucat/sianosis dan sputum mengandung karbon atau merah muda.
·         Auskultasi paru, perhatikan stridor, mengi/gemericik, penurunan bunyi nafas, batuk rejan.
·         Perhatikan adanya pucat atau warna buah ceri merah pada kulit yang cidera
·         Tinggikan kepala tempat tidur. Hindari penggunaan bantal di bawah kepala, sesuai indikasi





·         Dorong batuk/latihan nafas dalam dan perubahan posisi sering.

·         Hisapan (bila perlu) pada perawatan ekstrem, pertahankan teknik steril.



·         Tingkatkan istirahat suara tetapi kaji kemampuan untuk bicara dan/atau menelan sekret oral secara periodik.


·         Selidiki perubahan perilaku/mental contoh gelisah, agitasi, kacau mental.


·         Awasi 24 jam keseimbngan cairan, perhatikan variasi/perubahan.




·         Lakukan program kolaborasi meliputi :
ü  Berikan pelembab O2 melalui cara yang tepat, contoh masker wajah

ü  Awasi/gambaran seri GDA







·         Kaji ulang seri rontgen



·         Berikan/bantu fisioterapi dada/spirometri intensif.






·         Siapkan/bantu intubasi atau trakeostomi sesuai indikasi.
·         Dugaan cedera inhalasiTakipnea, penggunaan otot bantu, sianosis dan perubahan sputum menunjukkan terjadi distress pernafasan/edema paru dan kebutuhan intervensi medik.


·         Obstruksi jalan nafas/distres pernafasan dapat terjadi sangat cepat atau lambat contoh sampai 48 jam setelah terbakar.
·         Dugaan adanya hipoksemia atau karbon monoksida.

·         Meningkatkan ekspansi paru optimal/fungsi pernafasan. Bilakepala/leher terbakar, bantal dapat menghambat pernafasan, menyebabkan nekrosis pada kartilago telinga yang terbakar dan meningkatkan konstriktur leher.
·         Meningkatkan ekspansi paru, memobilisasi dan drainase sekret.
·         Membantu mempertahankan jalan nafas bersih, tetapi harus dilakukan kewaspadaan karena edema mukosa dan inflamasi. Teknik steril menurunkan risiko infeksi.
·         Peningkatan sekret/penurunan kemampuan untuk menelan menunjukkan peningkatan edema trakeal dan dapat mengindikasikan kebutuhan untuk intubasi.
·         Meskipun sering berhubungan dengan nyeri, perubahan kesadaran dapat menunjukkan terjadinya/memburuknya hipoksia.
·         Perpindahan cairan atau kelebihan penggantian cairan meningkatkan risiko edema paru. Catatan : Cedera inhalasi meningkatkan kebutuhan cairan sebanyak 35% atau lebih karena edema.
·         O2 memperbaiki hipoksemia/asidosis. Pelembaban menurunkan pengeringan saluran pernafasan dan menurunkan viskositas sputum.
·         Data dasar penting untuk pengkajian lanjut status pernafasan dan pedoman untuk pengobatan. PaO2kurang dari 50, PaCO2lebih besar dari 50 dan penurunan pH menunjukkan inhalasi asap dan terjadinya pneumonia/SDPD.
·         Perubahan menunjukkan atelektasis/edema paru tak dapat terjadi selama 2 – 3 hari setelah terbakar
·         Fisioterapi dada mengalirkan area dependen paru, sementara spirometri intensif dilakukan untuk memperbaiki ekspansi paru, sehingga meningkatkan fungsi pernafasan dan menurunkan atelektasis.

·         Intubasi/dukungan mekanikal dibutuhkan bila jalan nafas edema atau luka bakar mempengaruhi fungsi paru/oksegenasi.
kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan Kehilangan cairan melalui rute abnormal. Peningkatan kebutuhan : status hypermetabolik, ketidak cukupan pemasukan. Kehilangan perdarahan.
Pasien dapat mendemostrasikan status cairan dan biokimia membaik.
Kriteria evaluasi:
-          tak ada manifestasi dehidrasi,
-          resolusi oedema,
-          elektrolit serum dalam batas normal,
-          haluaran urine di atas 30 ml/jam.
·         Awasi tanda vital, CVP. Perhatikan kapiler dan kekuatan nadi perifer.Awasi pengeluaran urine dan berat jenisnya. Observasi warna urine dan hemates sesuai indikasi.




·         Perkirakan drainase luka dan kehilangan yang tampak




·         Timbang berat badan setiap hari


·         Ukur lingkar ekstremitas yang terbakar tiap hari sesuai indikasi


·         Selidiki perubahan mental





·         Observasi distensi abdomen,hematomesis,feces hitam.

·         Hemates drainase NG dan feces secara periodik.

·         Lakukan program kolaborasi meliputi :

ü  Pasang / pertahankan kateter urine
ü  Pasang/ pertahankan ukuran kateter IV.




ü  Berikan penggantian cairan IV yang dihitung, elektrolit, plasma, albumin.

ü  Awasi hasil pemeriksaan laboratorium ( Hb, elektrolit, natrium ).

·         Berikan obat sesuai idikasi :


ü  Diuretika contohnya Manitol (Osmitrol)KaliumAntasida





ü  Pantau:
Tanda-tanda vital setiap jam selama periode darurat, setiap 2 jam selama periode akut, dan setiap 4 jam selama periode rehabilitasi.
ü  Warna urine.
Masukan dan haluaran setiap jam selama periode darurat, setiap 4 jam selama periode akut, setiap 8 jam selama periode rehabilitasi.
·         CVP (tekanan vena sentral) setiap jam bial diperlukan.
·         Status umum setiap 8 jam.
·         Memberikan pedoman untuk penggantian cairan dan mengkaji respon kardiovaskuler.Penggantian cairan dititrasi untuk meyakinkan rata-2 pengeluaran urine 30-50 cc/jam pada orang dewasa. Urine berwarna merah pada kerusakan otot masif karena adanyadarah dan keluarnya mioglobin.
·         Peningkatan permeabilitas kapiler, perpindahan protein, proses inflamasi dan kehilangan cairan melalui evaporasi mempengaruhi volume sirkulasi dan pengeluaran urine.
·         Penggantian cairan tergantung pada berat badan pertama dan perubahan selanjutnya
·         Memperkirakan luasnya oedema/perpindahan cairan yang mempengaruhi volume sirkulasi dan pengeluaran urine.
·         Penyimpangan pada tingkat kesadaran dapat mengindikasikan ketidak adequatnya volume sirkulasi/penurunan perfusi serebral
·         Stres (Curling) ulcus terjadi pada setengah dari semua pasien yang luka bakar berat(dapat terjadi pada awal minggu pertama).
·         Observasi ketat fungsi ginjal dan mencegah stasis atau refleks urine.



ü Memungkinkan infus cairan cepat.
ü Resusitasi cairan menggantikan kehilangan cairan/elektrolit dan membantu mencegah komplikasi.

ü Mengidentifikasi kehilangan darah/kerusakan SDM dan kebutuhan penggantian  cairan dan elektrolit.
ü Meningkatkan pengeluaran urine dan membersihkan tubulus dari debris /mencegah nekrosis.
·        Penggantian lanjut karena kehilangan urine dalam jumlah besar
ü Menurunkan keasaman gastrik sedangkan inhibitor histamin menurunkan produksi asam hidroklorida untuk menurunkan produksi asam hidroklorida untuk menurunkan iritasi gaster.
ü Mengidentifikasi penyimpangan indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan. Periode darurat (awal 48 jam pasca luka bakar) adalah periode kritis yang ditandai oleh hipovolemia yang mencetuskan individu pada perfusi ginjal dan jarinagn tak adekuat.
Inspeksi adekuat dari luka bakar.
Penggantian cairan cepat penting untuk mencegah gagal ginjal. Kehilangan cairan bermakna terjadi melalui jarinagn yang terbakar dengan luka bakar luas. Pengukuran tekanan vena sentral memberikan data tentang status volume cairan intravaskular.
Temuan-temuan ini mennadakan hipovolemia dan perlunya peningkatan cairan. Pada lka bakar luas, perpindahan cairan dari ruang intravaskular ke ruang interstitial menimbukan hipovolemi.
Pasien rentan pada kelebihan beban volume intravaskular selama periode pemulihan bila perpindahan cairan dari kompartemen interstitial pada kompartemen intravaskuler.
Temuan-temuan guaiak positif ennandakan adanya perdarahan GI. Perdarahan GI menandakan adaya stres ulkus (Curling’s).
Mencegah perdarahan GI. Luka bakar luas mencetuskan pasien pada ulkus stres yang disebabkan peningkatan sekresi hormon-hormon adrenal dan asam HCl oleh lambung.
kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan cedera inhalasi asap atau sindrom kompartemen torakal sekunder terhadap luka bakar sirkumfisial dari dada atau leher.
Pasien dapat mendemonstrasikan oksigenasi adekuat.
Kriteroia evaluasi:
-          RR 12-24 x/mnt, warna kulit normal,
-          GDA dalam renatng normal,
-          bunyi nafas bersih,
-          tak ada kesulitan bernafas.
·         Pantau laporan GDA dan kadar karbon monoksida serum.




·         Beriakan suplemen oksigen pada tingkat yang ditentukan.

·         Pasang atau bantu dengan selang endotrakeal dan temaptkan pasien pada ventilator mekanis sesuai pesanan bila terjadi insufisiensi pernafasan (dibuktikan dnegna hipoksia, hiperkapnia, rales, takipnea dan perubahan sensorium).



·         Anjurkan pernafasan dalam dengan penggunaan spirometri insentif setiap 2 jam selama tirah baring.

·         Pertahankan posisi semi fowler, bila hipotensi tak ada.

·         Untuk luka bakar sekitar torakal, beritahu dokter bila terjadi dispnea disertai dengan takipnea.

·         Siapkan pasien untuk pembedahan eskarotomi sesuai pesanan.

·         Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat anti inflamasi
·         Mengidentifikasi kemajuan dan penyimpangan dari hasil yang diharapkan. Inhalasi asap dapat merusak alveoli, mempengaruhi pertukaran gas pada membran kapiler alveoli.
·         Suplemen oksigen meningkatkan jumlah oksigen yang tersedia untuk jaringan.
·         Ventilasi mekanik diperlukan untuk pernafasan dukungan sampai pasie dapat dilakukan secara mandiri.



·         Pernafasan dalam mengembangkan alveoli, menurunkan resiko atelektasis.



·         Memudahkan ventilasi dengan menurunkan tekanan abdomen terhadap diafragma.

·         Luka bakar sekitar torakal dapat membatasi ekspansi adda.



·         Mengupas kulit (eskarotomi) memungkinkan ekspansi dada.

·         Untuk mencegah terjadinya peradangan, serta infeksi yang meluas
 DAFTAR PUSTAKA
1.      Corwin, elizabeth J.2009. Patofisiologi Ed. 3. Jakarta : EGC
2.      Doengoes, marilynn E.1999. rencana asuhan keperawatan Ed. 3. Jakarta : EGC
3.      Smeltzer, suzanne. C. 2001. Bku ajar keperawatan medikal bedah Brunner & Suddarth Ed. 8 vol. 3. Jakarta : EGC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar