Jumat, 17 Juni 2011

asuhan keperawatan pada pasien DHF

BAB. I                LANDASAN MATERI
A.    MEDIS

1.      Pengertian

Dengue Hemorhagic Fever (DHF) adalah  suatu penyakit yang ditandai dengan adanya tanda – tanda dan gejala demam serta perdarahan (Depkes RI, 2000).
Dengue Hemorhagic Fever adalah merupakan manifestasi klinis yang berat dari penyakit arbovis. Arbrovis adalah singkatan dari arthropod-borne viruses, artinya virus yang ditularkan melalui gigitan nyamuk, sengkerit atau lalat (Soedarmo, 2005.hal. 4).
Dengue Hemorhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk Aedes Aegyepti (betina)   (Effendy, Christiantie: 1995)


2.      Anatomi fisiologi

a.       Sel-sel darah ada 3 macam yaitu:
1)      Eritrosit (sel darah merah)
Eritrosit merupakan sel darah yang telah berdeferensi jauh dan mempunyai fungsi khusus untuk transport oksigen.
2)        Leukosit (sel darah putih)
Sel darah putih yang mengandung inti, normalnya 5.000 – 9.000 sel/mm³.
3)      Trombosit (sel pembeku darah)
Keping darah berwujud cakram protoplasmanya kecil yang dalam peredaran darah tidak berwarna, jumlahnya dapat bevariasi antara 200.000 – 300.000/mm³ darah.



b.      Struktur Sel
1)      Membran sel (selaput sel)
Membran struktur elastic yang sangat tipis, tebalnya hanya 7,5-10nm. Hampir seluruhnya terdiri dari keeping-keping halus gabungan protein lemak yang merupakan lewatnya berbagai zat yang keluar masuk sel. Membran ini bertugas untuk mengatur hidup sel dan menerima segala untuk rangsangan yang datang.

2)      Plasma
Bahan-bahan yang dapat dalam plasma: anorganik (garam mineral, air, oksigen, karbohidrat, amoniak), bahan organis (karbohidrat, lemak, protein, hormon, vitamin dan asam nukleat).


3.      Etiologi

Sebagai penyebab dari penyakit DHf adalah virus Dengue sejenis arbovirus (Suridadi dan Yuliani, 2001).
Virus Dengue adalah anggota genus flavivirus dan anggota famili flaviviridae. Virus berukuran kecil ( 50 mm), dengan berat molekul 4x106 ini memiliki single standard RNA (Ribonucleic Acid) yaitu asam nukleat yang ditemukan dalam nucleus, sitoplasma dan ribosom. Virus Dengue membentuk suatu kompleks yang nyata di dalam genus flavivirus berdasarkan karakteristik antigenik dan biologinya (Depkes RI, 2000).
Perkembangan dari telur sampai menjadi nyamuk memerlukan waktu 7-10 hari. Tiap 2 hari nyamuk betina menghisap darah manusia dan bertelur. Umur nyamuk betina dapat mencapai 2-3 bulan sedangkan nyamuk jantan 14 hari.

4.      Ciri-ciri Nyamuk Aedes Aegypti

a.       Sifat nyamuk aedes aegypti
1)      Berwarna hitam dan belang-belang putih pada sekujur tubuhnya
2)      Berkembang biak ditempat penempungan air dan barang-barang yang memungkinkan air tergenang missal : bak mandi, tempayan, vas bunga, kaleng, ban bekas, botol
3)      Nyamuk aedes aegypti tidak dapat berkembang biak diselokan atau got atau kolam yang airnya langsung berhubungan dengan tanah.
4)      Biasanya menggigit (menghisap darah) pada pagi hari pukul 08.00-12.00 sampai sore hari pukul 15.00-17.00
5)      Mampu terbang sampai ketinggian 100-200 m
b.      Sifat jentik nyamuk aedes aegypty
1)      Selalu bergerak aktiv dalam air
2)      Gerakannya berulang-ulang dari bawah ke ataspermukaan air untuk bernapas, kemudian turun kembali ke bawah
3)      Pada waktu istirahat, posisinya hamper tegak lurus dengan permukaan air
c.       Sifat- sifat telur nyamuk aedes aegypti
1)      Ukurannya sangat kecil
2)      Warna hitam
3)      Tahan sampai 8 bulan ditempat kering



5.      Patofisiologi

 
































6.      Klasifikasi

Pembagian derajat DBD menurut WHO, 1999:
a.       Derajat I : Demam dan uji tourniquet positif
b.      Derajat II : Demam dan perdarahan spontan, pada umumnya dikulit atau perdarahan lainnya.
c.       Derajat III : Demam, perdarahan spontan, disertai atau tidak disertai hepatomegali dan ditemukan gejala – gejala kegagalan sirkulasi meliputi nadi yang cepat dan lemah, tekanan darah menurun (<20 mmHg) atau hipotensi disertai ekstremitas dingin dan anak gelisah.
d.      Derajat IV : Demam , perdarahan spontan, disertai atau tidak disertai hepatomegali dan ditemukan gejala renjatan hebat (nadi tak teraba dan tekanan darah tak terukur).

7.      Tanda & gejala

a.       Gejala klinis (khas)
1)      Demam akut suhu 39-42o C dan terjadi pada malam hari
2)      Menggigil
3)      Perdarahan pada kulit : ptekie, ekimosis, hematom
4)      Perdarahan lain : epistaksis, hematemasis, hematuri, melena
5)      Renjatan, nadi cepat dan lemah
6)      Tekanan darah menurun (< 20 mmHg)
7)      Kulit dingin dan gelisah

b.      Gejala nonklinis
1)      Pernafasan : batuk, pilek, sakit waktu menelan
2)      Pencernaan : mual, muntah, anoreksia, diare, konstipasi
3)      Nyeri/ sakit kepala
4)      Pembengkakan sekitar mata, lakrimasi, dan photo pobia.
5)      Siklus demam menyerupai pelana kuda


8.      Pemeriksaan diagnostik

Menurut Soegijanto (2002), pemeriksaan diagnostic pada pasien DHF meliputi:
a.       Laboratorium
     Darah lengkap          
1)      Hemokonsentrasi (hematokrit meningkat 20% atau lebih)
Normal : pria à 40-48 %
2)      Trombositopeni (Jumlah trombosit kurang dari 100.000 mm³)
Normal : 150000-400000/ui
3)      Perpanjangan masa perdarahan dan berkurangnya tingkat protobin
4)      Asidosis
5)      Kimia darah : hiponatremia, hipokalemia, hipoproteinemia

b.      Uji tourniquet positif
Menurut WHO dan Depkes RI (2000), uji tourniquet dilakukan dengan cara memompakan manset sampai ketitik antara tekanan sistolik dan diastolik selama lima menit. Hasil dipastikan positif bila terdapat 10 atau lebih ptekie per 2,5 cm². Pada DHF biasanya uji tourniquet memberikan hasil positif kuat dengan dijumpai 20 ptekie atau lebih. Uji tourniquet bias saja negatif atau hanya positif ringan selama masa shok, dan menunjukkan hasil positif bila dilakukan setelah masa pemulihan fase shok.
c.       Radiologi foto thorak: 50% ditemukan efusi fleura, efusi pleura dapat terjadi karena adanya rembesen plasma.
d.      Urine : albuminuria ringan
e.       Sumsum tulang : awal hiposeluler kemudian menjadi hiperseluler pada hari ke 5 dengan gangguan maturasi. Hari ke 10 biasanya normal.
f.       Pemeriksan serologi : dilakukan pengukuran titer antibody pasien dengan cara haemaglutination inhibition tes (HI test)/ dengan uji pengikatan komplemen (complemen fixation test/ CFT) diambil darah vena 2-5 ml
g.      USG : hematomegali-splenomegali




9.      Komplikasi

Menurut WHO, 1999, komplikasi dari DHF adalah:
a.    Ensefalopati dengue dapat terjadi pada demam berdarah dengue dengan shok maupun tanpa shok
b.    Kejang  : Bentuk kejang halus terjadi selama fase demam pada bayi. Kejang ini mungkin hanya kejang demam sederhana, karena cairan serebrospinal ditemukan normal.
c.    Edema paru dapat terjadi karena hidrasi yang berlebihan selama proses penggantian cairan.
d.   Pneumonia mungkin terjadi karena adanya komplikasi iatrogenik serta tirah baring yang lama.
e.    Sepsis Gram negative dapat terjadi karenapenggunaan jalur intravena terkontaminasi.
f.     Dengue Syok Sindrom (DSS)

10.  Penatalaksanaan

a.       Medik
1)      DHF tanpa Renjatan
a)      Beri minum banyak ( 1 ½ – 2 Liter / hari ), seperti jus jambu, air the manis dan gula, sirup, dan susu
b)      Obat anti piretik, untuk menurunkan panas, dapat juga dilakukan kompres
c)      Jika kejang maka dapat diberi luminal  ( antionvulsan ) untuk anak <1th dosis 50 mg Im dan untuk anak >1th 75 mg Im. Jika 15 menit kejang belum teratasi , beri lagi luminal dengan dosis 3mg / kb BB ( anak <1th dan pada anak >1th diberikan 5 mg/ kg BB.
d)  Berikan infus jika terus muntah dan hematokrit meningkat



2)      DHF dengan Renjatan
a)      Pasang infus RL
b)      Jika dengan infus tidak ada respon maka berikan plasma expander ( 20 – 30 ml/ kg BB ), warna kuning pekat
c)      Tranfusi jika Hb dan Ht turun

b.      Keperawatan
1)      Pengawasan tanda – tanda vital secara kontinue tiap jam
a)      Pemeriksaan Hb, Ht, Trombocyt tiap 4 Jam
b)      Observasi intik output
c)       Pada pasienDHF derajat I : Pasien diistirahatkan, observasi tanda vital tiap 3   jam , periksa Hb, Ht, Thrombosit tiap 4 jam beri minum 1 ½ liter – 2 liter per hari, beri kompres
d)     Pada pasien DHF derajat II : pengawasan tanda vital, pemeriksaan Hb, Ht, Thrombocyt, perhatikan gejala seperti nadi lemah, kecil dan cepat, tekanan darah menurun, anuria dan sakit perut, beri infus.
e)      Pada pasien DHF derajat III : Infus guyur, posisi semi fowler, beri o2 pengawasan tanda– tanda vital tiap 15 menit, pasang cateter, obsrvasi productie urin tiap jam, periksa Hb, Ht dan thrombocyt.

2)      Resiko Perdarahan
a)      Obsevasi perdarahan : Pteckie, Epistaksis, Hematomesis dan melena
b)      Catat banyak, warna dari perdarahan
c)      Pasang NGT pada pasien dengan perdarahan tractus Gastro Intestinal

3)      Peningkatan suhu tubuh
a)      Observasi / Ukur suhu tubuh secara periodic
b)      Beri minum banyak
c)      Berikan kompres





11.  Pencegahan

Menurut Depkes RI, 2000, pencegahan DHF antara lain sebagai berikut :
a.       Pengelolaan Lingkungan
Penegelolaan lingkungan meliputi berbagai perubahan yang menyangkut upaya pencegahan atau mengurangi perkembengan vector dengan cara :
1)      Mengeringkan instalasi penampungan air karena genangan air / kebocoran di ruang berdinding batu, pipa penyaluran, kotak keran, dll akan menampung air dan menjadi tempat perindukan larva Aedes Aegypti bila tidak dirawat.
2)      Menutup tempat penampungan air di lingkungan rumah tangga antara lain : jamban/vas bunga, perangkap semut, tempat minum burung, bak mandi, genthong, bak wc.
3)      Menguras tempat/bak penampungan air minimal seminggu sekali.
4)      Sampah padat seperti kaleng, botol, ember, dan sejenisnya yang tersebar disekitar rumah harus dikubur di dalam tanah. Ban mobil bekas juga harus selalu ditutup untuk mencegah tertampungnya air hujan. Lubang pada pagar yang terbuat dari bambu berlubang harus dipotong pada ruasnya dan pagar beton harus dipenuhi pasir untuk mengurangi perindukan aedes Aegypti.

b.      Perlindungan diri
1)      Pakaian pelindung / baju yang dicelupkan kedalam cairan permetrhirn efektif melindungi gigitan nyamuk.
2)      Obat nyamuk semprot atau baker
3)      Obat oles anti nyamuk (repellent).
4)      Tirai atau kelambu nyamuk.







12.  Epidemiologi
Demam berdarah dengue di Indonesia pertama kali dicurigai terjangkit di Surabaya pada tahun 1968, tetapi kepastian virologiknya baru diperoleh pada tahun 1970. Demam berdarah dengue pada orang dewasa dilaporkan pertama kali oleh Swandana (1970) yang kemudian secara drastis meningkat dan menyebar ke seluruh Dati I di Indonesia. Faktor yang mempengaruhi peningkatan dan penyebaran kasus Demam Berdarah Dengue sangat kompleks, yaitu pertumbuhan penduduk yang tinggi,  urbanisasi yang tidak terencana dan tidak terkendal, tidak ada kontrol vektor nyamuk yang efektif di daerah endemis dan, peningkatan sarana transportasi. Di Indonesia, karena suhu udara dan kelembaban tidak sama di setiap tempat, maka pola terjadinya penyakit agak berbeda untuk setipa tempat. Di Jawa pada umumnya infeksi virus dengue terjadi mulai awal Januari, meningkat terus sehingga kasus terbanyak terdapat pada sekitar bulan April – Mei setiap tahun.



B.     KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a.       Wawancara
1)      Biodata klien
Meliputi identitas pasien dan keluarga
2)      Riwayat kesehatan
a)      Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya klien demam, lemah, sakit kepala, anemia, nyeri ulu hati dan nyeri otot.
b)      Riwayat kesehatan keluarga.
Sebelumnya apakah ada anggota keluarga yang mengalami penyakit yang sama.
c)      Riwayat kesehatan dahulu
Apakah sebelumnya klien pernah mengalami penyakit yang sama.

b.      Pemeriksaan Fisik
1)      Keadaan umum
Kesadaran : Composmentis, samnolen, koma (tergantung derajat DHF)
TTV : Biasanya terjadinya penurunan
2)      Kepala
a)      Wajah : Kemerahan (flushig), pada hidung terjadi epistaksis
b)      Mulut : Perdarahan gusi, muosa bibir kering dan kadang-kadang lidah kotor dan hiperemia pada tenggorokan
c)      Leher : Tidak ada masalah
3)      Thorak
a)      Paru : Pernafasan dangkal, pada perkusi dapat ditemukan bunyi redup karena efusi fleura
b)      Jantung : Dapat terjadi anemia karena ekurangan cairan
c)      Abdomen : Nyeri ulu hati, pada palpasi dapat ditemukan pembesaran hepar dan limpa

4)      Ekstremitas : Nyeri sendi
5)      Kulit : Ditemukan ptekie, ekimosis, purpura, hematoma, hyperemia

c.        Data subyektif
Adalah data yang dikumpulkan berdasarkan keluhan pasien atau keluarga pada pasien DHF, data obyektif yang sering ditemukan menurut Christianti Effendy, 1995 yaitu :
1)      Lemah.
2)      Panas atau demam.
3)      Sakit kepala.
4)      Anoreksia, mual, haus, sakit saat menelan.
5)      Nyeri ulu hati.
6)      Nyeri pada otot dan sendi.
7)      Pegal-pegal pada seluruh tubuh.
8)      Konstipasi (sembelit).

d.      Data obyektif :
Adalah data yang diperoleh berdasarkan pengamatan perawat atas kondisi pasien. Data obyektif yang sering dijumpai pada penderita DHF antara lain:
1)      Suhu tubuh tinggi, menggigil, wajah tampak kemerahan.
2)      Mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah kotor.
3)      Tampak bintik merah pada kulit (petekia), uji torniquet (+), epistaksis, ekimosis, hematoma, hematemesis, melena.
4)      Hiperemia pada tenggorokan.
5)      Nyeri tekan pada epigastrik.
6)      Pada palpasi teraba adanya pembesaran hati dan limpa.
7)      Pada renjatan (derajat IV) nadi cepat dan lemah, hipotensi, ekstremitas dingin,  gelisah, sianosis perifer, nafas dangkal.

e.       Pemeriksaan laboratorium pada DHF akan dijumpai :
1)      Ig G dengue positif.
2)      Trombositopenia.
3)      Hemoglobin meningkat > 20 %.
4)      Hemokonsentrasi (hematokrit meningkat).
5)      Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinemia, hiponatremia, hipokloremia.
Pada hari ke- 2 dan ke- 3 terjadi leukopenia, netropenia, aneosinofilia, peningkatan limfosit, monosit, dan basofil
1)      SGOT/SGPT mungkin meningkat.
2)      Ureum dan pH darah mungkin meningkat.
3)      Waktu perdarahan memanjang.
4)      Asidosis metabolik.
5)      Pada pemeriksaan urine dijumpai albuminuria ringan.


2. Diagnosa keperawatan
a.       Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue.
b.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah, tidak ada nafsu makan.



No
Diagnosa Keperawatan
Tindakan Keperawatan

Rasional


Tujuan dan Kriteria Hasil
Tindakan


1
Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ….X 24 jam diharapkan pertukaran gas efektif dengan kriteria :
·         Suhu tubuh normal (36 - 37 OC).
·         Pasien bebas dari demam


1.  Mengkaji saat timbulnya demam

2.  Mengobservasi tanda- tanda vital: suhu, nadi, tensi, pernapasan seti-ap 3 jam atau lebih sering.
3.  Memberikan penjelasan tentang penyebab demam atau pening- katan suhu tubuh.


4.  Memberikan penjelasan  pada pasi-en/keluarga tentang hal-hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi demam & menganjurkan pasien /keluarga untuk kooperatif.
5.  Menjelaskan pentingnya tirah ba-ring bagi pasien & akibatnya jika hal tersebut tidak dilakukan.


6.  Menganjurkan pasien untuk banyak minum± 2,5 l/24 jam & jelaskan manfaatnya bagi pasien.


7.  Memberikan kompres dingin (pada daerah axila & lipat paha).

8.  Menganjurkan untuk tidak mema-kai selimut & pakaian yang tebal.

1.  Untuk mengidentifikasi
pola
demam pasien.
2.  Tanda-tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien.
3.  Penjelasan tentang kondisi yang dialami pasiendapat membantu pasien/keluarga mengurangi kecema-san yang timbul.
4.   Keterlibatan keluarga sangatbe-rarti dalam proses penyembuhan pasien di rumah sakit.


5.   Penjelasan yang diberikan pada pasien/keluarga akan memotivasi pasien untuk kooperatif.

6.  Peningkatansuhu tubuh mengaki-batkan penguapan tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang banyak.
7.  Kompres dingin akan membantu menurunkan suhu tubuh.
8.  Pakaian yang tipis akan
membantu mengurangi penguapan tubuh.

2
2
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah, tidak ada nafsu makan.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ….X 24 jam diharapkan bersihan jalan nafas efektif dengan kriteria :
·         pasien mampu menghabiskan makanan sesuai dengan porsi yangdiberikan/dibutuhkan.

1.  Mengkaji keluhan mual, sakit menelan & muntah yang dialami oleh pasien.
2.  Mengkaji cara/bagaimana makanan dihidangkan.


3.  Memberikan makanan yang mudah ditelan seperti: bubur, tim & dihi-dangkan saat masih hangat.

4.  Memberikan makanan dalam porsi kecil & frekuensi sering.
5.  Menjelaskan manfaat makanan/ nutrisi bagi pasien terutama saat pasien sakit.

1.  Untuk menetapkan cara mengatasinya.

2.  Cara menghidangkan makanan dapat mempengaruhi nafsu makan
pasien.
3.  Membantu mengurangi kelelahan pasien & meningkatkan asupan makanan karena mudah ditelan.
4.  Untuk menghindari mual & muntah.
5.  Meningkatkan pengetahuan
pasien tentang nutrisi sehingga motivasi untuk
makan meningkat.















KEPUSTAKAAN
Sunaryo, Soemarno, (1998), Demam Berdarah Pada Anak, UI ; Jakarta.
Effendy, Christantie, (1995), Perawatan Pasien DHF, EGC ; Jakarta.
Hendarwanto, (1996), Ilmu Penyakit Dalam, jilid I, edisi ketiga, FKUI ; Jakarta.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar