Sabtu, 18 Juni 2011

askep dermatitis kontak

DERMATITIS KONTAK

I.            Anatomi fisiologi

Kulit Terbagi Menjadi 3 Lapisan:
1.      Epidermis
Terbagi atas 4 lapisan:
a.       Lapisan basal / stratum germinativum
·         terdiri dari sel – sel kuboid yang tegak lurus terhadap dermis.
·         Tersusun sebagai tiang pagar atau palisade.
·         Lapisan terbawah dari epidermis.
·         Terdapat melanosit yaitu sel dendritik yang yang membentuk melanin( melindungi kulit dari sinar matahari.
b.      Lapisan  Malpighi/ stratum spinosum.
·         Lapisan epidermis yang paling tebal.
·         Terdiri dari sel polygonal
·         Sel – sel mempunyai protoplasma yang menonjol yang terlihat seperti duri.
c.       lap. Granular / s. granulosum.
·         Terdiri dari butir – butir granul keratohialinyang basofilik.
d.      lapsan tanduk / korneum.
·         Terdiri dari 20 – 25 lapis sel tanduk tanpa inti.

                 Setiap kulit yang mati banyak mengandung keratin yaitu protein fibrous     insoluble yang membentuk barier terluar kulit yang berfungsi:
a.       Mengusir mikroorganisme patogen.
b.      Mencegah kehilangan cairan yang berlebihan dari tubuh.
c.       Unsure utam yang mengerskan rambut dan kuku.
            Setiap kulit yang mati akan terganti tiap 3- 4 minggu. Dalam epidermis terdapat 2 sel yaitu :

a.       Sel merkel
Fungsinya belum dipahami dengan jelastapi diyakini berperan dalam pembentukan kalus dan klavus pada tangan dan kaki.
b.      Sel langerhans
Berperan dalam respon – respon antigen kutaneus. Epidermis akan bertambah tebal jika bagian tersebut sering digunakan. Persambungan antara epidermis dan dermis di sebut rete ridge yang berfunfgsi sebagai tempat pertukaran nutrisi yang essensial. Dan terdapat kerutan yang disebut fingers prints.

2.      Dermis ( korium)
a.       merupakan lapisan dibawah epidermis.
b.      Terdiri dari jaringan ikat yang terdiri dari 2 lapisan:pars papilaris.( terdiri dari sel fibroblast yang memproduksi kolagen DAN Retikularis YG Terdapat banyak p. darah, limfe, dan akar rambut, kelenjar kerngat dan k. sebaseus.

3.      Jaringan subkutan atau hipodermis / subcutis
a.       Lapisan terdalam yang banyak mengandung sel liposit yang menghasilkan banyak lemak.
b.      Merupakn jaringan adipose sebagai bantalan antara kulit dan setruktur internal seperti otot dan tulang.
c.       Sebagai mobilitas kulit, perubahan kontur tubuh dan penyekatan panas.
d.      Sebagai bantalan terhadap trauma.Tempat penumpukan energi.

 









Kelenjar – Kelenjar Pada Kulit
1.      Kelenjar Sebasea
berfungsi mengontrol sekresi minyak ke dalam ruang antara folikel rambut dan batang rambut yang akan melumasi rambut sehingga menjadi halus lentur dan lunak.

2.      Kelenjar keringat
diklasifikasikan menjadi 2 kategori:
a.       kelenjar Ekrin terdapat disemua kulit.
Melepaskan keringat sebgai reaksi penngkatan suhu lingkungan dan suhu tubuh.
Kecepatan sekresi keringat dikendalkan oleh saraf simpatik.pengekuaran keringat oada tangan, kaki, aksila, dahi, sebagai reaksi tubuh terhadap setress, nyeri dll.
b.      kelenjar Apokrin.
Terdapat di aksil, anus, skrotum, labia mayora, dan berm,uara pada folkel rambut.
Kelenjar ininaktif pada masa pubertas,pada wanit a akan membesar dan berkurang pada sklus haid.
      K.Apokrin memproduksi keringat yang keruh seperti susu yang diuraikan oleh bajkteri menghasilkan bau khas pada aksila. Pada telinga bagian luar terdapat kelenjar apokrin khusus yang disebut K. seruminosa yang menghasilkan serumen(wax).
Fungsi Kulit Secara Umum
1.      Sebagai proteksi
a.       Masuknya benda- benda dari luar(benda asing ,invasi bacteri.)
b.      Melindungi dari trauma yang terus menerus.
c.       Mencegah keluarnya cairan yang berlebihan dari tubuh.
d.      Menyerap berbagai senyawa lipid vit. Adan D yang larut lemak.
e.       Memproduksi melanin mencegah kerusakan kulit dari sinar UV.

2.      Pengontrol/pengatur suhu
a.       Vasokonstriksi pada suhu dingn dan dilatasi pada kondisi panas peredaran darah meningkat terjadi penguapan keringat.

proses hilangnya panas dari tubuh:
a.       Radiasi: pemindahan panas ke benda lain yang suhunya lebih rendah.
b.      Konduksi : pemindahan panas dari ubuh ke benda lain yang lebih dingin yang bersentuhan dengan tubuh.
c.       Evaporasi : membentuk hilangnya panas lewat konduksi
d.      Kecepatan hilangnya panas dipengaruhi oleh suhu permukaan kulit yang ditentukan oleh peredaran darah kekulit.(total aliran darah N: 450 ml / menit.)

3.      Sensibilitas
a.       mengindera suhu, rasa nyeri, sentuhan dan rabaaan.

4.      Keseimbangan air
a.       Sratum korneum dapat menyerap air sehingga mencegah kehilangan air serta elektrolit yang berlebihan dari bagian internal tubuh dan mempertahankan kelembaban dalam jaringan subcutan.
b.      Air mengalami evaporasi (respirasi tidak kasat mata)+ 600 ml / hari untuk dewasa.

5.      Produksi vitamin
a.       Kulit yang terpejan sinar Uvakan mengubah substansi untuk mensintesis vitamin D.

II.            Pengertian
1.      Dermatitis kontak adalah dermatitis karena kontak eksternal yang menimbulkan fenomena sensitisasi (alergik) atau toksik (iritan).
2.      Dermatitis merupakan epiderma-dermatitis dengan gejala subjektif pruritus, obyek tampak inflamasi eritema, vesikulasi, eksudasi dan pembentukan sisik.
(Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jil. 2. Jakarta: Media Aesculapius)
3.      Dermatitis kontak sering terjadi pada tempat tertentu dimana alergen mengadakan kontak dengan kulit.
(Price, Sylvia Anderson. 1991. Patofisiologi. Jakarta: EGC)
4.      Dermatitis kontak adalah  suatu dermatitis (peradangan kulit) yang disertai dengan adanya spongiosis/edeme interseluler pada epidermis karena kulit berinteraksi dengan bahan – bahan kimia yang berkontak atau terpajan kulit .Bahan- bahan tersebut dapat bersifat toksik ataupun alergik.
(Harahap Mawarli Prof.Dr. 2006.Ilmu Penyakit Kulit.Jakarta:Hipokrates)


III.            Klasifikasi
Dermatitis kontak ditimbulkan oleh fenomena alergik atau toksik.
     Dermatitis kontak dapat berupa:
1.      Tipe dermatitis kontak alergi, merupakan manifestasi “Delayed Hypersesitivity”; hipersensitifitas yang tertunda dan merupakan terkena oleh alergen kontak pada orang yang sensitif.
2.      Tipe dermatitis kontak iritan, terjadi karena irritant primer dimana reaksi non alergik terjadi akibat pejanan terhadap substansi iritatif.
Perbedaan dermatitis kontak iritan dan alergi:
Faktor
Dermatitis Kontak Iritan

Dermatitis Kontak Alergi

Penyebab
Iritan primer
Alergen kontak sensitizer
Permulaan
Pada kontak pertama
Pada kontak ulang
Penderita
Semua orang
Orang yang alergik
Lesi
Batas lebih jelas, eritema
Batas tidak begitu jelas, eritema

Faktor
Dermatitis Kontak Iritan
Dermatitis Kontak Alergi

sangat jelas
kurang jelas
Uji tempel
Sesudah ditempel 24 jam bila iritan diangkat, reaksi akan segera
Bila sesudah 24 jam bahan alergen diangkat, reaksi menetap/meluas berhenti
Contoh
Sabun, deterjen
Pemakaian terlalu lama, jam, sandal jepang, kalung imitasi
IV.            Etiologi
Dermatitis kontak bisa ditimbulkan oleh bahan-bahan irritan primer atau penyebab alergic primary irritant contact dermatitis merupakan reaksi non alergik dari pada kulit yang disebabkan karena terkena irritantia. Zat diterjen ( seperti lisol ) desinfektan dan zat warna  ( untuk pakaian, sepatu dan lain – lain ) dapat mengakibatkan dermatitis.
1.      Irritantia ringan, relatif atau marginal, memebutuhkan kontak berulang-ulang dan atau kontak yang lama untuk menimbulkan peradangan atau termasuk di sini adalah sabun, deterjen dan kebanyakan jenis bahan pelarut.Dermatitis pekerjaan tampak pula fisura ,skuama,dan paronikima sebagai akibat iritasi kronik.dermatitis juga dapat terdapat pada rumah tangga yang terjadi karena insektisida dan pelbagai salep yang di jual secara bebas yang mengandung sulfonamid,penisilin,merkuri,atau sulfur.
2.      Irritantia keras atau absolut merupakan zat-zat perusak yang keras sehingga akan melukai kulit dengan seketika jika mengenainya (asam kuat dan basa kuat).


PENYEBAB YANG BAKU DARI DERMATITIS KONTAK PADA BERBAGAI BAGIAN TUBUH
Bagian Tubuh
Penyebab
Muka
Kosmetik, hairspray, semir rambut.
Cuping telinga
Nikel, perhiasan imitasi
Kelopak mata
Kosmetik, transfer oleh tangan, tangkai kaca mata

Bagian Tubuh
Penyebab
Hidung, bibir dan sekitarnya
Pasta gigi, lipstick
Leher
Parfum, pakaian (bahan wool)
Aksila
Deodoran, pakaian, parfum
Dada
Bahan kuningan
Lengan dan kaki
Deterjen, bahan pembersih, sepatu
Tangan
Sarung tangan, deterjen




V.            Patofisiologi
Dermatitis Kontak termasuk reaksi hipersensitivitas tipe IV, yaitu reaksi hipersensitivitas tipe lambat. Patogenesisnya melalui dua fase:
1.      Fase Induksi (sensitisasi)
a.       Saat kontak pertama alergen dengan kulit sampai limfosit mengenal dan memberi respons, perlu waktu 2-3 minggu.
b.      Hapten (protein tidak lengkap) berpenetrasi ke dalam tubuh dan berikatan dengan protein karier membentuk ,antigen yang lengkap. Antigen ditangkap dan diproses oleh macrofag dan sel langerhans kemudian memicu reaksi limfosit T yang belum tersensitisasi di kulit, sehingga terjadi sensitisasi limfosit T melalui saluran limfe.
2.      Fase Eksitasi
            Yaitu saat terjadinya kontak ulang dengan hapten yang sama atau serupa. Sel efektor yang telah tersensitisasi mengeluarkan limfokin yang mampu menarik berbagai sel radang sehingga timbul gejala klinis.









Pathway
 
















                                                   




VI.            Manifestasi klisis
Gejala dari dermatitis kontak adalah:
1.      Fase akut             : merah,edema,papula,vesikula,berair,kusta, dan gatal
2.      Fase kronik     :kulit tebal/likenifikasi,kulit pecah – pecah skuama,kulit kering,dan hiperpigmentasi.
3.      Gejala subyektif       :           Iritan primer akan menyebabkan kulit terasa kaku, rasa tidak enak karena kering, gatal-gatal sebab peradangan dan rasa sakit karena fisura, vesikula, ulcus.
4.      Gejala obyektif        :
a.       Erythema
b.      Mikrovesikulasi dan keluarnya
c.       Kulit menebal, kering, retak
d.      Pengelupasan kulit
e.       Vesikulasi, erosi,ulcus, fisura
f.       Edema muka dan tangan
g.      Ruam-ruam dan lesi








 























VII.            Predisposisi
Penyakit dermatitis ini biasanya dapat diakibatkan oleh beberapa faktor, yang antara lain:
1.      Obat-obatan : obat kumur, balsem dan salep yang mengandung sulfanamid, penisilin, insektisida, neomisin, benzokain dan etilendiamin.
2.      Karet atau nilon : sandal karet, kaos kaki nilon, pakaian nilon.
3.      Kunyit, kapur sirih, merkuri dan sulfur.

VIII.            Penatalaksanaan
Proteksi terhadap zat penyebab dan menghindarkan kontaktan merupakan tindakan penting. Anti-hisatamin tidak diindikasikan pada stadium permulaan, sebab tidak ada pembebasan hisatamin. Pada stadium berikutnya terjadi pembebasan histamin secara pasif. Kortikosteroid diberikan bila penyakit berat, misalnya prednison 20 mg/hari. Terapi topikal diberikan sesuai petunjuk umum.
1.      Kompres
Cara kompres  :  -     Rendam kain putih halus ke air
-    Letakkan di lesi, 10-20 menit
-    Ganti dengan kain dan air yang bersih
Perhatian      :  -  Pakai 2/3 obat lokal, ketahui seluk beluk obat
                           -  Pada daerah tropis perlu dipertimbangkan faktor penguapan. Sol Boric Acid 3 % bila dibalutkan pada lesi maka konsentrasinya menjadi 20-50 % sehingga melekat pada lesi dan terdapat kristal Boric (BAHAYA).

2.      Antibiotik
Biasanya infeksi sekunder disebabkan oleh Gram positif. Diobati dengan penicillin/ampicillin untuk penderita yang tidak alergi, buctrim, supristol, septrin (efek aplasticanemia).
3.      Antihistamin
4.      Obat- obat topical
Karena kulit mudah diakses maka mudah pula diobati maka obat obat topical dapat sering digunakan,beberapa obat dengan konsentrasi yang tinggi dapat dioleskan langsung pada kulit  yang sakit dengan sedikit absorbsi sistemik sehingga efek samping sistemiknya juga sedikit.adapun obat topikalnya antara lian:
a.       Lotion
Lotion memeiliki dua tipe : suspensi  yang terdiri atas serbuk dan  dalam air  yang perlu di kocok  sebelum di gunakan ,dan larutan jernih yang mengandung unsur - unsur aktif yang bisa di larutkan seluruhnya .
b.      Bedak
Bedak biasanya memiliki  bahan dasar talk,zinkoksida,bentonit atau pati jagung dan ditaburkan pada kulit dengan alat pengocok atau spons katun.Meski kerja medisnya singkat ,bedak merupakan preparat higroskopis yang menyerap serta menahan kelembaban kulit dan seprei.
c.       Krim
Krim dapat berupa suspensi  minyak - dalam – air atau emulsi air- dalam- minyak dengan unsur-unsur untuk mencegah bakteri ataupun jamur (Mackie,1991).
d.      Jel
Jel merupakan emulsi semisolid  yang menjadi cair ketila dioleskan pada kulit,bentuk preparat topikal ini  secara kosmetik dapat diterima  oleh pasien  karena tidak  terlihat  setelah dioleskan  dan juga tidak terasa  berminyak  serta tidak meninggalkan noda.
e.       Pasta
Pasta merupakan campuran bedak dengan salep dan digunakan  pada keadaan inflamasi,pasta melekat pada kulit tetapi sulit dihilangkan  tanpa menggunakan  minyak seperti minyak zaitun atau minyak mineral.

f.       Salep
Salep bersifat menahan  kehilangan air dan melumasi serta melindungi kulit, bentuk preparat topikal ini lebih disukai untuk kelainan kulit yang kronis  atau terlokalisasi.
g.      Preparat spray dan aerosol
Dapat di gunakan  untuk lesi yang luas,bentuk ini akan mengisat ketika mengenai kulit sehinga harus digunakan dengan sering.
h.      Korrtikosteroid
Banyak dipakai dalam pengobatan kelainan dermatologik untuk memberikan efek anti inflamasi,anti priritus dan vasokontriksi(Litt,1993).
IX.            Komplikasi
     Infeksi kulit oleh bakteri-bakteri yang lazim dijumpai terutama staphylococcus aureus, jamur, atau oleh virus misalnya herpes simpleks. Pengidap penyakit ini sebaiknya menghindari inokulasi virus hidup yang dilemahkan.
     Gangguan metabolik melibatkan suatu resiko hipotermia, dekompensasi kordis, kegagalan sirkulasi perifer, dan trombophlebitis.. Bila pengobatan kurang baik, akan terjadi degenerasi viseral yang menyebabkan kematian

X.            Pemeriksaan laboratorium
1.      Pemeriksaan kultur bakteri bisa dilakukan apabila ada komplikasi infeksi sekunder bakteri.
2.      Pemeriksaan KOH bisa dilakukan dan sampel mikologi bisa diambil untuk menyingkirkan infeksi tinea superficial atau kandida, bergantung pada tempat dan bentuk lesi.
3.      Uji tempel dilakukan untuk mendiagnosis DKA, tetapi bukan untuk membuktikan adanya iritan penyebab munculnya DKI. Diagnosis adalah berdasarkan eksklusi DKA dan riwayat paparan iritan yang cukup
4.      Biopsi kulit bisa membantu menyingkirkan kelainan lain seperti tinea, psoriasis atau limfoma sel T

ASUHAN KEPERAWATAN

I.            Pengkajian
Kulit merupakan bagian tubuh yang paling terlihat, bila terjadi cedera akut dari dermatitis kontak eksim pasien sulit untuk mengabaikan atau menyembunyikanya dari orang lain.Sangat penting untuk mengetahui faktor penyebabnya agar dapat mencegah kontak ulang atau terhadap perubahan data yang harus dikumpulkan sejak awal adalah:
1.      Pengetahuan tentang faktor penyebab dan metode kontak.
2.      Kemungkinan bisa kontak dengan menimbulkan iritasi di rumah, tempat pekerjaan/pada waktu kegiatan rekreasi.
3.      Bagaimana kelainan kulit yang timbul dimulai.
4.      Riwayat tentang infeksi yang berulang, kemungkinan kurangnya respon imunitas.
5.      Respon obat baru, terutama penicillin/sulfanilamide.
6.      Peningkatan stress yang dicatat pasien.
7.      Faktor-faktor yang membuat lebih parah (resep dokter/pengobatan pribadi).
8.      Luasnya pruritis dan faktor yang membuat lebih parah.
Lesi diperiksa setiap hari untuk diketahui apakah pasien masih suka menggaruk lesi, periksa apakah terdapat perubahan atau ada infeksi.

II.            Diagnosa Keperawatan
1.      Resiko terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan fungsi  barier kulit.
2.      Nyeri dan rasa gatal berhubungan dengan adanya lesi kulit.
3.      Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya pruritus.
4.      Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak bagus.
5.      Kurang pengetahuan berhubungan dengan salah tanggap informasi.
6.      Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya lesi pada kulit.

No
Diagnosa Keperawatan
Perencanaan Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Rencana Tindakan
Rasional
1.
1.   Gangguan integritas kulit b.d kekeringan pada kulit
Kriteria hasil: klien akan mempertahankan kulit agar mempunyai hidrasi yang baik dan turunnya peradangan, ditandai dengan
·         Mengungkapkan peningkatan kenyamanan kulit
·         Berkurangnya derajat pengelupasan kulit
·         Berkurangnnya kemerahan
·         Berkurangnya lecet karena garukan
·         Penyembuhan area kulit yang telah rusa
1.      Mandi paling tidak sekali sehari selama 15 – 20 menit. Segera oleskan salep atau krim yang telah diresepkan setelah mandi. Mandi lebih sering jika tanda dan gejala meningkat.
2.      Gunakan air hangat jangan panas.
3.      Gunakan sabun yang mengandung pelembab atau sabun untuk kulit sensitive. Hindari mandi busa.
4.      Oleskan/berikan salep atau krim yang telah diresepkan 2 atau tiga kali per hari.
1.      Dengan mandi air akan meresap dalam saturasi kulit. Pengolesan krim pelembab selama 2 – 4 menit setelah mandi untuk mencegah penguapan air dari kulit.
2.      Air panas menyebabkan vasodilatasi yang akan meningkatkan pruritus.

3.      Sabun yang mengandung pelembab lebih sedikit kandungan alkalin dan tidak membuat kulit kering, sabun kering dapat meningkatkan keluhan.
4.      Rasionalisasi salep atau krim akan melembabkan kulit.
2.

Resiko kerusakan kulit b.d terpapar alergen

Kriteria hasil: klien akan mempertahankan integritas kulit, ditandai dengan
· Menghindari alergen

1.      Ajari klien menghindari atau menurunkan paparan terhadap alergen yang telah diketahui.
2.      Baca label makanan kaleng agar terhindar dari bahan makan yang mengandung allergen
3.      Hindari binatang peliharaan. Rasionalisasi jika alergi terhadap bulu binatang sebaiknya hindari memelihara binatang atau batasi keberadaan binatang di sekitar area rumah
4.      Gunakan penyejuk ruangan (AC) di rumah atau di tempat kerja, bila memungkinkan.
1.      Rasionalisasi menghindari alergen akan menurunkan respon alergi

2.      Tidak terjadi respon alergi


3.      Hindari binatang peliharaan. Rasionalisasi jika alergi terhadap bulu binatang sebaiknya hindari memelihara binatang atau batasi keberadaan binatang di sekitar area rumah

4.      AC membantu menurunkan paparan terhadap beberapa alergen yang ada di lingkungan.










DAFTAR PUSTAKA

1.      http://keperawatan-gun.blogspot.com/2007/07/asuhan-keperawatan-dengan-klien.html
2.      Brunner and Suddarth.2001.Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
3.      Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jil. 2. Jakarta: Media Aesculapius.
4.      Price, Sylvia Anderson. 1991. Patofisiologi. Jakarta: EGC.
5.      http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/07_DermatitisExfoliative.pdf/07_DermatitisExfoliative.htmlCorwin
6.      Elizabeth J. Buku saku patofisiologi/Handbook of Pathophysiology. Alih Bahasa: Brahm U. Pendit. Cetakan 1. Jakarta: EGC. 1997.
7.      Smeltzer, Suzanne C. Buku ajar medikal bedah Brunner Suddarth/Brunner Suddarth’s Texbook of Medical-surgical. Alih Bahasa:Agung Waluyo…..(et.al.). ed 8 Vol 3 Jakarta: EGC 2002


















Tidak ada komentar:

Posting Komentar