Sabtu, 18 Juni 2011

askep herpes zoster

HERPES ZOSTER



I.       KONSEP DASAR
A.    ANFIS

Kulit merupakan bagian tubuh yang paling utama yang perlu diperhatikan dalam tata kecantikan kulit. Pemahaman tentang anatomi dan fisiologi kulit akan membantu mempermudah perawatan kulit untuk mendapatkan kulit wajah yang segar, lembab, halus, lentur dan bersih. Kulit merupakan organ tubuh paling besar yang melapisi seluruh bagian tubuh, membungkus daging dan organ-organ yang ada di dalamnya. Luas kulit pada manusia rata-rata + 2 meter persegi dengan berat 10 kg jika ditimbang dengan lemaknya atau 4 kg jika tanpa lemak atau beratnya sekitar 16 % dari berat badan seseorang. Kulit memiliki fungsi melindungi bagian tubuh dari berbagai macam gangguan dan rangsangan luar.

KULIT TERBAGI MENJADI 3 LAPISAN :
1.      EPIDERMIS
Terbagi atas 4 lapisan:
a.       Lapisan basal / stratum germinativum
·         terdiri dari sel – sel kuboid yang tegak lurus terhadap dermis.
·         Tersusun sebagai tiang pagar atau palisade.
·         Lapisan terbawah dari epidermis.
·         Terdapat melanosit yaitu sel dendritik yang yang membentuk melanin( melindungi kulit dari sinar matahari.
b.      lap. Malpighi/ stratum spinosum.
·         Lapisan epidermis yang paling tebal.
·         Terdiri dari sel polygonal
·         Sel – sel mempunyai protoplasma yang menonjol yang terlihat seperti duri.
c.       lap. Granular / s. granulosum.
·         Terdiri dari butir – butir granul keratohialinyang basofilik.
d.      lapsan tanduk / korneum.
2.      DERMIS.( korium)
·         merupakan lapisan dibawah epidermis.
·         Terdiri dari jaringan ikat yang terdiri dari 2 lapisan:pars papilaris.( terdiri dari sel fibroblast yang memproduksi kolagen DAN Retikularis YG Terdapat banyak p.darah , limfe, dan akar rambut, kelenjar kerngat dan k. sebaseus.
3.      JARINGAN SUBKUTAN ATAU HIPODERMIS / SUBCUTIS.
·         Lapisan terdalam yang banyak mengandung sel liposit yang menghasilkan banyak lemak.
·         Merupakn jaringan adipose sebagai bantalan antara kulit dan setruktur internal seperti otot dan tulang.
·         Sebagai mobilitas kulit, perubahan kontur tubuh dan penyekatan panas.
·         Sebagai bantalan terhadap trauma.
·         Tempat penumpukan energi.

4.      RAMBUT.
Terdapat di seluruh kulit kecuali telapak tangan kaki dan bagian dorsal dari falang distal jari tangan, kaki, penis, labia minora dan bibir.
Terdapat 2 jenis rambut :
a.       rambut terminal ( dapat panjang dan pendek.)
b.      Rambut velus( pendek, halus dan lembut).
Fungsi rambut
·         melindungi kulit dari pengaruh buruk:Alis mata melindungi mata dari keringat agar tidak mengalir ke mata, bulu hidung (vibrissae)
·         menyarig udara.
·         serta berfungsi sebagai pengatur suhu,
·         pendorong penguapan kerngat dan
·         indera peraba yang sensitive.
5.      KUKU
Permukaan dorsal ujung distal jari tangan atau kaki tertdapat lempeng keatin yang keras dan transparan.tumbuh dari akar yang disebut kutikula.
Berfungsi mengangkat benda – benda kecil.
Pertumbuhan rata- rata 0,1 mm / hari.pembaruan total kuku jari tangan : 170 hari dan kuku kaki: 12- 18 bulan.
KELENJAR – KELENJAR PADA KULIT
a.       Kelenjar Sebasea
berfungsi mengontrol sekresi minyak ke dalam ruang antara folikel rambut dan batang rambut yang akan melumasi rambut sehingga menjadi halus lentur dan lunak.




b.      Kelenjar keringat
diklasifikasikan menjadi 2 kategori:
·         kelenjar Ekrin
terdapat disemua kulit.Melepaskan keringat sebgai reaksi penngkatan suhu lingkungan dan suhu tubuh.
Kecepatan sekresi keringat dikendalkan oleh saraf simpatik.pengekuaran keringat oada tangan, kaki, aksila, dahi, sebagai reaksi tubuh terhadap setress, nyeri dll.
·         kelenjar Apokrin.
Terdapat di aksil, anus, skrotum, labia mayora, dan berm,uara pada folkel rambut. Kelenjar ininaktif pada masa pubertas,pada wanit a akan membesar dan berkurang pada sklus haid.
K.Apokrin memproduksi keringat yang keruh seperti susu yang diuraikan oleh bajkteri menghasilkan bau khas pada aksila.
Pada telinga bagian luar terdapat kelenjar apokrin khusus yang disebut K. seruminosa yang menghasilkan serumen(wax).

B.     DEFINISI
511 Herpes ZosterHerpes zoster (dampa, cacar ular) adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus varisela-zoster yang menyerang kulit dan mukosa, infeksi ini merupakan reaktivasi virus yang terjadi setelah infeksi primer.
Herpes zoster (nama lain: shingles atau cacar ular) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus varicella-zoster. Setelah seseorang menderita cacar air, virus varicella-zoster akan menetap dalam kondisi dorman (tidak aktif atau laten) pada satu atau lebih ganglia (pusat saraf) posterior. Apabila seseorang mengalami penurunan imunitas seluler maka virus tersebut dapat aktif kembali dan menyebar melalui saraf tepi ke kulit sehingga menimbulkan penyakit herpes zoster. Di kulit, virus akan memperbanyak diri (multiplikasi) dan membentuk bintil-bintil kecil berwarna merah, berisi cairan, dan menggembung pada daerah sekitar kulit yang dilalui virus tersebut. Herper zoster cenderung menyerang orang lanjut usia dan penderita penyakit imunosupresif (sistem imun lemah) seperti penderita AIDS, leukemia, lupus, dan limfoma.

C.    KLASIFIKASI
Menurut lokasi lesinya, herpes zoster dibagi menjadi:
1.      Herpes zoster oftalmikus
Herpes zoster oftalmikus merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai bagian ganglion gasseri yang menerima serabut saraf dari cabang ophtalmicus saraf trigeminus (N.V), ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit. Infeksi diawali dengan nyeri kulit pada satu sisi kepala dan wajah disertai gejala konstitusi seperti lesu, demam ringan. Gejala prodromal berlangsug 1 sampai 4 hari sebelum kelainan kulit timbul. Fotofobia, banyak kelar air mata, kelopak mata bengkak dan sukar dibuka.
2.      Herpes zoster fasialis
Herpes zoster fasialis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai bagian ganglion gasseri yang menerima serabut saraf fasialis (N.VII), ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.
3.      Herpes zoster brakialis
Herpes zoster brakialis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai pleksus brakialis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.
4.      Herpes zoster torakalis
Herpes zoster torakalis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai pleksus torakalis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.

D.    EPIDEMOLOGI
Epidemiologi Penyebarannya sama seperti varisela. Penyakit ini merupakan reaktivasi virus yang terjadi setelah infeksi primer. Kadang varisela ini berbentuk subklinis. Ada pendapat yang menyatakan kemungkinan transmisi virus secara aerogen dari pasien yang sedang menderita varisela atau herpes zoster.
Diseluruh dunia angka kejadian tiap tahun antara 1,2-3,4 kasus per 1000 penduduk sehat, dan meningkat 3,9-11,8 kasus per tahun per 1000 penduduk berusia lebih dari 65 tahun. Dari sebuah penelitian diperkirakan 26% pasien yang terkena herpes zoster mengalami komplikasi salah satunyapostherpetic neuralgia diperkirakan terjadi pada 20% pasien.

E.     PENYEBAB
Herpes zoster disebabkan oleh infeksi virus varisela zoster (VVZ) dan tergolong virus berinti DNA, virus ini berukuran 140-200 nm, yang termasuk subfamili alfa herpes viridae. Berdasarkan sifat biologisnya seperti siklus replikasi, penjamu, sifat sitotoksik dan sel tempat hidup laten diklasifikasikan kedalam 3 subfamili yaitu alfa, beta dan gamma. VVZ dalam subfamili alfa mempunyai sifat khas menyebabkan infeksi primer pada sel epitel yang menimbulkan lesi vaskuler. Selanjutnya setelah infeksi primer, infeksi oleh virus herpes alfa biasanya menetap dalam bentuk laten didalam neuron dari ganglion. Virus yang laten ini pada saatnya akan menimbulkan kekambuhan secara periodik. Secara in vitro virus herpes alfa mempunyai jajaran penjamu yang relatif luas dengan siklus pertumbuhan yang pendek serta mempunyai enzim yang penting untuk replikasi meliputi virus spesifik DNA polimerase dan virus spesifik deoxypiridine (thymidine) kinase yang disintesis di dalam sel yang terinfeksi.
Infeksi awal oleh virus varicella-zoster (yang bisa berupa cacar air) berakhir dengan masuknya virus ke dalam ganglia (badan saraf) pada saraf spinalis maupun saraf kranialis dan virus menetap disana dalam keadaan tidak aktif.
Herpes zoster selalu terbatas pada penyebaran akar saraf yang terlibat di kulit (dermatom).
Virus herpes zoster bisa tidak pernah menimbulkan gejala lagi atau bisa kembali aktif beberapa tahun kemudian.
Herpes zoster tejadi jika virus kembali aktif. Kadang pengaktivan kembali virus ini terjadi jika terdapat gangguan pada sistem kekebalan akibat suatu penyakit (misalnya karena AIDS atau penyakit Hodgkin) atau obat-obatan yang mempengaruhi sistem kekebalan. Yang sering terjadi adalah penyebab dari pengaktivan kembali virus ini tidak diketahui.

F.     FAKTOR RESIKO
1.      Usia lebih dari 50 tahun, infeksi ini sering terjadi pada usia ini akibat daya tahan tubuhnya melemah. Makin tua usia penderita herpes zoster makin tinggi pula resiko terserang nyeri. 
2.      Orang yang mengalami penurunan kekebalan (immunocompromised) seperti HIV dan leukimia. Adanya lesi pada ODHA merupakan manifestasi pertama dari immunocompromised.
3.      Orang dengan terapi radiasi dan kemoterapi.
4.      Orang dengan transplantasi organ mayor seperti transplantasi sumsum

G.    PATOFISIOLOGI
Infeksi primer dari virus varicella zoster ini pertama kali terjadi didaerah nasofaring. Disini vivus mengadakan replikasi dan dilepas kedarah sehingga terjadi viremia permulaan yang sifatnya terbatas dan asimptomatif.keadaan ini diikuti masuknya virus kedalam Reticulo Endothelial Sytem (RES) yang kemudian mengadakan replikasi kedua yang sifat viremianya lebih luas dan simptomatik dengan penyebaran virus ke kulit dan mukosa. Sebagian virus juga menjalar melalui serat-serat sesoris ke satu atau lebih ganglion sensoris dan berdiam diri atau laten didalam neuron. Selama antibody yang beredar didalam darah masih tinggi, reaktivasi dan virus yang laten ini dapat dinetralisir, tetapi pada saat tertentu dimana antibodi tersebut turun dibawah titik kritis maka terjadilah reaktivitas dari virus sehingga terjadi herpes.  Selama terjadi varicella, virus varicella zoster berpindah tempat dari lesi kulit dan permukaan mukosa ke ujung saraf sensorik dan ditransportasikan secara sentripetal melalui serabut saraf sensoris ke ganglion sensoris. Pada ganglion terjadi infeksi laten, virus tersebut tidak lagi menular dan tidak bermultiplikasi, tetapi tetap mempunyai kemampuan untuk berubah menjadi infeksius. Herpes zoster pada umumnya terjadi pada dermetom sesuai dengan lokasi ruam varicella yang terpadat. Aktivasi virus varicella zoster laten diduga karena keadaan tertentu yang berhubungan dengan imunosupresi, dan imunitas selular merupakan factor penting untuk pertahanan pejamu terhadap infeksi endogen

H.    TANDA DAN GEJALA
Daerah yang paling sering terkena adalah daerah thorakal. Frekuensi penyakit ini pada pria dan wanita sama. Sedangkan mengenai umur lebih sering pada orang dewasa. Sebelum timbul gejala kulit terhadap gejala prodromal baik sistemik seperti demam, pusing, malaise maupun lokal seperti nyeri otot-tulang, gatal, pegal dan sebagainya. Setelah timbul eritema yang dalam waktu singkat menjadi vesikel yang berkelompok dengan dasar kulit yang eritema dan edema. Vesikel ini berisi cairan jernih kemudian menjadi keruh (berwarna abu-abu) dapat menjadi pastala dan krusta. Kadang vesikel mengandung darah yang disebut herpes zoster haemoragik dapat pula timbul infeksi sekunder sehingga menimbulkan ulkus dengan penyembuhan berupa sikatriks. Massa tunasnya 7-12 hari. Massa aktif penyakit ini berupa lesi-lesi baru yang tetap timbul berlangsung kurang lebih 1-2 minggu.
 Disamping gejala kulit dapat juga dijumpai pembesaran kelenjar geth bening regional. Lokalisasi penyakit ini adalah unilateral dan bersifat dermatomal sesuai dengan tempat persyarafan. Pada susunan saraf tepi jarang timbul kelainan motorik tetapi pada susunan saraf pusat kelainan ini lebih sering karena struktur ganglion kranialis memungkinan hal tersebut.
 Hiperestesi pada daerah yang terkena memberi gejala yang khas. Kelainan pada muka sering disebabkan oleh karena gangguan pada nervus trigeminus atas nervus fasialis dan otikus.
Herpes zoster oftalmikus disebabkan oleh infeksi cabang-cabang pertana nervus trigeminus. Sehingga menimbulkan kelainan pada mata, disamping itu juga cabang kedua dan ketiga menyebabkan kelainan kulit pada daerah persyarafannya.
 Sindrom Ramsay Hunt diakibatkan oleh gangguan nervus fasalis dan otikus sehingga menyebabkan pengelihatan ganda paralisis otot muka (Paralisis Bell), kelainan kulit yang sesuai dengan tingkat persyarafan, tinnitus vertigo, gangguan pendengaran, nistagmus, nausea, dan gangguan pengecapan. Herpes zoster abortif artinya penyakit ini berlangsnug dalam waktu yang singkat dan kelainan kulit hanya berupa vesikel dan eritema.
Pada Herpes Zoster generalisata kelainan kulitnya unilateral dan segmental ditambah kelainan kulit yang menyebar secara generalisa berupa vesikel yang solitar dan ada umbilikasi. Nauralgia pasca laterpetik adalah rasa nyeri yang timbul pada daerah bekas penyembuhan. Nyeri ini dapat berlangsung sampai beberapa bulan bahkan bertahun-tahun dengan gradasi nyeri yang bervariasi. Hal ini cenderung dijumpai pada usia lebih dari 40 tahun.
Tanda dan gejala Herpes zoster :
1.      Gejala prodomal
·         Keluhan biasanya diawali dengan gejala prodomal yang berlangsung selama 1 – 4 hari.
·         Gejala yang mempengaruhi tubuh : demam, sakit kepala, fatige, malaise, nusea, rash, kemerahan, sensitive, sore skin ( penekanan kulit), neri, (rasa terbakar atau tertusuk), gatal dan kesemutan. 
·         Nyeri bersifat segmental dan dapat berlangsung terus menerus atau hilang timbul. Nyeri juga bisa terjadi selama erupsi kulit.
·         Gejala yang mempengaruhi mata :  Berupa kemerahan, sensitive terhadap cahaya, pembengkakan kelopak mata. kekeringan mata, pandangan kabur, penurunan sensasi penglihatan dan lain – lain.
2.      Timbul erupsi kulit
·         Kadang terjadi limfadenopati regional
·         Erupsi kulit hampir selalu unilateraldan biasanya terbatas pada daerah yang dipersarafioleh satu ganglion sensorik. Erupsi dapat terjadi di seluruh bagian tubuh, yang tersering di daerah ganglion torakalis.
·         Lesi dimulai dengan macula eritroskuamosa, kemudian terbentuk papul–papul dan dalam waktu 12–24 jam lesi berkembang menjadi vesikel. Pada hari ketiga berubah menjadi pastul yang akan mengering menjadi krusta dalam 7–10 hari. Krusta dapat bertahan sampai 2–3 minggu kemudian mengelupas. Pada saat ini nyeri segmental juga menghilang
·         Lesi baru dapat terus muncul sampai hari ke 4 dan kadang–kadang sampai hari ke-7.
·         Erupsi kulit yang berat dapat meninggalkan macula hiperpigmentasi dan jaringan parut (pitted scar)
·         Pada lansia biasanya mengalami lesi yang lebih parah dan mereka lebih sensitive terhadap nyeri yang dialami.

I.       KOMPLIKASI
Herpes zoster tidak menimbulkan komplikasi pada kebanyakan orang. Bila timbul komplikasi, hal-hal berikut dapat terjadi:
a.       Neuralgia pasca herpes
Ini adalah komplikasi yang paling umum. Nyeri saraf (neuralgia) akibat herpes zoster ini tetap bertahan setelah lepuhan kulit menghilang. Masalah ini jarang terjadi pada orang yang berusia di bawah 50. Rasa nyeri biasanya secara bertahap menghilang dalam satu bulan tetapi pada beberapa orang dapat berlangsung berbulan-bulan bila tanpa pengobatan.
b.      Infeksi kulit
Kadang-kadang lepuhan terinfeksi oleh bakteri sehingga kulit sekitarnya menjadi merah meradang. Jika hal ini terjadi maka Anda mungkin perlu antibiotik.
c.       Masalah mata
Herpes zoster pada mata dapat menyebabkan peradangan sebagian atau seluruh bagian mata yang mengancam penglihatan.
d.      Kelemahan/layuh otot
Kadang-kadang, saraf yang terkena dampak adalah saraf motorik dan saraf sensorik yang sensitif. Hal ini dapat menimbulkan kelemahan (palsy) pada otot-otot yang dikontrol oleh saraf.
e.       Komplikasi lain
Misalnya, infeksi otak oleh virus varisela-zoster, atau penyebaran virus ke seluruh tubuh. Ini adalah komplikasi yang sangat serius tapi jarang terjadi. Penderita herpes zoster dengan sistem kekebalan tubuh lemah lebih berisiko mengembangkan komplikasi langka ini.
J.      PENULARAN
a.       Kontak langsung dengan lesi aktif
b.      Sekresi pernafasan.
c.       Herpes zoster hanya dapat terjadi setelah kita mengalami cacar air. Jika orang yang sudah menderita cacar air berhubungan dengan cairan dari lepuh herpes zoster, kita tidak dapat ‘tertular’ herpes zoster. Namun, kita yang belum menderita cacar air dapat terinfeksi herpes zoster dan mengembangkan cacar air. Jadi kita yang belum terinfeksi harus menghindari hubungan dengan ruam herpes zoster atau dengan bahan yang mungkin sudah menyentuh ruam atau lepuh herpes zoster.

K.    PENCEGAHAN
Untuk mencegah herper zoster, salah satu cara yang dapat ditempuh adalah pemberian vaksinasi.Vaksin berfungsi untuk meningkatkan respon spesifik limfosit sitotoksik terhadap virus tersebut pada pasien seropositif usia lanjut. Vaksin herpes zoster dapat berupa virus herpes zoster yang telah dilemahkan atau komponen selular virus tersebut yang berperan sebagai antigen. Penggunaan virus yang telah dilemahkan telah terbukti dapat mencegah atau mengurangi risiko terkena penyakit tersebut pada pasien yang rentan, yaitu orang lanjut usia dan penderita imunokompeten, serta imunosupresi.

L.     PEMERIKSAAN DIAGNOSTIC
Tes diagnostik untuk membedakan dari impetigo, kontak dermatitis dan herps simplex :
a.       Kultur virus
Cairan dari lepuh yang baru pecah dapat diambil dan dimasukkan ke dalam media virus untuk segera dianalisa di laboratorium virologi. Apabila waktu pengiriman cukup lama, sampel dapat diletakkan pada es cair. Pertumbuhan virus varicella-zoster akan memakan waktu 3-14 hari dan uji ini memiliki tingkat sensitivitas 30-70% dengan spesifitas mencapai 100%.
b.      Deteksi antigen
Uji antibodi fluoresens langsung lebih sensitif bila dibandingkan dengan teknik kultur sel. Sel dari ruam atau lesi diambil dengan menggunakan scapel (semacam pisau) atau jarum kemudian dioleskan pada kaca dan diwarnai dengan antibodi monoklonal yang terkonjugasi dengan pewarna fluoresens. Uji ini akan mendeteksi glikoproten virus.
c.       Uji serologi
Uji serologi yang sering digunakan untuk mendeteksi herpes zoster adalah ELISA.
d.      PCR
PCR digunakan untuk mendeteksi DNA virus varicella-zoster di dalam cairan tubuh, contohnya cairan serebrospina.
e.      Tzanck Smear : mengidentifikasi virus herpes tetapi tidak dapat membedakan herpes zoster dan herpes simplex.
f.        Kultur dari cairan vesikel dan tes antibody : digunakan untuk membedakan diagnosis herpes virus
g.       Immunofluororescent : mengidentifikasi varicella di sel kulit
h.      Pemeriksaan histopatologik
i.         Pemerikasaan mikroskop electron

M.   PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan herpes zoster bertujuan untuk mengatasi infeksi virus akut, mengatasi nyeri akut yang ditimbulkan oleh herpes zoster dan mencegah post herpetic neuralgia. Antiviral, oral kortikosteroid dan obat-obatan yang dapat mengurangi nyeri dapat digunakan untuk mengobati herpes zoster pada fase akut.
1.       Antiviral
Antiviral terbukti dapat mempercepat penyembuhandan mengurangi rasa nyeri yang timbul. Terapi efektif jika diberikan dalam waktu kurang dari 72 jam setelah timbulnya ruam, selama lesi masih aktif dan tidak efektif jika diberikan pada fase krustasi. Antiviral menurut beberapa penelitian dapat menurunkan durasi PHN akan tetapi efek dapat mencegah terjadinya PHN masih kontroversial. Beberapa antivirus yang terbukti efektif untuk mengobati infeksi herpes zoster, yaitu asiklovir, valasiklovir, famsiklovir. Valasiklovir, famsiklovir masih mempunyai efektivitas yang lebih rendah jika dibandingkan dengan asiklovir.
Asiklovi rmerupakan antiviral yang menghambat DNA polimerase. Dapat diberikan oral maupun IV. Pemberian oral mempunyai bioavailiabilitas rendah sehingga diberikan 5 kali sehari. Pengobatan secara IV diberikan pada pasien imunocompromise berat atau tidak dapat minum obat secara oral. Efektivitas pemberian secara topikal diragukan. Bioavailabilitas asiklovir yang diberikan per oral berkisar antara 10%-30% dan menurun dengan peningkatan dosis.
Asiklovir disebarluas kedalam berbagai cairan tubuh termasuk cairan vesikel, bola mata, dan serebrospinal. Kadar dalam cairan saliva rendah, dan dalam cairan vagina bervariasi, dibandingkan kadarnya dalam plasma. Kadar asiklovir di air susu, cairan amnion, dan plasenta lebih tinggi daripada dalam plasma. Kadar dalam plasma bayi baru lahir sama tinggi dengan kadar dalam plasma ibu. Penyerapan asiklovir melalui kulit setelah pemberian topikal adalah rendah.
Valasiklovir merupakan prodrug asiklovir diberikan 3 kali sehari, lebih efektif untuk menurunkan nyeri pada PHN. Bioavailiablitas lebih baik dibandingkan asiklovir. Pemberian oral sama dengan pemberian asiklovir IV. Famsiklovir waktu paruh intrasel lebih lama dibandingkan dengan asiklovir dan valasikovir. Efek samping pemberian antiviral antara lain mual, muntah, pusing dan nyeri perut.
2.       Kortikosteroid
Penggunaan kortikosteroid pada herpes zoster menunjukkan hasil yang bervariasi pada percobaan klinik. Pemberian prednison bersama dengan asiklovir menunjukkan penurunan nyeri yang signifikan, mencegah neuritis akibat proses inflamasi karena infeksi, serta menurunkan kerusakan pada saraf yang terkena. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penggunaan kortikostreroid dapat mencegah terjadinya PHN, dan menurunkan nyeri dalam waktu 3 bulan. Percobaan lain tidak menunjukkan manfaat. Beberapa peneliti menganjurkan pemberian kortikosteroid hanya pada pasien berumur lebih dari 50 tahun karena resiko lebih besar untuk terjadi PHN.
3.       Analgesik
Nyeri yang diakibatkan oleh herpes zoster dari sedang sampai berat. Nyeri sedang dapat berespon baik terhadap antinyeri, pada nyeri yang berat kadangkala membutuhkan anti nyeri golongan narkotik. Losio yang mengandung calamine , bedak salisilat 2 % sebagai terapi topikal dapat digunakan pada lesi terbuka untuk mengurangi nyeri, gatal serta mencegah timbulnya infeksi sekunder. Bila terjadi infeksi sekunder dapat diberikan antibiotik. Topikal lidokain dan blok saraf dapat digunakan untuk mengurangi nyeri.
4.       Beberapa jenis obat dipakai untuk mengobati herpes zoster. Obat ini termasuk obat antiherpes, dan beberapa jenis obat penawar nyeri.
a.       Obat antiherpes
Pengobatan baku untuk herpes zoster adalah dengan asiklovir, yang dapat diberikan dalam bentuk pil atau secara intravena (infus) untuk kasus yang lebih berat.
Dua obat yang agak baru telah disetujui untuk pengobatan herpes zoster: famsiklovir dan valasiklovir. Obat ini diminum tiga kali sehari, dibanding dengan asiklovir yang diminum lima kali sehari. Semua obat ini paling berhasil apabila dimulai dalam tiga hari pertama setelah rasa nyeri herpes zoster mulai terasa.
b.      Penghambat saraf (nerve blockers): Dokter sering meresepkan berbagai obat penawar nyeri untuk orang dengan herpes zoster. Karena rasa nyeri herpes zoster dapat begitu hebat, peneliti mencari cara untuk menghambat rasa nyeri tersebut. Suntikan obat bius dan/atau steroid sedang diteliti sebagai penghambat saraf. Obat tersebut dapat disuntikkan pada saraf perifer atau pada sumsum tulang belakang (susunan saraf pusat).
c.       Pengobatan kulit: Beberapa jenis krim, gel dan semprotan sedang diteliti. Obat ini memberi keringanan sementara pada rasa sakit. Capsaicin, senyawa kimia yang membuat cabe pedas, tampaknya berhasil baik. Tambahannya, pada 1999, obat bius lidokain dalam bentuk tempelan disetujui di AS. Tempelan ini, dengan nama merek Lidoderm, meringankan rasa nyeri pada beberapa orang dengan herpes zoster. Karena dioleskan pada kulit, risiko efek samping obat ini lebih rendah dibanding dengan obat penawar nyeri dengan bentuk pil.
d.      Obat penawar nyeri lain: Beberapa obat yang biasanya dipakai untuk mengobati depresi, epilepsi dan rasa sakit yang berat kadang kala dipakai untuk nyeri herpes zoster. Obat tersebut dapat menimbulkan berbagai efek samping. Nortriptilin adalah obat antidepresi yang paling umum dipakai untuk nyeri herpes zoster. Pregabalin adalah obat antiepilepsi yang juga dipakai untuk rasa nyeri setelah herpes zoster.

II.    ASUHAN KEPERAWATAN
A.    PENGKAJIAN
a.       Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan dahulu Biasanya klien pernah menderit penyakit cacar, Riwayat immunocompromised (HIV/AIDS, leukimia). Riwayat terapi radiasi 2. Riwayat Kesehatan Sekarang Biasanya klien mengalami demam, sakit kepala, fatige, malaise, nusea, rash, kemerahan, sensitive, sore skin ( penekanan kulit), neri, (rasa terbakar atau tertusuk), gatal dan kesemutan, nyeri 3. Riwayat Kesehatan Keluarga Kemungkinan ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan klien karna herpes merupakan penyakit menular
b.      Pemeriksaan Fisik
1.      Rambut dan Hygiene Kepala
Rambut klien berwarna hitam, tidak rontok, tidak ada ketombe, kulit kepala bersih.
2.      Mata
Simetris kiri dan kanan, reflek cahaya baik, konjungtiva tidak anemis,falpebra tidak oedema, skelera tidak ikterik.
3.      Hidung
Simetris kiri kanan tidak ada peradangan.
4.      Mulut dan Gigi
Mulut bersih tidak ada peradangan, gigi tidak ada caries
5.      Telinga
Simetris kiri dan kanan, pendengaran baik, tidak ada peradangan.
6.      Leher
Kelenjer tiroid dan getah bening tidak ada pembesaran.
c.       Riwayat psikososial
Kondisi psikologis pasien, Kecemasan, Respon pasien terhadap penyakit




B.     Diagnosa
·         Kerusakan integritas kulit b/d lesi dan respon peradangan
·         Gangguan rasa nyaman (pruritus) yang berhubungan dengan erupsi dermal.
·         gangguan konsep diri, berhubungan dengan penampilan dan respon orang lain

A.    INTERVENSI KEPERAWATAN
1.      Kerusakan integritas kulit b/d lesi dan respon peradangan ditandai dengan:
DO:
·         Erupsi berupa vesikel yang menggerombol
·         Warna kulit kemerahan
DS:
·         Pasien merasa kulitnya panas
Tujuan : Pasien tidak mengalami kerusakan intergritas kulit yang lebih parah setelah dilakukan tindakan keperawatan 7 X 24 jam.
Kriteria hasil :
·         Erupsi berkurang
·         Kulit tidak kemerahan dan terjadi iritasi yang lebih parah
·         Lakukan mobilisasi semaksimal mungkin untuk menghindari periode penekanan yang terlalu lama.
·         Ajarkan pada pasien atau keluarga pasien supaya mengerti tindakan-tindakan yang tepat untuk mencegah penekenan,gesekan,pergeseran,
·         Ajarkan pada pasien untuk waspada terhadap tanda-tanda awal kerusakan jaringan.
·         Ganti posisi sekurana-kurangnya tiap 2 jam
·         Usahakan kulit klien selalu bersih dan kerin
Rasionalisasi :
·         Dengan dilakukan mobilisasi secara rutin (alih posisi) diharapkan kulit pasien tidak terlalu lama tertekan sehingga vaskularisasi menjadi lancar.
·         Memberikan dorongan pada pasien dan keluarga untuk secara aktif ikut serta dalam proses penyembuhan dan asuhan keperawatan, sehingga dengan begitu tujuan dapat segera tercapai.
·         Dengan meenjaga kulit yang senantiasa kering dan bersih hal ini akan dapat mempercepat penyembuhan dimana keadaan kulit pasien terutama luka/vesikel yang mudah pecah ( mencegah penularan dan penyebaran luka
2.      Gangguan rasa nyaman (pruritus) yang berhubungan dengan erupsi dermal yang ditandai dengan:
DO : Erupsi berupa vesikel yang menggerombol
DS : Pasien mengeluh gatal
Tujuan : Pasien tidak mengalami pruritus setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 5x24 jam.
Kriteria hasil : pasien tidak mengeluh gatal lagi
Intervensi:
·         Anjurkan pasien untuk mandi air hangat dan sabun antiseptik ( hati-hati jangan sampai vesikel pecah )
·         Beritahu pasien agar tidak menggaruk dan menepuk kulit.
·         njurkan pasien untuk memakai bedak ( salisil 2% ) untuk mengurangi rasa gatal.
·         Observasi kerusakan jaringan akibat pecahnya vesikel.
Rasionalisasi :
·         Anjurkan pasien untuk tidak menggaruk ( karena semakin digaruk akan semakin terasa gatal ) yang akhirnya akan lengket karena vesikel yang pecah.
3.      Resiko terjadi gangguan konsep diri, yang berhubungan dengan penampilan dan respon orang lain yang ditandai dengan:
DO :
·         Erupsi berupa vesikel yang menggerombol
·         Warna kulit kemerahan
·         Pasien tampak menarik diri
·         Pasin tampak gelisah
DS :
·         Pasien mengeluh malu untuk bergaul
·         Pasien selalu menanyakan tentang penyakitnya
Tujuan : Pasien tidak mengalami gangguan konsep diri berhubungan dengan perubahan gambaran diri setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam.
Kriteria hasil :
·         Pasien tidak malu mengenai penyakitnya
·         Pasien mau bersosialisasi kembali
·         Pasien tidak menarik diri
·         Pasien tidak gelisah lagi
intervensi :
·         Berikan dorongan/support mental kepada pasien dan yakinkan bahwa penyakitnya dapat disembuhkan.
·         Bina hubungan saling percaya antara perawat dan klien.
·         Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaannya terutama cara dia memandang dirinya setelah sakitnya.
·         Lindungi prifacy dan menjamin lingkungan yang kondusif.
·         Jernihkan kesalahan persepsi individu tentang dirinya.
Rasionalisasi :
·         Dengan membina hubungan saling percaya dan selalu memberikan support mental pada pasien diharapkan percaya diri pasien dapat kembali seperti semula dan pasien dapat bersosialisasi dengan baik kagi.














Daftar Pustaka
·      Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 2. Purnawan Junadi, dkk.
·      http://keperawatankita.wordpress.com/2009/02/11/herpes-zoster-definisi-dan-askepnya/
·      http://dokterrosfanty.blogspot.com/2009/08/anatomi-dan-fisiologi-kulit.html
·      http://perawatpskiatri.blogspot.com/2009/04/herpes-zoster-atau-dampa.html






















Tidak ada komentar:

Posting Komentar